SANA’A (Arrahmah.com) – Milisi Syiah Houtsi Yaman pada Ahad (31/10/2021) memasang poster untuk mendukung seorang menteri Libanon yang kritiknya terhadap perang di Yaman memicu pertikaian diplomatik antara Libanon dan negara-negara Teluk.
Arab Saudi telah mengusir utusan Libanon dan menarik duta besarnya dari Beirut, diikuti oleh Bahrain dan Kuwait. UEA kemudian memanggil diplomatnya dari Libanon dalam “solidaritas” dengan kerajaan.
Mereka mengutip apa yang mereka katakan sebagai pernyataan menghina oleh Menteri Informasi Libanon George Kordahi, yang mengecam intervensi militer Koalisi Arab terhadap Houtsi yang didukung Iran.
Namun, menteri telah memenangkan pujian di Sana’a yang dikuasai Houtsi.
“Ya George, perang Yaman tidak masuk akal,” ujar poster-poster yang memuat gambarnya yang ditempelkan oleh Houtsi ke papan reklame dan tiang lampu pada Ahad (31/10), lansir Al Arabiya.
Houtsi juga berencana mengganti nama jalan di Sana’a menjadi Kordahi, menurut pemilik toko dan laporan media di kota itu.
Koalisi militer Arab melakukan intervensi di Yaman pada 2015 untuk menopang pemerintah yang diakui secara internasional setahun setelah Houtsi merebut ibu kota.
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan Senin tetapi direkam pada bulan Agustus, Kordahi mengatakan bahwa Houtsi “membela diri mereka sendiri melawan agresi eksternal.”
Kordahi menyerukan diakhirinya perang, yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat jutaan orang mengungsi.
Sebagai tanggapan, Arab Saudi juga melarang impor Libanon dan, bersama dengan sekutu Teluknya, menyarankan warganya untuk tidak bepergian ke negara yang dilanda krisis itu.
Pada Sabtu, Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan menyalahkan pertikaian pada dominasi di Libanon oleh Iran, yang mendukung gerakan Syiah negara itu, “Hizbullah”.
“Tidak ada krisis dengan Libanon, tetapi krisis di Libanon karena dominasi Iran,” katanya kepada Al Arabiya. “Dominasi ‘Hizbullah’ dalam sistem politik di Libanon mengkhawatirkan kami.” (haninmazaya/arrahmah.com)