JAKARTA (Arrahmah.com) – Saat kebencian terhadap Islam itu ada maka teori-teori jurnalistik yang diajarkan oleh Barat sendiri masuk ke keranjang sampah. Media sekuler dan liberal tidak memberitakan kegiatan umat Islam yang memprotes kegiatan liberal, sekuler dan kapitalis.
Sebagai contoh unjuk rasa Miss World kemarin Jum’at (6/9/2013). Unjuk rasa besar yang dilakukan ribuan kaum Muslimin hampir setengah hari di jantung Jakarta tidak ada beritanya. Kompak, tak satupun media sekuler yang memberitakan keberatan umat Islam atas kontes maksiyat tersebut. Padahal di lapangan terlihat kerumunan gerombolan wartawan media sekuler dan liberal. Bisik-bisik seorang kawan jurnalis Islam, “Mereka menunggu momen rusuh untuk dipublikasikan besar-besaran,” ujarnya kepada arrahmah.com.
Bahkan Koran Sindo hari Ini Sabtu (7/9/2013) justru membuat headline satu halaman penuh berisi pendapat-pendapat tokoh yang setuju terhadap diselenggarakannya Miss World.
Namun tatkala ada insiden aktivis Islam atas suatu kejadian, langsung mereka menghukum, membuat berita semaunya tanpa cek silang. Padahal tuntutan jurnalistik menuntut mereka untuk klarifikasi dan cover both side. Ada apa gerangan sesungguhnya terhadap media liberal ini. Ternyata mereka tak cukup benci Islam dan kaum Muslimin, namun media liberal juga bertujuan untuk menghancurkan Syariat Islam. Berikut ini wawancara pewarta Suara Islam.com dengan Ketua DPP Front Pembela Islam Bidang Nahi Munkar, H. Munarman, SH. seputar SBY, FPI dan media liberal.
Mengapa dalam setiap kasus yang melibatkan FPI, Presiden SBY begitu cepat dan tanggap dengan mendiskreditkan dan mengutuk FPI. Apakah SBY memiliki kepentingan politis tertentu ?
Secara ideologis SBY memang anti syariat Islam, coba buka saja di You Tube. Pada saat menjelang Pilpres 2004 di depan umat Kristen, SBY terang terangan mengeluhkan, bahwa dia di fitnah ingin menjalankan Syariat Islam. “Itu fitnah, tidak benar saya ingin menjalankan Syariat Islam kalau terpillih jadi Presiden,”, itu kata SBY sendiri. Makanya dia paling cepat merespon negatif kalau ada gerakan yang menginginkan tegaknya Syariat slam seperti FPI.
Dari segi politik, SBY ingin dicitrakan sebagai orang yang populis, yaitu mengikuti kehendak media massa sekuler yang mengatasnamakan publik. Dengan selalu mengambil posisi yang mengecam penegakan Syariat Islam, maka SBY mengharapkan dikenal dunia sebagai pemimpin yang moderat dan toleran dalam arti pro kepada kafir dan anti kepada Islam. Citra ini dibutuhkan dalam rangka ambisinya menjadi Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) setelah selesai menjadi Presiden nanti. Saya berdoa semoga ini tidak tercapai.
Di berbagai media sekuler beredar foto SBY menghadiri Milad I FPI dimana disampingnya terlihat duduk akrab dengan Ketua Umum DPP FPI Habib Rizieq Syihab. Apa sesungguhnya maksud media sekuler mengedarkan foto tersebut ?
(Munarman tertawa, red) Itu kejadian tahun 1999, waktu itu SBY sebagai Kasospol ABRI. Kita semua tahu waktu itu, ABRI adalah bagian yang tak terpisahkan dan tulang punggung dari rezim Orba. Tahun 1999 itu baru saja Rezim Orba luluh lantak oleh demonstrasi rakyat yang menolak Orba, jadi posisi ABRI waktu itu terjepit dan kredibilitasnya jatuh ke titik nol. Maka ABRI perlu merangkul elemen masyarakat termasuk Ormas terutama Ormas Islam.
