Oleh: Ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman
(Arrahmah.com) – Bismillahirrahmanirrahim…
Alhamdulillahi hamdan thayyiban mubarakan fihi, mubarakan ‘alaihi kama yuhibbu rubbuna wayardha…
Saudaraku yang dimuliakan Allah subhanahu wata’ala, hari ini hari yang paling baik dan mulia dari segala hari yang telah diciptakan Allah. Karena itu marilah kita memaksimalkan amal shalih kita sehingga sempurna keberkatan DENGAN MEMPERBANYAK MEMBACA SELAWAT UNTUK NABI KITA MUHAMMAD SAW, MEMBACA AL QUR’AN, BERINFAQ UNTUK DAKWAH & JIHAD serta amal-amal shalih yang lainnya.
Tadabbur kita dihari yang penuh barakah ini ialah firman Allah yang terdapat dalam surah An Nisaa’, 4: 77-84.
Allah berfirman:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً وَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلَا أَخَّرْتَنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا (77) أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِكَ قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ فَمَالِ هَؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا (78) مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا (79)مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا (80) وَيَقُولُونَ طَاعَةٌ فَإِذَا بَرَزُوا مِنْ عِنْدِكَ بَيَّتَ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ غَيْرَ الَّذِي تَقُولُ وَاللَّهُ يَكْتُبُ مَا يُبَيِّتُونَ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا (81) أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا (82) وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا (83) فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيلًا (84)
Tarjamah Tafsiriah:
“Wahai Muhammad, apakah kamu tidak memperhatikan para sahabat di Makkah yang ingin segera berperang sebelum ada perintah untuk berperang? Mereka diseru: “Janganlah kalian tergesa-gesa untuk berperang. Akan tetapi laksanakan shalat dan keluarkan zakat lebih dahulu.” Namun ketika para sahabat hijrah ke Madinah lalu diperintahkan untuk berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka takut kepada golongan kafir Quraisy seperti takut mereka kepada Allah, bahkan lebih takut lagi. Sebagian sabahat itu berkata: “Wahai Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan perang kepada kami. Alangkah baiknya sekiranya Engkau menundanya beberapa waktu lagi.” Wahai Muhammad, katakanlah: “Kesenangan dunia itu sangat remeh, sedangkan pahala akhirat jauh lebih baik bagi siapa saja yang taat kepada Allah dan bertauhid. Wahai kaum mukmin, kalian tidak akan diperlakukan secara zhalim sedikit pun.” (77)
“Wahai manusia, di mana pun kalian berada, maut akan mengejar kalian. Sekalipun kalian berada dalam benteng-benteng yang kokoh. Jika kaum mukmin memperoleh kemenangan, orang-orang munafik yang tidak ikut berperang berkata: “Kemenangan itu dari Allah.” Jika kaum mukmin kalah, orang-orang munafik itu berkata: “Wahai Muhammad, kekalahan ini karena kamu.” Wahai Muhammad, katakanlah: “Menang atau kalah dalam perang, semuanya dari Allah.” Akan tetapi, mengapa kaum munafik nyaris tidak mampu memahami hal ini?” (78)
“Wahai manusia, apapun nikmat yang kalian peroleh, semuanya datang dari Allah. Apapun musibah yang menimpa kalian adalah karena kesalahan kalian sendiri. Wahai Muhammad, Kami telah mengutusmu sebagai rasul kepada umat manusia. Cukuplah Allah sebagai saksi atas kebenaran kenabianmu.” (79)
“Siapa saja yang taat kepada Rasul-Nya, berarti ia taat kepada Allah. Wahai Muhammad, siapa saja yang ingkar kepada Rasul Allah, Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pelindung bagi orang-orang kafir.” (80)
“Orang-orang munafik berkata kepada Nabi: “Kami taat kepadamu.” Wahai Muhammad, setelah orang-orang munafik itu meninggalkan kamu, sebagian mereka berunding pada malam hari untuk mengatur siasat guna melawan kamu. Allah mencatat siasat jahat mereka. Wahai Muhammad, janganlah kamu pedulikan orang-orang munafik itu. Pasrahkanlah dirimu kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi pembelamu.” (81)
“Apakah orang-orang munafik itu tidak mau memperhatikan Al-Qur’an dengan seksama? Sekiranya Al-Qur’an ini datang dari selain Allah, niscaya mereka akan mendapati banyak sekali ayat-ayat yang saling bertentangan dalam Al-Qur’an ini.” (82)
“Ketika orang-orang munafik mengetahui kekuatan atau kelemahan kaum muslim, mereka segera menyebarluaskannya kepada musuh. Sekiranya orang-orang munafik itu mau menyerahkan kepada Rasul dan para pemimpin kaum mukmin untuk mengatasi kelemahan kaum mukmin, niscaya Rasul dan para pemimpin itu akan mencari penyelesaiannya. Wahai kaum mukmin, sekiranya bukan karena rahmat Allah dan karunia-Nya kepada kalian, niscaya kalian semua sudah mengikuti bisikan setan. Hanya sedikit dari kalian yang tidak mengikuti bisikan setan itu.” (83)
“Wahai kaum mukmin, perangilah orang-orang kafir demi membela Islam. Seseorang tidak diberi beban kecuali sesuai kemampuannya. Wahai Muhammad, bangkitkanlah semangat kaum mukmin untuk berperang. Semoga Allah menghilangkan beban penderitaan yang ditimpakan orang-orang kafir kepada orang-orang mukmin. Allah jauh lebih kuat dan lebih kuasa dalam memberikan hukuman kepada orang-orang kafir.” (84)
Pelajaran dari ayat-ayat diatas ialah:
Ayat-ayat diatas menerangkan sikap para munafiqin yang besar mulut tapi ciut hati (pengecut). Ketika perintah perang belum datang, memperlihatkan kehebatannya, pamer semangat jihad, merendahkan orang lain yang tidak seperti dia, seakan-akan dialah “muwahid” dan mujahid sejati.
Lisannya pedas, tajam, suka menghina dan mencerca orang Islam lainnya, membanggakan kelompoknya, tetapi ketika musim jihad telah tiba, berbagai alasan yang didatangkan untuk membenarkan tindakan pengecut dan kebakhilannya. Rugilah si munafiq ini di dunia dan di akhirat, di akhirat nanti ditempatkan dalam neraka yang paling bawah. (QS An Nisa 4:145).
Kemudian ayat 84 menjelaskan bahwa jihad itu adalah wajib bagi setiap orang beriman. Andaikata sulit mencari mujahid yang berani disaat fitnah merajalela (seperti sekarang ini), kewajiban jihad itu tidak gugur dari padanya, bahkan dia tetap bersungguh-sungguh meskipun dia seorang diri sesuai dengan kemampuannya. Karena jihad itu bersifat kekal sampai datangnya hari kiyamat.
Walluhu a’lam bish shawab…
(abujibriel.com/arrahmah.com)