SUDAN (Arrahmah.id) – Banjir terus menyebabkan kehancuran di Sudan, lebih dari 100 orang tewas dan ribuan orang terkena dampak hujan lebat, pihak berwenang menyatakan keadaan darurat di enam provinsi yang paling parah di negara itu.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan pada Rabu (31/8/2022) mengatakan sedikitnya 258.000 orang terkena dampak banjir di 15 dari 18 provinsi.
Hiba Morgan dari Al Jazeera, melaporkan dari Gezira, mengatakan bahwa banyak penduduk telah dipaksa keluar dari rumah mereka sejak hujan lebat melanda wilayah itu lebih dari dua minggu lalu.
“Gezira adalah salah satu negara bagian di mana telah ditetapkan statusnya oleh pemerintah sebagai darurat bencana. Puluhan desa telah terendam di sini sejak awal musim hujan, membuat ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal, ” kata Morgan.
Morgan menambahkan bahwa banyak orang telah mencari perlindungan ke tempat yang lebih kering, tetapi mereka mengatakan belum menerima bantuan apa pun.
“Kami terbangun karena air masuk ke dalam rumah dan kami mengeluarkan apa yang kami bisa. Setiap jam kami mendengar sebuah rumah runtuh, atau sistem pembuangan kotoran runtuh atau tembok runtuh. Tak ada yang tersisa,” kata Adam Ismail, seorang warga Wad Alnaeim kepada Al Jazeera.
Ismail menambahkan, dia telah menunggu air surut agar dia dan ibunya bisa kembali dan membangun kembali rumah mereka. Akan tetapi, dua minggu kemudian, dia tidak yakin berapa lama waktu yang dibutuhkan.
“Musim hujan kali ini digambarkan oleh banyak orang sebagai salah satu yang terburuk yang pernah mereka lihat, dan hujan deras telah turun di hampir seluruh negeri,” kata Morgan.
Seorang penduduk setempat, Hamdan Tia, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia telah memasang barikade, akan tetapi rumahnya tetap mengalami kerusakan besar.
“Kami membawa anak-anak dan perabotan apa pun yang kami bisa, tetapi rumah kami telah hancur. Kami sudah membangun penghalang tapi air tetap masuk.” lanjutnya.
“Sekarang kami khawatir tentang penyakit yang dibawa air, seperti malaria dan infeksi.”
Hujan deras di Sudan terjadi setiap tahun antara Juni dan Oktober.
Butuh segalanya
Korban banjir Samah Zein mengatakan orang-orang di Gezira ‘membutuhkan segalanya’ untuk membantu mereka memulihkan kehidupan. Banjir telah menghancurkan hampir semua yang mereka miliki, meninggalkan mereka tanpa apa-apa.
“Tempat berlindung, makanan, air, perawatan kesehatan. Yang paling penting kita butuh airnya dikuras supaya bisa kembali lagi. Saya mendengar orang-orang menangis di malam hari karena situasi yang kami hadapi,” kata Zein kepada Al Jazeera.
Tahun lalu, hujan lebat di Sudan menewaskan lebih dari 80 orang dan menyebabkan ribuan rumah terendam air.
Sementara itu, pada 2020, sekitar 800.000 orang terkena dampak banjir, membuat Sudan mengumumkan keadaan darurat. (ZarahAmala/arrahmah.id)