Karena mayoritas penduduk Indonesia adalah umat Islam dan posisi politik umat Islam pada tahun 1997 sampai 2002 sangat kuat. Nah FPI waktu itu sebagai Ormas Islam yang baru berdiri dipandang perlu untuk dirangkul oleh sisa sisa rezim Orba ini. Makanya SBY selaku Kasospol ABRI pada waktu itu, bela belain datang ke Milad I FPI. Kedatangan ini sepenuhnya untuk kepentingan dia sebenarnya, yaitu dalam rangka agar tidak dituntut oleh rakyat dan umat Islam atas berbagai perilaku politik otoriter di masa Orba, yang menzalami umat Islam dan rakyat Indonesia. Dia pura pura mendukung keberadaan Ormas Islam seperti FPI dengan menghadiri Milad I FPI.
Namun kenyataannya saat ini, setelah posisi umat Islam melemah secara politik dan yang menguasai politik Indonesia saat ini adalah gerombolan sekuler liberal, SBY berbalik berada di pihak sekuler liberal, karena pada dasarnya secara ideologis dia memang seperti itu. Dan saat ini dia membutuhkan citra sebagai seorang demokrat demi ambisinya agar menjadi Sekjen PBB setelah lengser nanti.
Media sekuler bermaksud mengeksploitasi peristiwa tersebut untuk menekan SBY agar membuktikan bahwa dia anti FPI. Lebih kurang pesan yang mau disampaikan oleh media sekuler adalah “pantesan loe nggak mau bubarin FPI, nah loe berkawan sama FPI”. Nah, yang diharapkan oleh media sekuler adalah, reaksi psikologi SBY, agar tetap dalam barisan sekuler liberal adalah “nih gue buktiin bahwa saya tidak dekat dan tidak berkawan dengan FPI, maka FPI saya bubarkan”, kira kira begitu bahasa sehari harinya. Jadi ini permainan psikologi politik dan perang urat syaraf yang dilancarkan oleh media sekuler. Nah permainan psikologi politik dan komunikasi massa ini adalah metode Zionis Internasional. Makanya umat Islam harus hati hati dengan media massa sekuler.
Mengapa media massa di Indonesia yang dikuasai gerombolan Sepilis, selalu bertindak tidak adil atau dholim terhadap FPI. Seperti kasus Pontianak dan terakhir kasus Kendal dan Lamongan ?
Secara ideologis media massa memang tidak menghendaki umat Islam berperan dalam mengelola bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan menjauhkan umat Islam dari keterlibatan pada penyelenggaran negara dengan Syariat Islam, maka umat Islam harus dinegatifkan posisinya. Ini semua ada dalam rencana besar strategi mengendalikan Islam, sebagaimana yang di rekomendasikan oleh Rand Coorporation.
Pada tahun 2003, Rand Corporation juga mengeluarkan beberapa rekomendasi kepada pemerintah AS dengan judul: Civil Democratic Islam: Partners, Resources, and Strategies. Lembaga ini merekomendasikan kepada pemerintah AS menjalin hubungan dan kerjasama dengan kelompok modernis, tradisionalis termasuk kelompok-kelompos Sufi untuk menghadangi perkembangan kelompok fundamentalis yang dianggap menghambat perkembangan demokrasi.
Adapun strategi untuk kelompok Modernis agar bisa melawan kaum Fundamentalis adalah:
• Mempublikasikan dan mendistribusikan hasil kerja mereka dengan biaya yang disubsidi.
• Mendorong mereka menulis untuk massa dan untuk pemuda.
• Memasukkan pandangan-pandangan mereka ke dalam kurikulum pendidikan Islam.
• Memberikan mereka platform publik.
• Menyediakan opini dan sikap mereka terhadap pertanyaan pertanyaan fundamental tentang agama sebagai tandingan kaum fundamentalis dan tradisionalis yang memiliki website, rumah produksi, sekolah, institute dan berbagai kendaraan lain dengan tujuan untuk menghambat pemikiran mereka (yang dikelompokkan oleh Rand sebagai fundametalis, yaitu yang memiliki agenda menegakkan syariat Islam).
• Memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai pilihan counter-culture bagi pemuda Muslim yang belum terpengaruh.
• Memfasilitasi dan mendorong kesadaran terhadap budaya dan sejarah pra-Islam dan yang tidak Islami melalui media dan kurikulum di negara-negara yang relefan.
• Membantu pembangunan organisasi sipil yang independen untuk mempromosikan budaya sipil dan mendorong penduduk lokal untuk mendidik diri mereka tentang proses politik dan mengartikulasikan pandangan-pandangan mereka.
Sementara strategi untuk merangkul kaum Tradisionalis adalah:
• Mempublikasikan kritik terhadap kekerasan fundamentalis dan kaum ekstrimis, mendorong munculnya pertentangan antara tradisionalis dan fundamentalis.
