Ini adalah lanjutan dari tulisan beberapa hari lalu (baca ini…) yang diterbitkan arrahmah.com mengenai pribadi Syeikh Ayman az-Zawahiri hafidzahullah, berikut lanjutannya:
Hubungan dengan Iran
Syeikh Ayman mengecam pemerintah Iran. Pada bulan Desember 2007, ia mengatakan “Kami menemukan kolaborasi Iran dengan Amerika dalam invasi atas Afghanistan dan Irak.” Dalam video yang sama, dia mencerca Iran dengan “mengulangi lelucon konyol yang mengatakan bahwa Al Qaeda dan Taliban adalah agen Amerika,” sebelum mengeluarkan pesan video ini, Ayatullah Rafsanjani mengatakan, “Di Afghanistan, mereka hadir di Afghanistan karena Al Qaeda dan Taliban, dan siapa yang menciptakan Taliban? Amerika merupakan salah satu yang menciptakan Taliban dan teman-teman Amerika di wilayah itu, mereka membiayai dan mempersenjatai Amerika”.
Kritik syeikh ayman terhadap pemerintahan Iran berlanjut ketika ia menyatakan :
“Meskipun pengulangan dari slogan Iran, “kematian untuk Amerika”, “kematian untuk Israel”, tapi kami belum pernah mendengar fatwa dari satu otoritas Syiah, baik di Iran ataupun di tempat lain yang menyerukan jihad melawan Amerika di Irak dan Afghanistan.
Syeikh ayman membantah bahwa adanya kerjasama antara Iran dengan Al Qaeda melawan “musuh bersama mereka”, yakni Amerika Serikat.
Pada bulan April 2008, syeikh Ayman menyalahkan media pemerintah Iran dan al-Manar untuk mengabadikan kebohongan bahwa “tidak ada pahlawan di kalangan Sunni yang bisa merugikan Amerika seperti tidak ada yang melakukannya dalam sejarah” untuk mendiskreditkan jaringan Al Qaeda.
Di tahun 1993, syeikh Ayman pergi ke Amerika Serikat dimana ia berbicara di beberapa masjid di California yang berada di bawah pengawasan Abdul Mu’iz dan mengandalkan surat kepercayaan dari Bulan Sabit Merah Kuwait untuk menggalang dana bagi anak-anak Afghan yang telah terluka oleh ranjau darat Soviet, tetapi hanya berhasil mendapatkan 2.000 USD.
Untuk perjalanannya ke negara-negara Eropa dan Barat, syeikh Ayman merapikan jenggotnya dan mengenakan pakaian Barat.
Pengusiran dari Sudan dan penghabisan waktu di Rusia
Setelah eksekusi 1994 terhadap anak-anak Ahmad Salama Mabruk dan Mohammed Sharaf untuk mengkhianati Jihad Islam Mesir, para militan diperintahkan untuk meninggalkan Sudan. Pada saat ini ia dikatakan telah “menjadi hantu” tetapi diperkirakan telah bepergian secara luas di Swiss dan Sarajevo. Sebuah paspor palsu ia gunakan menunjukkan bahwa ia melakukan perjalanan ke Malaysia, Taiwan, Singapura dan Hongkong.
Pada tanggal 1 Desember 1996, Ahmad Salama Mabruk dan Mahmud Hisham al-Hennawi, disertai syeikh ayman melakukan perjalanan ke Chechnya, di mana mereka berharap untuk mendirikan kembali al-Jihad yang telah goyah. Pemimpin mereka yang tengah mengadakan perjalanan menggunakan nama Abdullah Imam Mohamed Amin dan melakukan perdagangan alat-alat medis sebagai dalih.
