(Arrahmah.com) – Segala puji bagi Allah SWT, sholawat dan salam kepada utusan-Nya SAW
Tidak diragukan lagi, bahwa salah satu bagian yang paling penting dalam sejarah kelam kaum Muslimin, saat ini sedang tertulis di Irak dan Suriah, dan hampir di tempat lain di seluruh dunia Islam; Gaza, Yaman, Libya, Mesir, dan Afrika Tengah hanya beberapa contoh. Munculnya apa yang disebut dengan “Daulah Islam Irak dan Suriah”, yang dikenal sebagai ISIS (sekarang berganti IS), adalah salah satu aktor utama dalam peristiwa ini.
Kaum Muslimin telah diserang di tanah mereka sendiri dan dibantai oleh tentara Barat, pimpinan Amerika Serikat, dalam tiga dekade terakhir, di Afghanistan, Irak dan Yaman pada khususnya. Alasannya adalah untuk membawa ajaran “demokrasi” bagi mereka yang masih “jahil”! Namun, Barat telah memihak pemerintah dan rezim Al-Sisi (yang mengkhianati demokrasi), di Mesir, setelah ia membunuh lebih dari 10.000 orang dan memenjarakan lebih dari 50.000 penduduk Mesir. Ini adalah bagaimana Barat memandang “demokrasi” di dunia Islam.
Ini jelas merupakan perilaku yang bias, dan tak henti-hentinya menunjukkan kebencian yang amat sangat terhadap umat Islam di beberapa bagian Dunia Barat, ditambah dengan mutlak berdiri dan mendukung di samping Zionis Israel, yang mana di sisi lain, Barat menggunakannya untuk mempengaruhi kebijakan di Timur Tengah. Inilah yang menumbuhkan kebencian yang sangat terhadap Amerika Serikat di beberapa belahan dunia.
Namun, tidak hanya Barat yang pertama disalahkan atas situasi kacau dan tidak stabil di beberapa negara. Pengkhianatan penguasa di Negara “Muslim” dan kepatuhannya kepada agenda Barat, adalah alasan yang pertama dan utama peristiwa yang terjadi di dunia Arab saat ini.
Karena itu, perilaku para penguasa yang tunduk, dikombinasikan dengan bias, standar ganda dan kebijakan bermuka dua dari Barat, maka para pemuda Muslim telah menemukan solusi terbaik dalam perjuangan; melawan penguasa korup dan boneka Barat di tanah mereka sendiri. Pembantaian oleh pemerintahan yang dipimpin oleh Bashar Assad di Suriah, Al-Maliki di Irak, diikuti sekarang dengan Al-Sisi di Mesir, dan dipersenjatai oleh negara-negara Barat, hanya contoh dari apa yang dihadapi kaum muslimin saat ini.
Dua aliran telah dihasilkan selama proses yang berkembang setelah munculnya apa yang disebut “Arab Spring”, para ekstremis, dan moderat. Para ekstremis telah mengadopsi keyakinan yang dikenal dalam sejarah sekte Islam dengan “Khawarij”. Mereka mengadopsi kebijakan “meratakan daerah”, bagi semua orang yang tidak tunduk kepada ide-ide ekstrim mereka, tidak peduli apa agama mereka. Mereka telah membantai ribuan Muslim Sunni, yang tidak tunduk kepada keyakinan mereka, di Suriah khususnya.
Keyakinan mereka kaum “Khawarij” adalah, secara singkat, menindak mereka yang mereka anggap kafir atau fasiq. Mereka mengeksekusi orang-orang yang mereka lihat melakukan tindakan seperti itu, dengan cara yang terburuk dan tidak manusiawi. Gambar atau video dari umat Islam dibantai berada di luar apa pun yang kita bayangkan.
Mereka telah melakukan kekejaman tersebut atas nama Islam, di mana Islam benar-benar tidak mengajarkan dan jauh dari kekejaman seperti itu. Hal ini tidak dapat diterima dalam Islam untuk mempraktekkan ritual barbar seperti itu, dalam membunuh musuh, bahkan jika mereka orang-orang kafir. Tentu saja, setiap negara memiliki musuh, dan setiap orang telah membunuh banyak musuh mereka. Penduduk asli di Amerika Utara adalah contoh sempurna dari itu. Namun, Islam tidak membenarkan kekejaman seperti itu. Pertarungan yang wajar, dan membunuh dalam perang adalah keharusan, namun seperti penyembelihan dan pembunuhan dari apa yang mereka anggap sebagai “Murtad”, itu bukanlah bagian dari ajaran Islam. Mereka telah mengadili orang, memvonis mereka, menghukum mereka, dan mengeksekusi mereka, semua dilakukan oleh orang yang sama.
Hukum Islam memiliki hukuman sendiri untuk mereka yang melakukan pengkhianatan (murtad), yaitu hukuman mati, sama seperti hukum yang dibuat oleh beberapa negara. Perbedaannya adalah bahwa dalam undang-undang buatan negara, seseorang dianggap pengkhianat jika dia mengkhianati negaranya. Sedangkan dalam Islam, dianggap pengkhianatan (murtad) jika dilakukan terhadap agama. Ideologi yang berbeda menyebabkan jalan yang berbeda, tapi pada kesimpulan yang sama; hukuman mati untuk pengkhianat.
Tapi dalam Islam, proses membuktikan pengkhianatan (murtadnya) seseorang sangatlah hari-hati dan rumit. Dikatakan dalam Panduan Islam “membiarkan seribu pengkhianat hidup lebih baik daripada membunuh satu orang yang tidak bersalah”. Dan ini berlaku untuk setiap manusia apapun agamanya. Rincian mengenainya berada di luar lingkup artikel ini.
Islam penuh belas kasihan kepada setiap manusia, hidup dalam perdamaian dan sinkron dengan negara-negara lain. Namun ISIS (IS) tidak.
Namun, Barat pura-pura tak melihat perlakuan ISIS, karena ISIS memulai kampanye mereka dengan membunuh sesama Muslim di Suriah, yang berarti ISIS memberikan bantuan besar kepada militer Barat dan pemerintah (Suriah). ISIS telah membunuh dan membantai ribuan Muslim Sunni, tanpa bisikan dan perintah dari Amerika Serikat (Negara Barat)! Namun, ketika sekutu mereka di wilayah Kurdi, di Irak Utara, diserang oleh ISIS, AS mulai panik dan melakukan upaya “kemanusiaan”; benar-benar munafik.
ISIS adalah krisis di Negara Muslim, yang saat ini tengah diperangi dari segala sisi.
Artikel ini dimaksudkan untuk kaum Muslimin di Barat, yang mungkin tertipu oleh kemajuan yang dibuat oleh ISIS, agar tidak naif, dan dangkal dalam mengadopsi atau bahkan bersimpati dengan kelompok itu. Hak untuk melawan agresor dari segala bentuk adalah milik semua orang. Namun, dalam hal ini apa yang mereka (ISIS) lakukan bukanlah melawan para penjajah. Mereka memerangi rakyatnya, dan memerangi kemanusiaan. Mempelajari keyakinan (manhaj) yang benar adalah cara untuk menyelamatkan diri, janganlah kalian memerangi bendera (kelompok) apapun yang menjadikan Islam sebagai agamanya.
Sumber: http://www.tariqabdelhaleem.net/new/Artical-72741
Diterjemahkan oleh tim Muqawamah Media
(aliakram/arrahmah.com)