(Arrahmah.com) – Seorang ulama kharismatik yang pernah menetap lama di Inggris, Syeikh Omar Bakri Muhammad (OBM) membantah tuduhan bahwa kelompoknya dan Al Qaeda akan bergabung melawan rezim Suriah atau bahwa Al Qaeda hadir di Suriah.
“Rezim Suriah telah begitu putus asa dan menempatkan kesalahan kepada Al Qaeda dan gerakan Jihad untuk apa yang terjadi di Suriah dan tidak satu pun dari mereka telah berada di Suriah. Rezim Suriah berbohong!” ujarnya seperti yang dilansir Al Arabiya hari ini (17/2/2012).
Syeikh OBM mengatakan bahwa laporan oleh beberapa harian Barat mengenai kelompoknya yang disebut dengan al-Ghuraba dan Al Qaeda telah ikut campur di Suriah sama sekali tidak benar.
“Tidak ada kelompok yang bernama al-Ghuroba yang dibentuk dan saya tidak berhak berbicara atas nama Al Qaeda.”
Syeikh OBM mengatakan bahwa dia menyeru anggota kelompok Ahlu Sunnah wal Jama’ah yang berbasis di Inggris, di mana dia adalah salah satu pendirinya, untuk mendukung kaum revolusioner Suriah dengan menutup kedutaan besar Suriah di negara tempat mereka tinggal.
“Mereka semua harus siap untuk membantu saudara-saudaranya di Suriah dalam kasus perang sektarian yang dilancarkan rezim. Rezim telah melakukan kejahatan keji dan kita tidak bisa berdiam diri menonton itu semua terjadi.”
Syeikh OBM dengan tegas membantah bahwa ia hanya terfokus pada kaum Sunni di Suriah, ia menekankan bahwa semua orang yang tewas dalam kekejaman rezim adalah Sunni.
“Rezim Suriah terlibat dengan sekte Alawite dalam pembunuhan dan kebanyakan dari mereka menghubungkan nasibnya dengan Bashar al Assad dan berfikir jika Assad jatuh maka berarti berakhirnya mereka,” lanjutnya.
Menurutnya, pemenang dalam revolusi Arab adalah di tangan pasukan Islam seperti Al Qaeda, Salafi Jihadi.
“Bukti utamanya bahwa Islam sudah berkuasa di Tunisia, Mesir dan Libya dan hal yang sama akan terjadi nanti di Suriah.”
Muslim Mesir tidak takut lagi untuk memelihara jenggot mereka, menurutnya. “Mereka tidak lagi dimasukkan ke dalam penjara karena berkomunikasi dengan Mujahidin di Chechnya, Kashmir atau Palestina.” (haninmazaya/arrahmah.com)