(Arrahmah.com) – Yayasan As-Sahab, bidang media tanzhim Al-Qaeda Pusat pada hari Selasa, 17 Ramadhan 1435 H bertepatan dengan 15 Juli 2014 M merilis video keenam dari serial video “Hari-hari Bersama Sang Imam”. Dalam video berdurasi 31 menit 28 detik tersebut, Syaikh Aiman Az-Zhawahiri kembali mengisahkan pengalaman tokoh-tokoh terdekat dan pendukung-pendukung utama perjuangan jihad Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah.
Dalam video keenam tersebut, Syaikh Aiman Az-Zhawahiri mengisahkan kesabaran, pengorbanan dan keteguhan Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi dan beberapa tokoh utama lainnya dalam jihad Syaikh Usamah bin Ladin, khususnya pasca invasi aliansi salibis AS – NATO ke Afghanistan pada akhir 2001.
Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi rahimahullah memiliki nama lengkap Muhammad Abdul Aziz Al-Fakhiri Al-Libi. Beliau dilahirkan di Libya pada tahun 1963. Beliau telah memimpin mujahidin Libya dalam jihad di Afghanistan melawan penjajah komunis Uni Soviet.
Pada saat komunis Uni Soviet ditarik mundur dari Afghanistan dan mujahidin Afghanistan terlibat konflik intern, sebagian besar mujahidin muhajirin dari luar Afghanistan memilih keluar dari Afghanistan. Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi memilih bertahan di Afghanistan. Beliau mendirikan kamp pelatihan militer Khaldan di Afghanistan dan pondok pesantren dakwah di kamp tersebut.
Kamp militer Khaldan dan ponpesnya telah melahirkan banyak komandan militer mujahidin yang memiliki kemampuan ilmu syar’i yang menonjol. Reputasi baik dan kemampuan para alumni kamp militer Khaldan tidak kalah dengan reputasi dan kemampuan para alumni kamp militer Al-Faruq yang didirikan oleh Syaikh Usamah bin Ladin dan Syaikh Aiman Az-Zhawahiri.
Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi bukan anggota tanzhim Al-Qaeda, namun beliau dipercaya oleh Syaikh Usamah bin Ladin untuk memimpin 300an mujahidin Al-Qaeda dalam pertempuran heroik di pegunungan Torabora. Selama dua pekan, dengan perbekalan dan persenjataan yang sangat sederhana, Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi memimpin mujahidin Al-Qaeda menghalau serangan udara aliansi salibis AS- NATO dan serangan darat pasukan munafik Aliansi Utara.
Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi tertangkap di Pakistan pada November 2001 akibat pengkhianatan sebagian suku. Beliau dijebloskan di penjara Dinas Intelijen Pakistan, lalu dipindahkan ke penjara militer Amerika Serikat dan Mesir. Beliau mendapatkan penyiksaan sangat keji dari para penyidik salibis AS dan bonekanya, penyidik Mesir. Dalam penyiksaan keji itu Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi mengakui bahwa Al-Qaeda memiliki hubungan dengan rezim Shadam Husain dan memiliki senjata kimia – biologi. Pengakuan dibawah siksaan keji itu mendorong AS dan NATO menginvasi Irak pada 2003.
Dinas Intelijen Amerika kemudian menyerahkan Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi kepada rezim Moammar Qaddafi. Rezim Qaddafi melakukan penyiksaan keji terhadap Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi di penjara Bu Salim ibukota Tripoli memaksa beliau untuk menanda tangani surat “bertaubat dan berhenti” dari ibadah jihad, sebagaimana dilakukan oleh para pemimpin tanzhim Jama’ah Islamiyah Muqatilah. Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi dengan tegas menolak bujuk rayu dan tekanan mereka. Akibatnya rezim Qaddafi membunuh Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi di dalam penjara pada tanggal 19 Mei 2009.
Rezim Qaddafi menyatakan Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi melakukan bunuh diri di penjara, sebuah klaim yang sangat dipaksakan dan palsu. Dua orang aktivis Human Rights Watch dan lembaga-lembaga HAM lainnya yang pernah mengunjunginya meragukan klaim rezim Qaddafi, terlebih mujahidin yang mengenal luas pengalaman, kesabaran dan keteguhan beliau di medan jihad.
Berikut ini adalah terjemahan bagian pertama dari video keenam serial “Hari-hari Bersama Sang Imam”.
Yayasan Media As-Sahab
mempersembahkan
Serial keenam video “Hari-hari Bersama Sang Imam”
oleh
Syaikh Aiman Az-Zhawahiri
Dengan nama Allah. Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, sahabatnya dan setiap umatnya yang setia kepada beliau.
