LONDON (Arrahmah.com) – Shaker Aamer, warga negara Inggris terakhir yang ditahan di Teluk Guantanamo, telah menggambarkan penderitaan yang ia terima ketika mendekam di tahanan selama 14 tahun.
Shaker Aamer, yang ditahan di penjara militer setelah peristiwa 9/11, menjelaskan penyiksaan yang dilakukan oleh penjaga, pengambilan darah secara paksa, dan ketakutan bahwa ia tidak akan bisa keluar hidup-hidup, meskipun ia diberitahu akan dibebaskan.
Pria berusia 46 tahun ini mogok makan untuk memprotes penyiksaan yang dilakukan oleh petugas.
Shaker Aamer menjelaskan bahwa dia ditahan di hanggar pesawat yang dingin selama musim dingin di Afghanistan.
Ia juga mengklaim seorang perwira intelijen Inggris hadir ketika kepalanya berulang kali dibenturkan ke dinding oleh Amerika selama interogasi.
Dalam daftar pernyataan 24.000 kata yang dia berikan kepada Polisi Metropolitan dua tahun lalu, Shaker Aamer mengatakan dia disiksa oleh militer AS sejak hari pertama.
Dia ditangkap di Afghanistan pada Desember 2001, dicurigai sebagai tokoh senior Al-Qaeda, dan dia menyangkal tuduhan tersebut.
Dalam pembicaraannya di telepon kepada pengacaranya, Clive Stafford Smith, Shaker Aamer mengatakan ia takut tidak akan pernah merasakan kebebasan.
“Aku tahu ada orang yang tidak ingin aku melihat matahari lagi. Semua ini tidak ada artinya sampai mereka menandatangani surat-surat, apa pun bisa terjadi sebelum aku keluar. Jadi jika aku mati, itu akan menjadi tanggung jawab Amerika sepenuhnya,” katanya, menurut laporan Daily Mail pada Ahad (4/10/2015).
Shaker Aamer mengatakan dia hampir tidak bisa percaya bahwa ia akan dibebaskan, namun jika hari itu datang, ia takut bagaimana ia akan menghadapi dunia di luar penjara.
Aamer akan bebas dalam 30 hari setelah pemerintahan Barack Obama memberitahu Kongres AS untuk melepaskan dia kembali ke Inggris, tempat Aamer memiliki istri dan empat anak.
Ameer lahir di Arab Saudi dan menikahi seorang perempuan Inggris.
(fath/arrahmah.com)