(Arrahmah.com) – Setelah sahur biasanya kita dilanda kantuk. Jika tidak ditahan, kita bisa tidur lelap dalam keadaan perut masih kenyang.
Sementara itu, ketika tidur metabolisme semua organ dalam tubuh akan melambat. Dengan demikian, kinerja organ-organ dalam sepeti usus dan lambung akan lambat dalam mencerna makanan. Akibatnya makanan tidak tercerna dengan sempurna, sehingga mengancam tubuh kita dengan asam nitrit dan gas racun amonia.
Makanan yg tidak tercerna dgn sempurna akan “diserap” oleh bakteri buruk yang bersifat anaerob (miskin oksigen). Selain itu, jika jumlah bakteri buruk di lambung & usus menjadi dominan, maka hasil metabolisme bakteri yang bersifat asam (asam nitrit) tersebut meningkatkan derajat keasaman tubuh kita. Pasa saat derajat keasaman tubuh (PH) meningkat drastis, maka tanpa kita sadari telah membebani sistem metabolisme tubuh sendiri. Ketika PH kita di atas 4, maka sel kanker di tubuh kita dapat berkembang pesat.
Asam nitrit juga sangat beracun untuk liver kita. Saat kadarnya tinggi, maka liver akan bekerja terlalu keras melawan racun. Kemudian sel darah putih akan gencar diproduksi sebagai tentara yang melawan bakteri jahat tersebut. Jika sel darah putih menjadi berlebih, maka kadar sel darah pada tubuh kita menjadi tidak seimbang. Dan seperti tentara yang kelebihan daya, maka sel darah putih bisa melakukan penyerangan terhadap bakteri baik yang bermanfaat bagi tubuh kita.
Sebagai efek merusak lainnya, saat tertidur dalam keadaan baru terisi, lambung dan usus tidak mencerna secara optimal, maka makanan menumpuk dalam usus dan membusuk tak terurai menjadi seperti sampah. Ketika tak tercerna sempurna, sari-sari makanan tidak terserap, dan makanan sisa tidak terubah menjadi feces (kotoran) yang normal, terjadilah penumpukan gas racun amonia dalam tubuh. Gas inilah yang bisa membuat mulut kita atau platus (gas buang angin) menjadi beraroma tidak sedap melebihi bau normalnya. Selain itu, jumlah gas berlebih di dalam perut dapat berakibat kembung dan begah.
Maa syaa Allah, hanya karena tidur segera setelah sahur, tujuan shaum menjadi terabaikan. Syari’at shaum, Allah ta’ala wajibkan dengan imbalan pahala surga dan kemaslahatan fisik juga psikis bagi yang mengamalkannya sesuai sunnah Rasulullah salallohu ‘alayhi wasallam.
Maka sungguh banyak hikmah di balik teladan Rasulullah shallaahu ‘alayhi wasallam yang tidak pernah tidur setelah sahur. Mari kita lawan kantuk dengan tilawah dan taddabur Qur’an, ta’lim, membaca buku, membersihkan lingkungan atau kegiatan maslahat lainnya yang dapat menambah pahala.
Tentunya tidur juga akan menjadi ibadah yang indah di bulan Ramadhan, jika dilakukan pada saat yang tepat dan diniatkan untuk kebaikan. Kita diperbolehkan tidur 1-2 jam setelah makan dan tak lupa awali dengan do’a dan dzikir hingga terlelap. Wallahu’alam bishowab. (adibahasan/dbs/arrahmah.com)