Wahai saudara-saudaraku, kaum muslimin, di setiap tempat…
As-salaamu’alaykum wa rahmatullah wa barakaatuh…
Ini adalah serial keenam dari serial video Hari-hari bersama sang Imam, saya mengenang kembali dalam serial video ini sebagian kenangan indah yang saya alami bersama al-imam al-mujaddid al-mujahid, pahlawan abad ini, Syaikh Usamah bin Ladin, semoga Allah melimpahkan kepada beliau rahmat yang luas.
Dalam dua video sebelum ini, saya telah bercerita tentang Torabora dan kenangan-kenangan kami di Torabora. Saya telah berbicara tentang kawan-kawan kami dan lawan-lawan kami. Saya memulainya dengan membicarakan kawan-kawan dekat dan penolong-penolong kami. Saya berbicara tentang fazhilatu syaikh Muhammad Yunus Khalish semoga Allah melimpahkan kepada beliau rahmat yang luas. Saya berbicara tentang Qari Abdul Ahad semoga Allah melimpahkan kepada beliau rahmat yang luas. Saya berbicara tentang sang ksatria, mujahid dan komandan Moalim Awal Ghul semoga Allah melimpahkan kepada beliau rahmat yang luas. Dan saya juga membicarakan tentang Maulawi Nur Muhammad semoga Allah melimpahkan kepada beliau rahmat yang luas.
Seperti telah saya katakan dalam video seri-seri sebelumnya dan dalam kesempatan-kesempatan lainnya, bahwa saya akan berbicara tentang syuhada’, orang-orang yang telah gugur. Adapun orang-orang yang masih hidup, yang telah memberikan kepada kita dukungan-dukungan yang besar dan bantuan-bantuan yang besar, saya menunda cerita tentang mereka pada saat ini. Insya Allah kami tidak melupakan keutamaan, jasa, peranan besar dan layanan agung yang telah mereka persembahkan kepada kita, kepada jihad, dan kepada gerakan jihad. Semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik balasan.
Insya Allah, saya katakan kepada mereka, “Kalian selalu berada dalam pandangan mata kami, dan dalam benak kepala kami. Keutamaan kalian tidak akan pernah dilupakan, akan tetapi akan datang waktunya, insya Allah, dimana kami akan menceritakan peranan kalian, dengan izin Allah.”
Setelah membahas para kawan dekat dan para pendukung, saya ingin mengisyaratkan secara singkat dan ringkas tentang para syuhada’ di Torabora atau bahkan para syuhada’ yang gugur dalam pertempuran setelah Torabora dan sebelum itu mereka ikut dalam pertempuran Torabora.
Tentu, saya ingin mengatakan, alhamdulillah, segala puji bagi Allah semata, berkat perencanaan Syaikh Usamah bin Ladin, yaitu rencana beliau menggali parit-parit pertahanan dan keseriusan kami agar kami menggali parit-parit pertahanan; maka korban di pihak ikhwan-ikhwan hanya sedikit saja. Berkat karunia Allah semata kepada ikhwan-ikhwan, korban di pihak ikhwan hanya berkisar antara 10 persen, 12 persen atau 13 persen saja, dari keseluruhan jumlah ikhwan di Torabora. Jumlah ini terhitung sangat kecil bila dibandingkan dengan gencarnya bombardir yang dialami ikhwan-ikhwan di Torabora, pengepungan ketat yang mereka alami, dan kondisi berat yang mereka hadapi.
Saat itu Syaikh Usamah bin Ladin sangat bersikeras agar ikhwan-ikhwan membuat parit-parit pertahanan. Taktik tersebut wajib dilakukan oleh mujahidin di setiap tempat sebagai sarana perlindungan bagi mereka. Sebab, musuh kita yaitu pasukan penjajah salibis sangat arogan dan biadab terhadap kita dengan keunggulan penguasaan wilayah udara oleh mereka. Berlindung dengan tanah merupakan sarana yang paling baik untuk menghadapi keunggulan penguasaan wilayah udara oleh pasukan penjajah salibis.
Saya nasehatkan kepada semua ikhwan mujahidin di setiap tsughur (bumi ribath dan jihad), hendaknya mereka memperhatikan betul taktik membuat parit-parit pertahanan; hendaknya mereka ahli dan membuat inovasi-inovasi baru dalam taktik pembuatan parit-parit pertahanan. Ini insya Allah akan meminimalisir bahaya dari penguasaan wilayah udara oleh musuh, dengan tingkat prosentase penurunan resiko yang sangat besar.