Kelompok ini berganti kendaraan sebanyak tiga kali, namun mereka tertangkap beberapa jam sebelum memasuki wilayah Rusia dan menghabiskan lima bulan penjara di penjara Makhachkala menunggu diadili. Trio ini mengaku tidak bersalah, mempertahankan penyamaran mereka dan rekan-rekan al-Jihad dari Bavari-C mengirim surat kepada otoritas Rusia untuk keringanan hukuman bagi rekan-rekan “pedagang” mereka yang telah keliru ditangkap dan anggota parlemen Rusia, Nadyr Khachiliev menggemakan permohonan mereka agar cepat dibebaskan ketika anggota al-Jihad Ibrahim Eidarous dan Tharwat Salah Shehata menuju Dagestan untuk memohon pembebasan mereka. Shehata mendapat izin untuk mengunjungi para tahanan dan diyakini telah menyelundupkan 3.000 USD yang kemudian disita dari sel mereka dan telah memberikan surat dimana Rusia tidak mau menerjemahkannya.
Pada bulan April 1997, 3 Muslim ini dijatuhi hukuman enam bulan penjara dan sebulan kemudian dibebaskan dan lari tanpa membayar pengacara mereka Abdulkhalik Abdusalamov sebesar 1.800 USD yang telah ditunjuk pengadilan. Namun, beberapa pihak ragu mengenai Rusia yang tidak dapat menemukan kebenaran akan syeikh Ayman : sarjana dari Jamestown Foundation, Evgenii Novikov berpendapat bahwa tampaknya tidak mungkin bahwa Rusia tidak akan dapat menentukan siapa dia, mengingat mereka terlatih Arabis dan tindakan mencurigakan ketiganya yang secara ilegal melintasi perbatasan dengan beberapa identitas palsu dan dokumen enkripsi dalam bahasa Arab.
Syeikh Ayman dan angota Jihad Islam Mesir lainnya membiayai pengungsi di Jalalabad, di mana keluarga anggota Al Qaeda telah tinggal. Sekitar 250 orang berkumpul di sana bersama-sama.
Operasi Luxor November 1997
Serangan oleh enam orang berpakaian seragam polisi, memacu senapan mesin dan menewaskan 58 wisatawan asing dan empat warga Mesir dan menghancurkan industri pariwisata Mesir untuk beberapa tahun. Syeikh Ayman menyalahkan polisi untuk pembunuhan tersebut dan juga mengatakan para wisatawan bertanggung jawab atas kematian mereka sendiri karena telah datang ke Mesir.
“Orang-orang Mesir menganggap kehadiran wisatawan asing menjadi agresi terhadap Muslim dan Mesir….Para pemuda mengatakan bahwa ini adalah negara kami dan bukan tempat untuk bersenang-senang dan kenikmatan, khususnya bagi Anda”.
Syeikh Ayman dijatuhi hukuman mati dalam pengadilan in absentia di tahun 1999 oleh pemerintahan boneka Mesir.
Fatwa dengan syeikh Usamah bin Ladin
Pada 23 Februari 1998, ia mengeluarkan fatwa bersama dengan Syeikh Usamah bin Ladin rahimahullah dengan judul “Front Islam Sedunia Melawan Yahudi dan Tentara Salib”. Syeikh Ayman, bukan syeikh Usamah yang diperkirakan penulis sebenarnya dari fatwa ini.
Tahun 1998 serangkaian serangan bom terjadi menargetkan kedutaan besar Amerika di mana ratusan orang tewas dalam ledakan bom di kedutaan AS di kota Dar es Salaam, Tanzania dan Nairobi, Kenya. Serangan ini membawa syeikh Usamah dan syeikh Ayman menjadi perhatian internasional.
Menyusul pemboman tahun 2000 terhadap USS Cole, Mohammaed Atef bergerak ke Kandahar, syeikh Ayman ke Kabul dan syeikh Usamah ke Kabul, kemudian mereka bergabung dengan Atef saat menyadari Amerika tidak melakukan serangan balasan.
