YERUSALEM (Arrahmah.id) – Tahanan Palestina Walid Daqqa (62) meninggal pada Ahad (7/4/2024) setelah 38 tahun mendekam di penjara ‘Israel’, akibat penyakit kanker.
Otoritas Urusan Tahanan dan Klub Tahanan mengumumkan, dalam sebuah pernyataan singkat, kesyahidan Daqqa di dalam Rumah Sakit Assaf Harofeh sebagai akibat dari kebijakan kelalaian medis yang disengaja dan “pembunuhan perlahan” yang diikuti oleh penahanan administrasi oleh pendudukan terhadap narapidana yang sakit.
Kondisi kesehatan Daqqa semakin memburuk sejak Maret tahun lalu, yakni 3 bulan sebelum tanggal pembebasan sebelumnya, akibat menderita pneumonia berat dan gagal ginjal parah, serta didiagnosis menderita kanker myelofibrosis pada 18 Desember 2022, yang merupakan kanker langka yang menyerang sumsum tulang.
November lalu, Mahkamah Agung ‘Israel’ menolak melepaskan Daqqa meski kondisi kesehatannya memburuk.
Surat kabar Israel Today mengatakan bahwa Daqqa telah dipenjara sejak 1986, atas tuduhan penculikan dan pembunuhan seorang tentara ‘Israel’ pada 1984, dan dia adalah salah satu tahanan Palestina tertua di penjara ‘Israel’.
Daqqa berasal dari kota Baqa al-Gharbiya (utara) dalam wilayah tahun 1948 (pedalaman Palestina).
Organisasi hak asasi manusia Palestina, termasuk Asosiasi Tahanan dan Mantan Tahanan (resmi) dan Klub Tahanan Palestina (Ahli), sebelumnya menuduh ‘Israel’ lalai dalam menangani Daqqa, yang menyebabkan kondisi kesehatannya memburuk.
Reaksi
Gerakan Pembebasan Nasional Palestina (Fatah) berduka atas syahidnya Daqqa dan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kebijakan pengabaian dan penundaan yang dilakukan oleh otoritas pendudukan terhadap tahanan Daqqa meskipun kondisi kesehatannya memburuk; Ini adalah kejahatan besar.
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengatakan: “Kami memperbarui perjanjian kami dengan para tahanan sampai mereka mendapatkan kebebasan,” dan menambahkan: “Kejahatan Ben Gvir terhadap para tahanan adalah menggagalkan upaya para mediator dan menempatkan hambatan di depan mereka.”
‘Israel’ menahan setidaknya 9.100 tahanan Palestina di penjara-penjaranya, dan kondisi mereka semakin memburuk sejak dimulainya perang dahsyat di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, menurut organisasi-organisasi ini. (zarahamala/arrahmah.id)