Tentu saja, para syuhada’ pertama yang akan saya sebutkan, semoga Allah melimpahkan kepada beliau rahmat yang luas, saya akan menceritakannya secara ringkas saja. Saya akan berbicara secara cepat tentang para syuhada’ tersebut, semoga Allah melimpahkan kepada beliau rahmat yang luas. Saya akan menyebutkan contoh-contoh teladan dari sebagian ikhwan yang menjadi syahid diantara ikhwan-ikhwan yang terlibat dalam pertempuran di Torabora.
Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi
Pertama adalah asy-syaikh, pahlawan, dan komandan Ibnu Syaikh al-Libi, semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya yang luas kepada beliau. Beliau adalah gunung yang kokoh dan tegak tinggi menjulang dalam sejarah gerakan jihad. Sejak terlibat dalam jihad Afghanistan melawan komunis Rusia (Uni Soviet waktu itu), seluruh waktu beliau adalah pengorbanan dan pelayanan kepada jihad, gerakan jihad dan seluruh ikhwan mujahidin, tanpa disertai sikap ta’ashub (fanatik buta kepada kelompok tertentu), tanpa sikap tampil beda dan memilah-milah, dan selalu mencurahkan kemampuan dirinya di jalan Allah Ta’ala.
Tokoh besar ini sebelumnya pernah aku sebutkan secara sekilas. Saya juga telah menyebutkan pujian Syaikh Usamah bin Ladin kepada beliau. Tapi dalam kesempatan ini saya akan menceritakan beliau dalam rangkaian para pahlawan mujahidin di Torabora.
Laki-laki ini adalah sebuah madrasah, bagi diri beliau sendiri dan rekan-rekan beliau mujahidin di kamp militer Khaldan. Kamp militer Khaldan ini juga merupakan sebuah madrasah tersendiri.
Ketika pasukan komunis Rusia ditarik mundur dari Afghanistan (tahun 1990-1991), kelompok-kelompok jihad di Afghanistan saling bertikai satu sama lainnya dan konflik intern mujahidin pun menyebar luas. Saat itu banyak mujahidin (muhajirin non-Afghanistan) memilih pergi meninggalkan Afghanistan. Namun saat itu Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi dan rekan-rekan jihadnya berijtihad untuk bertahan di Afghanistan. Mereka mempergunakan wilayah Afghanistan untuk melakukan kegiatan tadrib (training militer) dan I’dad (mempersiapkan kekuatan) untuk kepentingan semua front jihad, semua mujahidin, dan semua kelompok jihad.
Amal mereka ini merupakan sebuah amal yang diberkahi dan membuahkan hasil-hasil penuh berkah di semua medan jihad. Kamp militer Khaldan tidak sebatas untuk melakukan training militer saja. Tapi mereka juga mendirikan ma’had dakwah di sana. Ulama yang mengajar di ma’had dakwah kamp militer Khaldan adalah fazhilatu asy-syaikh Abu Abdillah Al-Muhajir, semoga Allah menjaga beliau dan mengumpulkan kami bersama beliau dalam waktu dekat, insya Allah.
Pendiri, pelopor dan kepala sekolah ma’had dakwah ini adalah Ibnu Syaikh Al-Libi. Syaikh Ibnu Syaikh Al –Libi, sebagaimana beliau selalu memberikan pengorbanan dalam jalan jihad fi sabilillah, beliau juga merupakan tokoh panutan dalam hal ketegaran dan kesabaran pada moment-moment yang paling genting dan pada saat terjadi ujian-ujian berat.
Seperti yang akan saya ceritakan, Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas, adalah orang yang dikaruniai keahlian militer dan pengalaman militer. Beliau adalah komandan militer yang memimpin pertempuran mujahidin di pegunungan Torabora. Beliau memimpin pertempuran berat nan dahsyat tersebut dengan persenjataan dan perbekalan militer seadanya, padahal mereka harus melawan kekuatan super power dunia.
Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi, pertama kali saya akan bercerita tentang ketegaran dan kesabaran beliau. Saya akan menceritakan dua contoh ketegaran beliau.
Contoh pertama
Saya sebelumnya telah menceritakannya, yaitu saat beliau dipenjarakan secara khianat dan tipu daya (oleh dinas intelijen Pakistan), setelah beliau dan mayoritas ikhwan lolos dari pengepungan aliansi pasukan salibis di pegunungan Torabora. Beliau dan mayoritas ikhwan lolos dan tiba dengan selamat di Pakistan. Sampai di wilayah suku-suku indipenden di Pakistan, beliau diserahkan secara khianat oleh salah satu suku di sana kepada Dinas Intelijen Pakistan.
