BOGOR (Arrahmah.com) – Syiah itu hanya modus alias modal dusta untuk kepentingan diri mereka. Ini ditegaskan Ustadz H. Willyuddin A.R. Dhani Koordinator Masyarakat Muslim Bogor usai apel akbar parade tauhid mendukung walikota Bogor memberantas maksiat dan Syiah di wilayah Bogor, Jumat (30/10/2015).
Dalam perbincangannya kepada arrahmah.com.di tengah guyuran hujan lapangan Sempur Bogor, Ustadz Dhani memaparkan tiga modus misi syiah.
Pertama, orang Syiah ingin mendapatkan hidup mewah untuk menghidupkan agama Majusi caranya menipu jamaahnya dengan membayar khumus.
Kedua mereka ingin melampiaskan nafsu syahwatnya pada gadis-gadis muda bahkan anak-anak di bawah umur dengan istilah kawin mut’ahnya.
Yang ketiga, kata ustadz Dhani, mereka ingin menjadi orang-orang yang dianggap suci sehingga memproklamirkan diri sebagai imam-imam yang lepas daripada dosa, maksum.
Ketiganya, kata Ketua MUI Bogor bidang aliran sesat ini, sejalan dengan ciri-ciri seluruh aliran sesat yang pada umumnya ada tiga.
Pertama ingin hidup enak, tidak mau kerja berat . Sehingga di menipu dengan doktrin-doktrin untuk nmedapatkan infak, khumus, hadiah dari jamaahnya. Kedua ingin melampiaskan syahwat-syahwatnya dengan istilah macam-macam, yang dalam Syiah adalah kawin Mut’ah. Ketiga ingin dipuji-puji disanjung-saanjung sebagai manusia yang hebat.
“Pada dasarnya seperti itu setiap aliran sesat,” tegasnya.
Ustadz Dhani menyampaikan, Islam tidak mengajarkan seperti itu. Kalau seseorang ingin mendapatkan kenyamanan hidup maka harus mencari berkah Allah dengan berusaha, bekerja dalam banyak bidang yang halal.
“Bukan nipu dengan alas an agama”
Adapun cara melampiaskan syahwat yang benar, kata dia, maka menikah sesuai syariat Islam dengan perempuan hingga maksimal empat. Tidak bisa berganti-ganti pasangan sesuai yang dikehendaki manusia dalam tempo singkat.
Lanjut ustadz Dhani, Islam tidak mengenal pengkultusan makhluk, “Yang berhak dipuji adalah Allah, bahkan Nabi tidak boleh dikultuskan,” tegasnya.
Islam mengajarkan bagaimana mencintai Nabi Muhammad dan keluarganya dengan cara yang benar, tidak mnelebi-lebihkan dan tidak mengurang. Kata Ustadz Dhani, kita diajarkan shalawat kepada Nabi keluarga dan para sahabatnya.
“Yang berhak mencintai ahlul bait nabi adalah kita ahlulsunnah waljamaah dengan cara mencintai yang benar tidak melebih-lebihkan dan tidak mengurangi,” tambahnya.
“Kita doakan semuanya dengan shalawat”
Ustadz Dhani menyampaikan shalawat kita kepada nabi, sahabat dan ahlul baitnya.
“Karena itu yang berhak mencintai ahlul bait adalah kita, karena kita mencintainya dengan tulus tanpa ada modus,” tutupnya.
(azmuttaqin/arrahmah.com)