KAIRO (Arrahmah.com) – Ribuan umat Islam Mesir menggelar aksi unjuk rasa menentang intervensi militer penjajah salibis Perancis di Mali Utara. Aksi digelar setelah shalat Jum’at (18/1/2013) di depan gedung Kedutaan Besar Perancis di kawasan Jizah, selatan Kairo.
Para demonstran menyerukan slogan-slogan solidaritas bagi umat Islam dan mujahidin di Mali. Mereka mengecam keras invasi militer penjajah salibis Perancis di Mali. “Dengan darah dan nyawa, kami menebus Islam”, “hidup merdeka, Perancis teroris” dan “rakyat inginkan pengusiran dubes Perancis” adalah sebagian yel-yel yang diteriakkan para demonstran, laporan kantor berita Turki Anatolia.
Para demonstran membawa beberapa spanduk bertuliskan “Mali tidak sendirian”, “Tidak untuk penjajahan Mali”, “Wahai kaum muslimin, selamatkanlah Mali sehingga ia tidak lenyap sebagaimana lenyapnya Irak” dan “Tidak untuk eksploitasi Aljazair”. Mereka juga membawa bendera Mesir dalam ukuran besar, dengan tulisan di bagian tengahnya yang berbunyi “Tiada Tuhan Yang berhak disembah selain Allah, Muhammad utusan Allah…hak menetapkan hukum hanyalah milik Allah…hidup merdeka syariat Islam.”
Tentara dan polisi dikerahkan dalam jumlah besar untuk mengamankan gedung kedutaan besar Perancis. Aparat keamanan memblokir jalan menuju gedung kedubes dan jalan-jalan sekitar lokasi demonstrasi sejak Jum’at pagi. Para pejalan kaki dan kendaraan terpaksa harus mencari jalan lain.
Demonstrasi anti invasi militer salibis Perancis tersebut telah diserukan oleh Front Islam Mesir yang merupakan aliansi 22 organisasi massa Islam. Seruan-seruan untuk menggelar aksi demonstrasi pada hari Jum’at telah dikumandangkan sejak beberapa hari sebelumnya.
Dalam orasinya di hadapan ribuan demonstran, Syaikh Muhammad Azh-Zhawahiri, mengatakan, “Sesunggahnya apa yang terjadi di Mali sama sekali tidak bisa diterima dan negara-negara Islam serta negara-negara Arab wajib mencegahnya dengan segala cara dan sarana.”
Adik kandung pemimpin kelompok mujahidin Al-Qaeda internasional, Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri, itu menambahkan bahwa para demonstran tidak akan mundur “sampai Duta Besar Perancis diusir, memutus hubungan diplomatik dengan Perancis dan mendukung mujahidin Mali.”
Syaikh Azh-Zhawahiri menegaskan jika tuntutan mereka tidak dipenuhi oleh pemerintah Mesir, maka Aliansi umat Islam Mesir akan mengerahkan lebih banyak massa dalam demonstrasi-demonstrasi selanjutnya, laporan harian Mesir Ash-Shurouq.
Juru bicara media mujahidin Anshar Ad-Din Mali Utara, Syaikh Sandah Walad Bomama, dalam wawancara khusus dengan harian Ash-Sharq Al-Awsath pada Kamis (17/1/2013) menjelaskan kebohongan besar penjajah salibis Perancis. Ia memaparkan bahwa Perancis telah menempatkan 6000 tentaranya di Mali. Tujuan invasi salibis Perancis di Mali Utara, menurutnya, adalah untuk membagi-bagi negara Aljazair dan menguasai minyak bumi serta gas di kawasan Afrika Barat. (muhib almajdi/arrahmah.com)