LONDON (Arrahmah.com) – Bukti mengenai penyiksaan yang brutal dan sistematis di pusat introgasi rahasia militer Inggris di Bagram, yang juga disebut sebagai Abu Ghraib ala Inggris akhirnya terungkap selama persidangan sebanyak 200 mantan tahanan pada Jumat (5/11/2010), Guardian melaporkan Sabtu (6/11).
Bukti-bukti itu menunjukkan bahwa para tahanan mengalami kelaparan, kekurangan tidur, serta diancam akan mengalami pengeksekusian di fasilitas rahasia di dekat Basra yang dioperasikan oleh Joint Force Interrogation Team (JFIT).
Bukti itupun menyatakan bahwa tahanan JFIT dipukul, dipaksa untuk mengambil posisi yang diinginkan oleh para penjaga penjara selama lebih dari 30 jam, dan beberapa tahanan menjadi objek penyiksaan dengan kejutan listrik. Sejumlah tahanan mengatakan bahwa mereka pun menjadi objek penyelewengan seksual oleh tentara perempuan, sementara tahanan lainnya mengaku disekap selama beberapa hari di dalam penjara yang luasnya hanya satu meter persegi.
Bukti-bukti ini terungkap beberapa minggu setelah beberapa pejabat departemen pertahanan mengakui tentara Inggris dan angkatan udaranya merupakan terdakwa yang harus bertanggung jawab atas pembantaian dan pembunuhan terhadap sejumlah warga sipil Irak, dalam kasus besar Baha Mousa, resepsionis hotel yang disiksa hingga meninggal oleh tentara pada September 2003. Satu orang didakwa karena membunuh seorang awak helikoper, sementara dua lainnya meninggal setelah ditahan dan setelah melewati proses introgasi.
Bulan lalu, Guardian mengungkapkan bahwa beberapa tahun setelah kematian Mousa, militer Inggris terus melanjutkan pelatihan teknik introgasi yang mengerikan, yang jelas-jelas melanggar konvensi Jenewa. Para pelatih memprovokasi peserta pelatihan agar mereka menjadi orang-orang yang mampu untuk memunculkan di dalam diri tahanan yang mereka introgasi perasaan terhina, stres, lelah, cemas, dan ketakutan yang luar bbiasa.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Inggris menepis bukti-bukti tersebut dan menolak dilakukan penyeledikan dengan dalih biaya yang tinggi.
“Penyelidikan dengan biaya tinggi tidak mungkin mampu untuk menginvestigasi kejahatan individu atau memberikan sanksi atas individu tersebut. Berbagai penyelidikan serupa akan lebih bisa diterima jika ditujukan bukan untuk memenuhi gugatan individu,” kata Nick Harvey, dari kementerian militer Liberal Demokrat.
Terbongkarnya informasi ini menjadi satu lagi bukti yang memperlihatkan realitas bahwa mengembalikan stabilitas keamanan di Irak hanyalah dalih untuk membenarkan perilaku keji dan biadab para agen salibis, termasuk militer Inggris.(althaf/arrahmah.com)