Jum’at 18 Januari 2002, bertepatan dengan 4 Dzulqo’dah 1422 H, umat Islam (khususnya Mujahidin) telah kehilangan salah satu dari `Ulama Senior, Fadhilatusy Syaikh Hamoud bin `Uqla Asy-Syu`aiby – rohimahullah. Hal ini mungkin adalah kehilangan terbesar Ummat Islam dan Mujahidin setelah syahidnya Syaikh Abdulloh Azzam pada tahun 1989. Berikut ini adalah ringkasan biografy Syaikh yang diambil dan diterjemahkan dari beberapa sumber.
Beliau adalah Syaikh al Allamah Abu ‘Abdullah Hamud bin ‘Abdillah bin ‘Aqla’ bin Muhammad bin Ali bin ‘Aqla’ Asy Syu’aibi al Khalidi, termasuk keluarga Junah dari Bani Khalid. Lahir pada tahun 1936 H. Dan tumbuh di komplek perumahan pegawai pos. Ketika berusia tujuh tahun mengalami kebutaan akibat penyakit kronis yang dideritanya. Meski demikian, beliau tetap dapat menyelesaikan studinya dalam menjalani kitab. Ayahnya sangat bersungguh-sungguh mengasuh dan mendidiknya. Hafidz Al qur’an pada usia 15 tahun, juga hafal beberapa isi kitab di bawah bimbingan syaikh ‘Abdulloh bin Mubarok Al Amiri.
Selanjuatnya beliau pindah ke Riyadh untuk menuntut ilmu pada tahun 1367 H atas saran ayahnya. Beliau mulai menuntut ilmu kepada Fadhilah asy Syaikh ‘Abdul Latif bin Ibrohim Alu asy Syaikh, dan mendapatkan dasar-dasar keilmuan. Selanjutnya berpindah untuk belajar kepada Samahah asy Syaikh Muhamad bin Ibrohim Alu Asy Syaikh pada tahun 1368 H, dan tinggal bersama gurunya itu sehingga mendapatkan sebagian besar ilmu darinya. Beliau juga menjadi murid dari sejumlah masyayikh selain keduanya, di antaranya adalah Fadhilah asy Syaikh Ibrohim bin Sulaiman, Fadhilah asy Syaikh Su’ud bin Rasywad, Fadhilah asy Syaikh ‘Abdulloh bin Muhammad bin Humaid, Fadhilah Asy Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Rasyid dan beberapa lagi lainnya selain mereka.
Sesudah fakultas syari’ah di Riyadh dibuka, beliau belajar di sana dari Samahah asy Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rohimahulloh, Syaikh Muhammad al Amin asy Syinqithi. Beliau bermulazamah kepada mereka sampai ke rumah gurunya dan mendapatkan pelajaran tentang logika, ushul fiqh dan tafsir. Pada tahun 1376 H beliau lulus dari fakultas Syari’ah kemudian menjadi pengajar di Al Ma’had Al ‘Alami di Riyadh. Tahun 1378 H menjadi dosen pengajar di fakultas syari’ah. Selama rentang waktu 40 tahun mengajar hadist, fiqh, ushul fiqh, tauhid, nahwu dan tafsir. Karir akademiknya terus menanjak hingga mendapat gelar profesor.
Beliau juga menghasilkan beberapa tulisan, di antaranya adalah: Imamah al ‘Uzhma, Syarh Juz’i min Bulughul Al Marom, ikut serta menyusun kitab Tashil al Wushul ila ‘Ilm al Ushul yang dibuat oleh Universitas Islamiyah dan Al Qoul al Mukhtar fie Hukmi al Isti’anah bi al Kuffar. Beliau juga mengeluarkan cukup banyak fatwa dan mudzakirot yang berbeda-beda dan beraneka ragam (berisi tentang ajakan untuk menentang derakan penyimpangan dan bid’ah. Salah satunya berbicara pembuatan patung dan larangan untuk mengadakan pesta-pesta nyanyian, hari raya yang bid’ah, pemimpin wanita dan lain-lainnya termasuk juga Tazkiyyat li al ‘Ulama wa al Mushilihin. Semoga Alloh ta’ala membalas usaha yang sungguh-sungguh dan jujur itu dengan kebaikan.
Dari tangan beliau telah lahir sejumlah besar ‘ulama, asatidzah dan menteri; di antaranya adalah Ma’ali Dr ‘Abdulloh bin ‘Abdil Mushin at Turki (Mentri urusan Keislaman), Ma’ali Dr ‘Abdulloh bin Muhammad bin Ibrohim Alu Asy syaikh (Menteri Peradilan), Fadhilah asy Syaikh Dr Sholih bin Fauzan al Fauzan (anggota Lembaga Kibarul ‘Ulama), Fadhilah asy Syaikh Salman bin Fadh al ‘Audah, Fadhilah asy Syaikh al Mujahid ‘Ali bin Hudhair al Hudhair, Fadhilah asy Syaikh Qodhi bin Tamyiz ‘Abdirrohman bin Sholih al Jibr, Fadhilal asy Syaikh Qodhi Tamyiz ‘Abdurrohman bin Sulaiman al Jarulloh dan masih banyak sekali para tokoh lainnya yang mendapatkan pengajaran dari beliau.
