DUSHANBE (Arrahmah.com) – Seorang pengamat perkembangan Islam di di Tajikistan mengatakan negara itu tidak perlu takut untuk melakukan revolusi yang dipimpin oleh Islam.
Saidjon Ahmadov mengatakan pada IWPR bahwa kebangkitan kaum Muslim yang didasarkan pada keimanan adalah salah satu cara untuk kembali pada tradisi dan identitas di negara Asia Tengah ini.
Ia mengakui bahwa kelompok-kelompok radikal seperti Hizbut Tahrir dan Jamaah Tabligh adalah dua organisasi yang aktif di negeri ini. Tetapi, lanjutnya, kemiskinan tingkat tinggi di Tajikistan bukan merupakan penyebab utama terus bertambahnya jumlah anggota mereka.
Geografi juga merupakan salah satu faktor. Ahmadov mengatakan faktor lainnya adalah kedekatan Tajikistan dengan Afghanistan, hubungan Tajikistan dengan Rusia dan negara Eropa lainnya, dan dengan negara-negara sekuler lain di Asia Tengah, serta luka lama rakyat Tajikistan dari perang sipil 1992-1997.
“Siapapun bisa salah memprediksikan,” katanya. “Tapi tidak ada yang bisa mencegah kemungkinan bangkitnya dalam waktu dekat.”
Menanggapi hal tersebut, Ahmadov mengatakan, pemerintah Tajik sedang mengambil sejumlah upaya untuk menggagalkan kelompok-kelompok ‘ekstremis’ dan mencegah para pemuda agar tidak terpengaruh oleh ‘fundamentalisme’ di luar negeri. (althaf/arrahmah.com)