AMMAN (Arrahmah.id) — Para warga Yordania meluapkan kemarahan mereka setelah militer kerajaan membantu menjatuhkan drone dan rudal Iran yang menuju Israel pada Sabtu malam atau Ahad dini hari.
Dilansir The Guardian (15/4/2024), kemarahan pecah ketika protes terhadap perang Israel di Gaza berlanjut di Ibu Kota Yordania, Amman.
Angkatan Udara Yordania dan militer Amerika Serikat (AS) telah menembak jatuh drone dan rudal Iran yang menuju Israel pada Ahad dini hari, mencegahnya mencapai wilayah Israel.
Sisa-sisa rudal jelajah Iran berjatuhan di seluruh negeri, dengan satu pecahan yang sebagian besar masih utuh mendarat di daerah pemukiman di Amman.
Serangan Iran pada hari Ahad merupakan pembalasan atas serangan Israel pada 1 April di konsulatnya di Damaskus, yang menewaskan beberapa pejabat tinggi militer Iran.
Sebagian besar rudal Iran ditembak jatuh, namun beberapa di antaranya menyerang pangkalan militer di Israel selatan.
Setelah meluncurkan rudal, para pejabat Iran mengatakan bahwa mereka menganggap masalah tersebut telah “selesai” dan mendesak Israel untuk tidak melakukan eskalasi lebih jauh.
Israel belum mengumumkan rencana apa pun untuk menanggapi serangan Iran, namun kabinet perang Israel sekali lagi bersidang pada Senin pagi.
Peran Yordania dalam menjatuhkan proyektil Iran memicu kemarahan warga Yordania, yang sebagian besar menentang perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 33.000 warga Palestina sejak 7 Oktober.
Banyak warga Yordania menggunakan media sosial untuk mengungkapkan kemarahan mereka.
“Raja Abdullah II melindungi Israel dari drone Iran, semuanya baik-baik saja. Tapi dia tidak bisa melindungi Tepi Barat [Palestina],” kata Walid al-Jama’iye, warga Yordania pengguna X pada hari Senin.
Pengguna media sosial Israel memuji Raja Abdullah II atas tindakan negaranya yang menembak jatuh drone Iran pada hari Ahad, dan mengatakan bahwa dia adalah sekutu yang lebih baik bagi Israel daripada AS.
Setelah bantuan Yordania dalam menembak jatuh rudal Iran, media Israel melaporkan bahwa pemerintah Israel diperkirakan akan memperpanjang perjanjian bantuan air dengan Yordania untuk satu tahun lagi, yang merupakan permintaan Yordania sebelumnya.
“Pemerintah Yordania berulang kali mengatakan bahwa mereka akan melakukan yang terbaik untuk menghadapi semua rudal yang melewati wilayah udaranya. Pertanyaannya adalah, apakah Yordania akan menghadapi pesawat atau rudal militer Israel jika mereka menyerang Iran?” tanya Ahmad Awad, pendiri dan direktur Phenix Center for Economic and Informatics Studies, kepada The New Arab (16/4).
Awad mengatakan ada kemarahan yang meluas atas penggunaan wilayah udara Yordania untuk mencegah rudal Iran mencapai Israel, namun masyarakat ragu-ragu untuk mengkritik tindakan pemerintah tersebut di depan umum.
“Jelas bahwa posisi negara-negara Barat memiliki bias yang tidak adil dan buta dalam membela rezim apartheid Israel. Mereka tidak memperhatikan kepentingan rakyat di Yordania dan Palestina,” imbuh Awad.
Pemerintah Yordania telah menyerukan diakhirinya perang Israel di Gaza, mengusir duta besarnya dari Amman dan mendukung kasus Afrika Selatan yang menuduh Israel melakukan genosida.
Meski begitu, warga Yordania menyerukan tindakan yang lebih tegas dari pemerintah.
Ribuan warga Yordania telah melakukan protes di depan Kedutaan Israel di Amman sejak 26 Maret, menyerukan Yordania untuk melanggar perjanjian damai tahun 1994 dengan negara Yahudi tersebut.
Pihak berwenang Yordania telah menanggapi protes tersebut dengan penangkapan, menahan lebih dari 200 orang selama tiga minggu terakhir. Organisasi hak asasi manusia telah meminta pemerintah untuk membiarkan protes damai terus berlanjut tanpa gangguan. (hanoum/arrahmah.id)