WASHINGTON (Arrahmah.com) – Keluarga dari dua tahanan yang meninggal di Teluk Guantanamo pada tahun 2006, pada hari Senin (13/6/2011) menantang pernyataan pemerintah bahwa anggota keluarga mereka bunuh diri, dengan mengatakan bahwa tahanan tewas karena disiksa sampai mati, lansir AFP, Selasa (14/6).
Pihak keluarga dari dua tahanan berkebangsaan Arab Saudi Yasser al-Zahrani dan berkebangsaan Yaman Salah al-Salami menuntut banding ke pengadilan federal. Mereka memperoleh bukti baru, termasuk keterangan dari empat saksi mata yang merupakan penjaga militer AS.
“Kami memiliki saksi mata langsung, yang selama ini menutup-nutupi keadaan sebenarnya dari kematian korban,” kata pengacara mereka, Padriss Kebriaei. Ia menambahkan bahwa baik pemerintahan Bush maupun Obama mengklaim bahwa mereka bunuh diri.
Al-Zahrani (21) dan Al-Salami (33) ditahan tanpa tuduhan apapun dan tidak diperbolehkan menerima kunjungan selama sekitar empat tahun di pangkalan militer AS di tenggara Kuba.
Pentagon berpendapat bahwa dua orang, bersama dengan seorang tahanan ketiga yang keluarganya tidak ikut memberikan pengaduan, bunuh diri dengan menggantung diri di dalam sel mereka.
Tapi Joe Hickman, seorang tentara AS yang sedang bertugas berjaga di menara pada malam kematian mereka, mengatakan ia melihat tiga tahanan dikawal oleh mobil van ke sebuah tempat rahasia di luar kompleks utama yang dikenal sebagai ‘Camp No’. Dinamakan ‘Camp No’ karena siapapun yang ditanya mengenai keberadaan kamp rahasia tersebut mengatakan, “Tidak ada”.
Tak lama kemudian, van tersebut kemudian menurunkan tiga mayat di fasilitas medis, di mana Hickman diberitahu para tahanan telah tewas dan pakaian yang mereka kenakan sudah rusak.
November tahun lalu, Departemen Kehakiman AS, menyimpulkan bahwa informasi dari Sersan Hickman tidak bisa dikonfirmasi. Tapi Talal al-Zahrani, ayah dari salah satu korban, mengatakan bahwa ketika ia mengambil jasad anaknya, ia melihat semua jejak penyiksaan, di wajahnya, di dadanya, dan di kepalanya.
“Saya menolak untuk menandatangani formulir yang diberikan kepada saya oleh pihak berwenang yang isinya palsu bahwa anak saya telah melakukan bunuh diri. Sangat jelas dia tidak melakukannya. Dari hasil pemeriksaan medis berikutnya, kerongkongan anak saya diketahui telah robek dan di tubuhnya terdapat tanda-tanda penyiksaan, termasuk tanda beberapa injeksi di tangannya,” ungkap Al Zahrani. (althaf/arrahmah.com)