WASHINGTON (Arrahmah.com) – Banyak orang di dunia ini sadar akan kondisi kejam dan ancaman yang didapatkan para tahanan dalam penjara “perang melawan teror” milik AS. Para tahanan tersebut berada dalam penjara Abu Ghraib, Guantanamo, Bagram dan “neraka” lainnya yang diciptakan AS. Namun sedikit yang sadar bahwa terdapat ribuan anak yang ditangkap AS dan sekutunya dalam perang melawan teror ini.
Beberapa anak berada di Guantanamo dan mendapatkan sedikit publikasi namun kebanyakan dari mereka berada di penjara Irak dan Afghanistan dan tidak mendapatkan perhatian dari media AS. Apa yang terjadi hingga anak-anak ini menjadi korban dalam perang AS?
Pada Mei 2008, otoritas AS melaporkan kepada PBB bahwa mereka menahan sedikitnya 513 anak Irak dalam penjara AS. NAmun AS tidak melaporkan berapa banyak anak-anak Irak yang ditahan oleh otoritas AS ke dalam penjara tentara boneka Irak. Kebanyakan dari mereka berada dalam “neraka” yang sama dengan para tahanan dewasa.
AS mendapat banyak kritikan dari publik internasional untuk ancamannya terhadap anak-anak ketika jumlah tersebut dipublikasikan. Namun akhirnya otoritas AS kembali merilis sebuah kebohongan dan melaporkan bahwa hanya lima anak yang berada dalam penjara AS di Irak dan Afghanistan hingga Desember 2009. Laporan tersebut tidak mengatakan mengenai apa yang dialami dengan ratusan anak lainnya.
American Civil Liberties Union (ACLU) pada 28 Januari lalu menyatakan keprihatinannya terhadap laporan pemerintah AS. Mereka merasa angka yang turun secara drastis tersebut mungkin karena otoritas AS telah memindahkan para tahanan anak ke tangan otoritas Irak. Seperti yang diketahui, tentara boneka Irak juga menciptakan penjara neraka yang hampir sama kejam dengan yang diciptakan AS. ACLU mempertanyakan data tersebut dan meminta jaminan bahwa mereka benar-benar terbebas di bawah hukum internasional.
Jamil Dakwar, Direktur ACLU mengatakan, “….publik ingin mengetahui secara jelas bagaimana kasus ini diselesaikan. Kami berharap bahwa AS dapat mengonfirmasikan berapa banyak tahanan anak yang dilepaskan dan berapa banyak yang dipindahkan ke tangan otoritas Irak dan Afghanistan untuk diadili.”
Laporan AS tidak disertai dengan informasi mengenai perlakuan seperti apa yang diberikan kepada tahanan anak di bawah 18 tahun saat mereka ditangkap hingga berada dalam penjara AS. Juga apakah kebijakan militer AS membiarkan tim medis masuk untuk menolong tahanan anak yang membutuhkan mereka saat berada dalam penjara.
Kenapa administrasi Obama tidak merilis informasi ini untuk publik? Apa yang disembunyikan oleh mereka? Tidaklah cukup hanya menyebutkan angka yang berkurang drastis. Bagaimana kondisi dari mereka yang masih ditahan? Apakan anak-anak tersebut mendapatkan hak pembelaan? Kriminalitas macam apa yang mereka lakukan? Inilah pertanyaan yang belum mendapat jawaban. Tahanan anak-anak yang menjadi korban “perang melawan teror” yang diciptakan AS hingga kini tidak terdengar oleh telinga publik. (haninmazaya/worldcantwait/arrahmah.com)