Meskipun telah melakukan pengepungan ketat dan bombardir massif di pegunungan Torabora, Amerika Serikat tidak mampu untuk menangkap ikhwan-ikhwan. Akan tetapi dengan cara yang khianat, rezim Pakistan bisa mengejutkan ikhwan-ikhwan. Setelah suku tersebut memberikan jaminan keamanan kepada ikhwan-ikhwan, menurut tradisi yang berlaku di antara suku-suku disana, tiba-tiba ikhwan-ikhwan dikejutkan oleh pengepungan dan penangkapan oleh pasukan Pakistan, yang kemudian menjadikan mereka sebagai tawanan.
Di dalam penjara Kuhat yang berada di Pakistan, seperti telah saya ceritakan sebelumnya, para perwira pengkhianat Pakistan berusaha mengajuan penawaran kepada Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi agar mereka bisa mendapatkan harta yang beliau bawa. Seperti telah saya ceritakan sebelumnya dalam kisah keluarnya ikhwan-ikhwan dari pengepungan musuh di Torabora, Syaikh Usamah bin Ladin semoga Allah melimpahkan rahmat yang luas kepada beliau, telah memberikan sejumlah harta kepada Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi untuk mengurus biaya ikhwan-ikhwan yang bersama beliau.
Para perwira pengkhianat Pakistan itu menginginkan harta tersebut. Maka mereka menawari Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi, seperti telah saya ceritakan sebelumnya. “Kami akan membebaskanmu dari kasus ini dan kami akan melarikanmu. Lalu kami akan mengambil harta ini, seakan-akan engkau tidak pernah ditangkap,” tawar mereka.
Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi mengambil sikap yang agung dan mulia. Beliau berkata kepada para perwira itu, “Saya akan memberikan seluruh harta ini dan beberapa kali lipat dari harta ini kepada kalian, tetapi saya dan seluruh ikhwan yang bersama saya harus bebas. Saya tidak mau bebas sednirian.”
Sungguh, beliau adalah sebaik-baik komandan dan sebaik-baik kawan panutan.
Para perwira itu menjawab, “Tidak, kami tidak mungkin menerima tawaran seperti itu.”
Maka beliau pun bertahan di dalam penjara Pakistan bersama ikhwan-ikhwan beliau.
Contoh kedua
Sikap kedua dari sikap-sikap mulia yang meninggikan derajat Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi, semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas, diceritakan kepadaku secara langsung oleh Syaikh Abu Yahya Al-Libi, semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas.
Syaikh Abu Yahya Al-Libi menceritakan kepadaku bahwa ia bertemu dengan Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi di salah satu penjara Afghanistan setelah keduanya sama-sama tertangkap. Maka Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi bercerita kepada Syaikh Abu Yahya Al-Libi bahwa para interogator Amerika bertanya kepada beliau, “Apakah kamu anggota kelompok Al-Qaeda?”
Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi bukanlah anggota kelompok Al-Qaeda. Beliau bukanlah orang yang pernah membai’at Syaikh Usamah bin Ladin. Sebelumnya telah saya ceritakan bahwa Syaikh Usamah bin Ladin adalah tokoh yang unik dalam memberdayakan semua potensi unsur umat Islam dan unsur jihad, tanpa membeda-bedakan siapa yang membai’at dan siapa yang tidak membai’at.
Sebelumnya telah saya ceritakan keutamaan-keutamaan dan kelebihan-kelebihan Syaikh Usamah bin Ladin bahwa beliau jauh dari sikap ta’ashub (fanatisme buta) dan beliau mengambil manfaat dari unsur-unsur umat Islam, tanpa pandang bulu dari tanzhim apa ia berasal. Beliau seperti magnet yang mengumpulkan semua potensi dan memberdayakannya untuk proyek-proyek yang produktif.
Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi bukanlah anggota Al-Qaeda, dalam arti kata beliau tidak pernah membai’at Syaikh Usamah bin Ladin. Ketika para interogator Amerika menanyai beliau, “Apakah engkau anggita kelompok Al-Qaeda?”
Maka beliau menjawab, “Ya, saya anggota kelompok Al-Qaeda.”
(Syaikh Aiman Az-Zhawahiri tertawa saat mengisahkan peristiwa ini)
Syaikh Abu Yahya Al-Libi berkata kepada Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi, “Wah, Anda mempersulit diri Anda sendiri.”
Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi menjawab, “Tidak. Saya tidak akan menyatakan berlepas diri dari Al-Qaeda di depan mereka. Al-Qaeda adalah sebuah kemuliaan. Saya tidak akan berlepas diri dan menunjukkan ketakutan di hadapan mereka. Saya bangga dengan Al-Qaeda, walau saya bukan anggota Al-Qaeda.”
Jazahullah khairan, semoga Allah membalas beliau dengan kebaikan, semoga Allah membalas sikap mulia dan agung Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi.
Saya juga akan bercerita tentang Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi dalam pertempuran Torabora secara singkat. Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi sebagaimana telah saya ceritakan adalah komandan militer ikhwan-ikhwan dalam pertempuran Torabora. Beliau hanya memiliki sedikit persenjataan di hadapan kekuatan aliansi salibis puluhan pesawat tempur Mirage Perancis, Inggris, dan Amerika. Pesawat tempur beragam jenis membombardir Torabora.
Seperti telah saya ceritakan sebelumnya, pertempuran di Afghanistan telah berakhir dan hanya tinggal pertempuran di Torabora. Pandangan seluruh dunia tertuju kepada Torabora. Kantor-kantor berita menunggu-nunggu perkembangan dari luar Torabora. Berapa mujahidin Arab yang gugur dan tertawan? Seluruh dunia menunggu-nunggu. Bush membayangkan jika berhasil menaklukkan kelompok kecil mujahidin di Torabora dan menangkap atau membunuh syaikh Usamah bin Ladin, maka telah berakhirlah perang di Afganistan dan ia akan menyerang Irak.
Seluruh dunia menunggu-nunggu dan aliansi Salibis mengerahkan seluruh kekuatannya menggempur Torabora. Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi saat itu hanya memiliki persenjataan yang sangat sederhana. Ikhwan-ikhwan hanya memiliki senjata ringan dan hanya memiliki satu pucuk meriam Hawan di Torabora, (syaikh Aiman Az-Zhawahiri tertawa saat mengisahkan hal ini), dihadapan apa yang aku katakan gunung-gunung persenjataan, pesawat-pesawat tempur dan rudal Cobra yang ingin menyapu bersih Torabora.
Dengan satu meriam Hawan inilah Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi berhasil menghalau setiap pergerakan maju pasukan munafik yang menyerang maju menuju Torabora. Dan seperti telah saya ceritakan sebelumnya pasukan Amerika sangat pengecut dan penakut. Mereka tidak berani menyerbu masuk secara langsung ke Torabora. Karena mereka tahu bahwa kelompok mujahidin di Torabora telah bertekad untuk berperang sampai titik darah penghabisan. Mereka tidak berani secara langsung. Mereka selalu mendorong pasukan munafik gelombang demi gelombang maju menyerbu. Setiap kali satu gelombang pasukan munafik menyerbu maju, mereka dipukul mundur dengan mengalami korban tewas dan cedera dengan jumlah yang besar. Gelombang berikutnya menyerbu maju, kembali dipukul mundur dengan mengalami korban-korban tewas dan cedera.
Allah mencampakkan rasa kelemahan ke dalam hati pasukan munafik yang mengepung dan menyerang Torabora. Saya insya Allah akan menceritakan kisah yang unik yang berkenaan dengan hal ini.
Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi sangat cerdik. Pada awalnya beliau menyembunyikan titik tembakannya. Beliau membawa satu meriam Hawan dan beberapa senjata mesin. Ikhwan-ikhwan membawa beberapa senjata ringan. Beliau menyembunyikan titik tembakannya dari pesawat-pesawat tempur yang membombardir sepanjang jam selama kurang lebih 14 hari jalannya pertempuran.
Setiap kali satu gelombang pasukan munafik menyerbu maju, maka tembakan mujahidin diarahkan kepada mereka, sehingga mereka kembali mundur dengan mengalami banyak korban tewas dan cedera. Lalu pesawat-pesawat tempur datang, membombardir dan membombardir, sampai mereka mengira telah mematahkan perlawanan mujahidin dan menewaskan mereka. Lalu satu gelombang pasukan munafik datang menyerang, maka Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi menghalau serangan mereka.
Begitulah pertempuran berlangsung sampai akhirnya ihkwan-ikhwan dapat keluar dari Torabora. Semoga Allah membalas beliau dengan kebaikan. Dengan kecerdasan, kesabaran, dan ketabahannya, Syaikh Ibnu Syaikh Al-Libi mampu menghalau semua serangan pasukan munafik.
Berlanjut, insya Allah…
Wallahu a’lam bish-shawab.
(muhib al majdi/arrahmah.com)