CIBUBUR (Arrahmah.com) – Sabtu (4/5/2013), Al-hamdulillah Tabligh Akbar Rohingya di Masjid Darussalam Kotawisata Cibubur berlangsung lancar dan berkah.
Acara tersebut dihadiri oleh lebih dari 150 peserta. Setelah dibuka dengan tilawah, Tabligh Akbar peduli Muslim Rohingya ini dilanjutkan berupa diskusi panel.
Yang hadir sebagai narasumber di antaranya adalah KH. Muhammad al-Khothtot (Sekjen Forum Umat Islam), Ustadz Bernard Abdul Jabbar (Sekjen Komite Advokasi Muslim Rohingya Arkan), dan DR. Muhammad Yunus (President Rohingya Organization Solidarity).
Sebagai pemimpin organisasi solidaritas Rohingya, Dr. Muhammad Yunus yang Sejak 1975 bergabung dengan Gerakan Pembebasan Muslim Rohingya agar bisa menjadi negara Muslim yang merdeka, memaparkan bahwa Muslim Rohingya adalah penduduk asli wilayah Arakan (Arakan State). Penduduk etnis Rohingya memeluk Islam sejak abad 8 Masehi.
Selama lebih dari 350 tahun dipimpin oleh seorang Sultan. Di bidang ekonomi, Arakan State sudah cukup berkembang. Mata uang yang beredar disana adalah logam sejenis Dinar.
Kemudian, penjajah Inggris datang menguasai Myanmar abad ke-17. Setelah merdeka, Myanmar, yang mayoritas beragama Buddha, sekuat tenaga ingin memasukan Arakan State sebagai wilayah pemerintahannya.
Selama berpuluh-puluh tahun, Muslim Rohingya mendapat perlakuan diskriminatif dari Pemerintah Budha Myanmar. Bahkan saat ini, dikeluarkan Undang-undang yang mencabut kewarganegaraan penduduk Rohingya. Selama ini, opini yang sengaja dibuat media internasional telah memutarbalikan fakta. Seolah-olah Rohingya adalah imigran dari Bangladesh.
Dari jumlah penduduk Arakan sebanyak 4 (empat) juta jiwa, sekarang tersisa sekitar 800.000 jiwa saja.
Dr. Muhammad kembali menegaskan bahwa saat ini masih berlangsung pembantaian, pembunuhan penduduk sipil Muslim tidak berdosa. Wanita dan anak-anak diperkosa dan disiksa. Ratusan Masjid dan sekolah dibakar tidak bersisa. Adapun penduduk yang berhasil menyelamatkan diri mengungsi menyebrang lautan ke beberapa negara tetangga.
Kondisi penduduk Rohingya yang mengungsi pun sangat memprihatinkan. Bahkan, beberapa negara tetangga, bahkan negara Muslim, menolak dan mendeportasi mereka.
Melihat kondisi seperti ini, Forum Umat Islam (FUI) membentuk sebuah Komite Advokasi Muslim Rohingya Arakan (KAMRA). Ustadz Bernard Abdul Jabbar sebagai Sekjen KAMRA menghimbau agar kaum Muslimin Indonesia ikut peduli dan bisa merasakan penderitaan sesama saudara seiman.
Dalam sesi tanya jawab, peserta mengusulkan agar KAMRA dan FUI mendesak pemerintah maupun organisasi Buddha Indonesia untuk bisa terlibat menyelesaikan masalah ini. Menanggapi peserta tersebut, Sekjen FUI menyebutkan jika pemerintah tidak bisa tegas maka kita akan menyerukan Jihad ke Rohingya.
Di akhir sesi, DR. Adyaksa Dault, menambahkan bahwa pemerintah Indonesia harus bertindak terhadap Genoside yang dilakukan Pemerintah Myanmar. Jumlah penduduk Indonesia mayoritas Muslim berjumlah 46% dari total penduduk Asia. Selayaknya memiliki power untuk memberi tekanan kepada Myanmar. Bahkan jika perlu Pemerintah Indonesia memboikot Sea Games bulan Desember 2013 ini di Myanmar.
Al-hamdulillah, pada acara tersebut terkumpul dana sedikitnya Rp 17.333.000 dan 70 dollar Singapura.
Panitia mendoakan kepada yang sudah berinfak semoga Alloh (Subahanahu wa Ta’ala) membalas dengan kebaikan yang berlipatganda hingga 700 kali lipat. Bahkan semoga dicatat sebagai muslim sejati yang akan mendapatkan Jannah al-Firdaus bersama para Nabi, Shiddiqien, Syuhada dan Sholihin.
Panitia acara tersebut masih membuka kesempatan kepada kaum muslim untuk bisa membantu penderitaan Muslim Rohingya di Arakan.
Sedalam apakah kepedulian kita terhadap saudara-saudara sesama Muslim disana?
(arrahmah.com)