(Arrahmah.com) – Tampaknya kelompok liberal di NU (Nahdhlatul Ulama) makin menjerumuskan NU ke sinkretisme, namun dikemas dalam apa yang disebut Islam NUsantara.
Said Aqil Siradj dan orang liberal sudah menyuarakan itu. Jurus itu sudah ketahuan arahnya, ingin menggerogoti bahkan memangsa NU denganmembuka pintu untuk syiah dan liberal, namun dengan cara memberikan semacam sanjungan bahwa NU punya ciri khas keislaman yang hebat, sesuai dengan iklim Nusantara.
Kalau para kyai dan tokoh NU yang tsiqoh tidak waspada, maka kemungkinan persekongkolan syiah dan liberal itu akan memangsa NU, namun NU yang termangsa itu masih bangga karena merasa terselamatkan dari apa yang mereka sebut bahaya wahabi. Padahal wahabi tidak berbahaya, tapi karena liciknya komplotan syiah dan liberal, maka NU pun termakan isu itu. Dan akhirnya tinggal penyesalan di dunia dan akhirat. Karena syiah itu sendiri bukan penegak Islam tapi musuh, sedang liberal juga musuh Islam. Monggo direnungkan.
Musuh Islam yang telah dijelaskan Allah Ta’ala adalah syaitan. Prilaku syaitan dalam menjerumuskan manusia yang akibatnya menimbulkan penyesalan tak berkesudahan, telah dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’anul Karim:
كَمَثَلِ ٱلشَّيطَٰنِ إِذۡ قَالَ لِلإِنسَٰنِ ٱكفُرۡ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيٓءٞ مِّنكَ إِنِّيٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلۡعَٰلَمِينَ (١٦) فَكَانَ عَٰقِبَتَهُمَآ أَنَّهُمَا فِي ٱلنَّارِ خَٰلِدَينِ فِيهَاۚ وَذَٰلِكَ جَزَٰٓؤُاْ ٱلظَّٰلِمِينَ (١٧) [سورة الـحـشـر,١٦-١٧]
- (Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaitan ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia (syaitan) berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam”
- Akibat perbuatan setan dan manusia yang mengikutinya keduanya masuk ke dalam neraka. Mereka kekal didalamnya. begitulah balasan bagi orang-orang yang ingkar kepada Allah. [Q.S. Al Hashr (59):16-17]
Selayaknya kita merujuk kepada ayat Al-Qur’an yang telah memberi petunjuk dan merupakan sebaik-baik petunjukitu.
Penulis: Hartono Ahmad Jaiz
(*/arrahmah.com)