TUNIS (Arrahmah.com) – Ratusan orang beramai-ramai turun kembali ke jalanan Tunisia untuk memprotes maraknya aksi korupsi, tingginya angka kemiskinan dan pengangguran, serta tindakan represif polisi pada Sabtu (23/1/2021). Ini merupakan kelanjutan dari kerusuhan yang telah terjadi selama beberapa malam di Tunisia.
“Tidak usah takut, jalanan ini milik rakyat,” ujar para pengunjuk rasa di Tunis, dilansir dari laman Al Jazeera pada Ahad (24/1).
“Rakyat ingin rezim ini segera tumbang,” lanjut sekelompok pedemo lainnya. Terdapat juga beberapa orang yang membawa beberapa spanduk berisi desakan untuk membebaskan ratusan pengunjuk rasa yang ditahan sejak 14 Januari.
Polisi mengatakan lebih dari 700 orang telah ditangkap dalam bentrokan sepanjang pekan kemarin di Tunis. Kala itu, banyak pemuda yang melemparkan batu dan bom molotov ke petugas keamanan yang membalas dengan gas air mata dan meriam air.
Sejumlah grup hak asasi manusia mengatakan, setidaknya 1.000 orang telah ditahan dalam kerusuhan di Tunisia dalam beberapa hari terakhir.
“Kami tidak mau menerima adanya semacam negara polisi di Tunisia setelah terjadi revolusi 10 tahun lalu,” tutur Mahmoud, ucap seorang pekerja di sebuah kafe di Tunis.
Gelombang unjuk rasa di Tunisia dipicu kemarahan warga atas meroketnya tingkat pengangguran dan persepsi buruk terhadap pemerintah yang dianggap tidak becus dalam memimpin.
Protes menentang korupsi biasanya terjadi pada malam hari di beberapa distrik kumuh di Tunisia. Sementara pada siang hari, aksi protes lebih ditujukan kepada tingginya angka pengangguran dan tindakan represif polisi terhadap demonstran.
“Situasi (di Tunisia) sangat kacau,” tutur Omar Jawadi, seorang manajer di sebuah hotel yang hanya mendapat separuh gaji akibat pandemi Covid-19.
“Para politisi kami korup. Kami ingin mengubah pemerintahan beserta sistemnya,” lanjut dia.
Unjuk rasa terbaru terjadi saat Tunisia berusaha bangkit dari pandemi Covid-19 yang telah melumpuhkan perekonomian dan sistem kesehatan. Lebih dari 6.000 orang tewas akibat Covid-19 di Tunisia, dengan 103 tambahan kematian pada Sabtu kemarin.
Pemerintah Tunisia telah menerapkan jam malam dari pukul 20.00 hingga 05.00, dan melarang perkumpulan massa hingga 14 Februari. (Hanoum/Arrahmah.com)