Kecintaan pada Mujahid
Kehidupan beliau berputar di sekitar Jihad dan Mujahidin. Beliau selalu mengikuti berita tentang Jihad di mana pun. Perhatiannya dalam masalah Jihad ini sudah dikenal karena keberaniannya dalam berbicara ketika ulama lain diam. Beliau selalu mengatakan apa yang beliau percayai sebagai kebenaran dan tidak takut kepada siapapun kecuali Allah. Beliau adalah satu di antara sedikit ulama di Saudi Arabia yang berani mengatakan ke masyarakat umum tentang kufurnya Pemerintah Saudi karena pertolongannya pada orang-orang Kafir terhadap kaum Muslimin. Karena alasan inilah, meskipun dia buta dan sudah berumur 70-an, beliau di penjara pada tahun 1995.
Beliau memiliki perhatian yang luar biasa terhadap situasi terkini para Mujahidin di Afghanistan, sampai-sampai orang-orang dekatnya khawatir sesuatu akan terjadi pada Syaikh.
Salah seorang murid beliau mengatakan: “Kebanyakan dari malam-malam beliau dihabiskan dalam doa yang sungguh-sungguh; untuk para Mujahidin di Afghanistan. Beliau adalah orang yang behati sangat lembut yang mudah meneteskan air mata. Ketika mendengar berita bagus beliau akan menangis karena bahagianya, dan ketika mendengar berita buruk beliau akan menangis kesedihan.”
Ketika ada yang memfitnah atau memburuk-burukan Mujahidin, beliau akan menjadi sangat marah. Murid-murid beliau bisa mengetahui situasi terkini Mujahidin hanya dengan melihat ekspresi wajahnya ketika memasuki majelis.
Setelah jatuhnya Kunduz, beliau menjadi sangat sedih sampai-sampai murid-murid beliau khawatir beliau akan meninggal karena kesedihannya, beliau selalu mengulang-ulang “Di manakah kaum muslimin? Di manakah kaum muslimin?”
Beliau sangat sholih dan seorang zahid. Beliau juga seorang ahli ibadah yang sungguh-sungguh. Beliau sangat mendukung kebenaran dan orang-orangnya, serta sangat benci pada kebatilan dan orang-orangnya. Beliau adalah orang yang sangat berani dan pemberani dan tidak takut dengan konsekuensinya ketika mengatakan kebenaran. Hal ini bisa terlihat ketika beberapa kawannya menyarankan beliau untuk tidak mengatakan apa yang telah beliau lakukan – tapi beliau memperdulikannya Beliau adalah salah satu dari ulama-ulama Saudi Arabia pertama yang menfatwakan pada masyarakat Muslim untuk mendukung pemerintahan Taliban.
Setelah peristiwa 11 September 2001, ketika banyak kalangan dari Dunia Islam yang berada di sisi Amerika, beliau mengeluarkan fatwa untuk mengklarifikasi kebenaran dan menyeru Ummat Islam untuk datang mendukung Taliban dan Para Mujahidin di Afghanistan. Banyak dari murid beliau yang memenuhi seruan ini dan berangkat ke Afghanistan, dan beberapa di antaranya telah syahid.
Sebelum beliau wafat, beliau sempat mengirimkan surat kepada para Ulama Pakistan, bersama dengan murid-murid beliau, Syaikh Sulaiman bin Nashir Al ‘Unwan dan Syaikh Ali Al-Khudayr. Beliau juga menulis surat dukungan kepada Amirul Mukminin Mullah Muhammad Umar Mujahid.
Ya Allah! Ampunkanlah Syaikh Hamud bin Uqla Asy-Syu’aiby dan penuhilah dia dengan rahmat-MU. Jadikanlah kuburnya sebagai kebun dari kebun-kebun Jannah. Selamatkanlah dia dari azab kubur. Selamatkanlah dia dari huru hara besar pada hari Kiamat. Amiin.
Syaikh Hamud seperti ayah bagi Mujahidin di seluruh dunia. Dan meskipun beliau mungkin belum pernah bertemu sebagian di antara mereka di dunia, beliau senantiasa meminta pada Allah untuk mengumpulkannya bersama mereka semua di tempat tertinggi di Jannah, bersama dengan para Nabi, Shiddiqqiin, Syuhadaa dan sholihin, karena merekalah sebaik-baik teman. Amiin.