LAS VEGAS (Arrahmah.com) – Jika dalam dunia perekonomian dikenal singkatan BRIC yang merupakan kependekan dari Brazil, Rusia, India, dan Cina. Empat negara tersebut merupakan pemimpin pasar berkembang. Hal serupa ternyata berlaku pula dalam tren pertumbuhan spam. Dalam laporan Spam & Phising Report terakhir, empat negara itu juga jadi pemimpin pasar.
“Kita tahu BRIC adalah pemimpin negara berkembang dan menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa,” kata juru bicara Symantec, seperti diberitakanInfo Security Magazine.
“Negara ini juga menunjukkan pertumbuhan yang cepat dalam broadband Internet,” ucapnya.
Pertumbuhan dalam penggunaan broadband membuat negara-negara tersebut rentan terhadap botnet, sebuah jaringan komputer yang terinfeksi.
“Terbukti, selama bulan Februari, Symantec mencatat bahwa volume spam rata-rata harian naik hingga 8,7 persen,” sebut juru bicara Symantec. “Kenaikan rata-rata spam harian itu merupakan yang pertama terjadi sejak Agustus 2010,” ucapnya.
Secara keseluruhan, Symantec mencatat, spam menyumbang sebesar 80,65 persen dari keseluruhan email di bulan Februari. Bandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 79,55 persen. Namun demikian, tren itu telah diperkirakan sebelumnya.
Selain peningkatan jumlah spam, bulan lalu terjadi pula peningkatan jumlah phising, tepatnya mencapai 38,56 persen.
“Peningkatan phising khususnya terjadi di beberapa sektor seperti pada penggunaan toolkit otomatis dan domain unik,” sebut Symantec.
Sebagai informasi, jumlah website phishing (penipuan) yang dibuat dengan toolkit otomatis meningkat sekitar 50,33 persen. Website phising dengan URL unik naik 33,73 persen. Adapun website jahat yang menggunakan domain IP (angka-angka) turun sebesar 47,22 persen.
Dari laporan juga terungkap bahwa terjadi lonjakan yang signifikan terhadap jumlah situs phising yang menggunakan bahasa di luar Inggris. Angkanya mencapai 76,51 persen. Di antara situs phishing non-Bahasa Inggris, situs berbahasa Portugis, Perancis, dan Spanyol merupakan yang terbanyak. (SM/arrahmah.com)