(Arrahmah.com) – Setiap malam Jum’at, di Masjid Raya Ar-Rasul Jogjakarta diadakan Majelis Ta’lim dengan tema ‘Tadabbur Al-Qur’an,’ dengan narasumber Ketua Departemen Dakwah Majelis Mujahidin, Ustadz Ahmad Isrofiel Mardlatillah.
Pada malam Jum’at, 15 Mei 2014 lalu, terasa asyik dan mencerahkan ketika mentadabburi firman Ilahy, Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 24.
Firman Allah:
وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ …
Tadabbur ayat:
“… Jika kamu lupa akan sesuatu, hendaklah kamu mengingat Tuhanmu …”
Betapapun kuatnya ingatan seseorang, pasti dia pernah lupa. Dan kebanyakan manusia, bukan mengingat Allah di kala lupa, tapi sebaliknya lupa mengingat Allah. Bahkan tidak sedikit juga manusia yang lupa ingatan.
Lalu apakah maksud ayat ini, apabila kamu melupakan sesuatu Allah perintahkan untuk mengingat-Nya. Apakah mengingat Allah menjadi solusi terhadap problem lupa akan sesuatu?
Untuk memudahkan kita mentadabbur firman Allah di atas, ada baiknya kita menyertakan atsar seorang ulama shalih dari kalangan tabi’in. Dalam kitab Majmu’ah minal Qashash al-Qashirah (Kumpulan Cerita-cerita Pendek) terdapat kisah menarik berjudul Qisshatu al-Maal adh-Dha’i’ (Kisah Harta yang Hilang).
Pada suatu malam, seseorang mendatangi Imam Abu Hanifah, lalu berkata,
“Wahai Imam, sejak lama sekali saya mengubur sejumlah uang di suatu tempat, namun sekarang saya lupa dimana tempatnya. Dapatkah Anda menolong saya untuk memecahkan masalah ini?” Beliau berkata, “Sebenarnya pertanyaan Anda bukan urusan ahli fiqh. Tapi, tunggu sebentar sampai saya menemukan solusi untuk Anda!”
Sejenak beliau berpikir, lalu berkata, “Pergilah, lalu kerjakan shalat sampai Subuh! Insya Allah nanti Anda akan teringat dimana tempat harta itu.”
Orang itu pun pergi dan mulai mengerjakan shalat. Tidak lama setelah ia mengerjakan shalat, belum tiba waktu Subuh, bahkan masih di tengah-tengah shalat, ia teringat tempat dimana menguburkan uangnya. Ia pun bergegas pergi kesana dan mengambilnya.
Keesokan paginya, orang itu kembali mendatangi Imam Abu Hanifah. Ia mengabarkan bahwa uangnya sudah ditemukan, dan ia pun sangat berterima kasih kepada beliau. Kemudian bertanya, “Bagaimana Anda tahu bahwa saya akan teringat tempat menguburkannya?” Beliau menjawab, “Saya tahu bahwa syetan tidak akan membiarkan Anda mengerjakan shalat. Dia pasti menyibukkan Anda untuk mengingat-ingat harta itu, sehingga Anda lupa mengerjakan shalat Anda.”
Sebagai orang awam, orang itu tidak bertanya kepada paranormal, dukun, ataupun jin, melainkan bertanya kepada ulama shalih dan alim sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ …
“Maka tanyakanlah pada orang yang berilmu jikalau kamu tidak mengetahui…”
Dalam kaitan ini, Ibnu Taimiyah pernah berkata: Saat ada masalah yang amat pelik dan rumit, yang sampai membuatku merasa “buntu” dan seakan terkunci pemecahannya bagiku, maka akupun langsung beristighfar kepada Allah sebanyak 1000 kali atau lebih atau kurang, hingga Allah berkenan membukakan dan memecahkannya untukku.
Begitulah tadabbur terhadap ayat di atas. Apabila kita mengingat Allah, niscaya Allah akan membantu untuk mengingat apa yang kita lupa. Wallahu a’lam bis shawab.
Maka disarankan kepada kaum mukmin, terutama pemimpin dan para pejabat negara yang suka memberi janji manis kepada rakyat kemudian melupakannya, supaya banyak mengingat Allah dan menaati peringatan-Nya. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala berkenan menolong mereka mengingat janjinya dan mampu memenuhi janji dengan pertolongan Allah Rabbul ‘Alamin.
Takmir Masjid Raya Ar-Rasul
Jogjakarta, 16 Mei 2014
(Ukasyah/arrahmah.com)