• Menghambat aliansi antara kaum tradisionalis dan fundamentalis.
• Mendorong kerjasama antara kelompok modernis dan tradisionalis yang lebih dekat dengan kelompok modernis.
• Mendidik kelompok tradisionalis untuk memberikan bekal kepada mereka agar dapat berdebat melawan kelompok fundamentalis, karena kelompok fundamentalis dianggap sering memiliki retorika yang lebih superior.
• Meningkatkan citra dan profil kelompok modernis di institusi tradisionalis.
• Membedakan berbagai aliran tradisonal dan mendorong mereka agar memiliki persaman dengan kelompok modernis.
• Mendorong popularitas dan penerimaan kelompok Sufi.
Sedangkan starategi untuk melawan kelompok Fundamentalis adalah:
• Melawan interpertasi mereka tentang Islam dan menampakkan ketidak akuratannya.
• Mengungkap hubungan mereka dengan kelompok dan tindakan yang ilegal.
• Mempublikasikan konsekuensi tindak kekerasan mereka.
• Mendemontrasikan ketidakmampuan mereka dalam memimpin untuk meraih pembangunan yang positif bagi negara dan komunitas mereka.
• Menyebarkan pesan khsususnya kepada generasi muda, penduduk tradisionalis yang saleh, kelompok minoritas di Barat dan kepada perempuan.
• Mencegah memperlihatkan penghormatan dan kekaguman terhadap kekerasan kaum fundamentalis, ekstrimis dan teroris.
• Mensifati mereka sebagai pihak perusak dan pengecut dan bukan sebagai pahlawan.
• Mendorong para jurnalis untuk menginvestigasi isu-isu korupsi, sikap hipokrit dan tindakan amoral kelompok fundamentalis dan teroris.
• Mendorong perpecahan diantara kelompok fundamentalis.
Nah bila dilihat dari strategi Rand Corp diatas yang merupakan cover Zionis Internasional melalui sumber daya mereka yang berbentuk negara yaitu Pemerintah Amerika Serikat, maka dana dari APBN Amerika Serikat disalurkan melalui berbagai LSM dan Media Massa serta lembaga Pemerintah RI. Mereka terus menerus membangun opini untuk menghancurkan umat Islam yang mereka sebut kaum fundamentalis karena memiliki agenda penegakan Syariat Islam dalam penyelenggaraan negara. Sementara disisi lain merangkul dan mengelus-elus antek antek mereka dari kalangan Islam KTP, untuk digunakan melawan agenda Syariat Islam ini. Hal ini sebetulnya sudah sejak lama dilakukan melalui politik devide et impera pada zaman penjajahan dulu, dan saat ini media sekuler menjadi alat propaganda utamanya.
Mengapa pemberitaan media sekuler selalu memojokkan ormas Islam terutama FPI, tanpa melakukan tabayyun terlebih dahulu ?
Media massa adalah instrumen yang ampuh saat ini dalam membangun persepsi masyarakat. Bagi kaum sekuler liberal tidak ada kepentingan untuk melakukan cover both side, karena tujuan mereka adalah menghancurkan Syariat Islam dan kelompok pengusungnya, sebagaimana rekomendasi Rand Corp diatas yang saat ini dijalankan oleh kedubes AS di Jakarta, melalui kerja sama dengan berbagai media massa baik cetak, online maupun televisi. Saya punya berbagai data yang menunjukkan bahwa media cetak, online dan televisi yang bekerjasama dengan pemerintah AS untuk memfitnah umat Islam dalam rangka menghancurkan Syariat Islam. Jadi jangan harap mereka melakukan tabayyun terlebih dahulu.
Terakhir, untuk memperjuangkan tegaknya amar maruf nahi munkar, apakah FPI perlu berubah menjadi partai politik, sehingga dapat mengikuti Pemilu 2019 nanti ?
Ngapain harus mengubah jadi Parpol, malah makin runyam dan makin jauh dari manhaj Rasulullah Muhammad SAW. Bukan berarti saya memusuhi aktivis Islam yang terjun ke Politik melalui Parpol. Cukuplah Parpol yang berbasiskan Islam yang ada saat ini, silahkan Parpol yang ada untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar dengan kekuatan yang ada padanya saat ini.
(azmuttaqin/abdulhalim/arrahmah.com)