BOSTON (Arrahmah.com) – Dzhokhar Tsarnayev (19), pemuda Muslim yang dituduh AS sebagai tersangka Bom Boston kini terbaring di rumah sakit dalam kondisi kritis dan di bawah penjagaan ketat FBI, seperti dilansir HuffPost pada Ahad (21/4/2013).
Dzhokhar ditangkap dengan luka-luka di tubuhnya pada Jumat (19/4), saat ia berlindung di sebuah perahu yang tertutup terpal di halaman belakang rumah seorang warga Watertown.
Pemilik rumah di Watertown itu menghubungi polisi AS setelah melihat darah di dekat kapalnya dan melihat Dzhokhar Tsarnayev yang berdarah bersembunyi di dalam kapal itu.
Penangkapan itu mengakhiri pengejaran polisi AS terhadap ia dan kakaknya, Tamerlan Tsarnayev (26), yang telah meninggal ditembak polisi pada Jumat paginya. Polisi mengklaim telah terjadi tembak-menembak sebelum akhirnya Dzhokhar ditangkap dan dibawa ke rumah sakit dengan ambulans.
Sementara itu, seakan sudah membuktikan bahwa Tsarnayev bersaudara benar-benar pelaku Bom Boston, Obama meminta masyarakat AS untuk tidak terburu-buru menilai motif mereka dalam melakukan pengeboman.
Sedangkan The American Civil Liberties Union menyatakan keprihatinan mereka tentang kemungkinan Dzhokhar akan kehilangan hak membela dirinya dan hak untuk didampingi pengacara dalam proses hukum. Direktur Eksekutif Anthony Romero menjelaskan bahwa pencabutan hak “tersangka” hanya berlaku jika ada ancaman berkelanjutan Dzhokhar terhadap keselamatan publik.
Tanpa landasan yang jelas, penyidik bahkan menggambarkan Tamerlan Tsarnayev sebagai seorang Muslim “garis keras” yang mempengaruhi Dzhokhar, adiknya.
Tamerlan Tsarnayev merupakan mahasiswa akuntansi paruh waktu di Bunker Hill Community College di Boston selama tiga semester pada tahun 2006-2008. Ia telah menikah dan memiliki seorang putri.
Sedangkan adikya, Dzhokhar Tsarnayev adalah seorang mahasiswa kedokteran di University of Massachusetts Dartmouth.
Pada Sabtu (20/4), dua sumber petugas “penegak hukum” menyatakan bahwa pada tahun 2011, intelijen pemerintah asing mengklaim kepada FBI bahwa Tamerlan Tsarnayev adalah pengikut Islam “radikal”.
FBI tidak menyebutkan nama pemerintah asing yang dimaksud, tetapi dua petugas yang tidak mau disebut namanya itu mengatakan bahwa pemerintah asing itu adalah Rusia.
Namun FBI pernah menyatakan bahwa dalam hasil wawancara terhadap Tamerlan Tsarnayev dan kerabatnya, tidak ditemukan aktivitas “terorisme” baik domestik maupun asing. FBI mengatakan telah menyelidikinya melalui beberapa hal seperti telepon, aktivitas online, perjalanan dan hubungannya dengan orang lain. (banan/arrahmah.com)