Hamid Mir dilaporkan telah mengatakan bahwa ia percaya bahwa Ayman az-Zawahiri adalah kepala operasional Al Qaeda dan bahwa “ia merupakan orang yang bisa melakukan hal-hal yang terjadi pada 11 September”. Dalam beberapa hari, nama Zawahiri itu diajukan sebagai komando kedua bin Ladin, dengan laporan menunjukkan bahwa ia mewakili “lawan AS yang lebih tangguh dari bin Ladin”.
Aktivitas dan keberadaan setelah peristiwa 911
Pada 10 Oktober 2001, syeikh Ayman muncul di daftar awal FBI Amerika sebagai 22 “teroris” yang paling dicari yang dirilis ke publik oleh Bush. Pada awal November 2001, pemerintah Imarah Islam Afghanistan mengumumkan mereka menganugerahkan kewarganegaraan Afghanistan resmi pada dirinya, serta bin Ladin, Muhammad Atef, Saif al-Adl dan syeikh Abdurrahman Asim.
Pada Desember 2001, syeikh Ayman mengeluarkan buku berjudul “Knights Under the Prophet’s Banner outlining Al Qaeda Ideology”. Terjemahan bahasa Inggris dari buku ini diterbitkan, kutipan tersedia secara online.
Setelah invasi AS ke Afghanistan, keberadaan syeikh Ayman tidak diketahui, tetapi ia biasanya dianggap berada di wilayah kesukuan Pakistan. Meskipun ia merilis videonya lebih sering sendiri, syeikh Ayman dan Syeikh Usamah tidak muncul bersama dalam satu video sejak tahun 2003. Di tahun 2003, ia dikabarkan telah ditahan oleh Iran, meskipun tidak ada konfirmasi yang muncul. Pada tahun 2004, militer boneka Pakistan melancarkan operasi agresif di Wana, Pakistan. Laporan mulai muncul ke permukaan bahwa ia terjebak di tengah konflik oleh militer.
Namun, setelah seminggu pertempuran, tentara merebut daerah tersebut. Kemudian diungkapkan bahwa ia melarikan diri atau tidak pernah ada di kalangan pejuang. Karena konflik itu menyelinap ke wilayah kesukuan barat dimana Syeikh Ayman menjadi target utama dari operasi pengejaran yang dilakukan oleh ISI. Namun, mereka tidak berhasil menemukannya dalam serangkaian operasi.
Pada tanggal 13 Januari 2006, CIA membantu ISI Pakistan ketika CIA melancarkan serangan udara di Damadola, sebuah desa Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan, di mana mereka meyakini itu adalah lokasi syeikh Ayman berada. Serangan itu seharusnya sudah membunuh syeikh Ayman, demikian laporan media-media internasional dalam beberapa hari setelah serangan. Banyak korban dimakamkan tanpa diidentifikasi. Seorang pejabat AS mengklaim bahwa beberapa Mujahid tewas dan pemerintah kesukuan Bajaur mengonfirmasikan hanya empat “teroris” yang tewas dalam serangan. Protes anti-Amerika pecah di seluruh negeri di Pakistan, mengutuk serangan udara AS yang menewaskan sipil tak bersalah. Pada tanggal 30 Januari, video baru dirilis menunjukkan syeikh Ayman yang tidak terluka dan dalam keadaan sehat. Video itu membahas serangan udara tetapi tidak mengungkapkan apakah ia hadir di desa itu saat serangan dilancarkan.
Pada bulan Agustus 2008, CBS melaporkan bahwa mereka memperoleh salinan surat yang dicegat pada 29 Juli 2008 dari sumber yang tak disebutkan namanya di Pakistan, yang meminta dengan segera dokter untuk mengobati syeikh Ayman. Surat itu menunjukkan bahwa syeikh Ayman mengalami luka parah dalam serangan drone AS di desa Azam Warsak di Waziristan Selatan pada 28 Juli yang juga dilaporkan telah membunuh seorang ahli peledak, Abu Khabab al-Masri. Juru bicara Taliban, Maulvi umar mengatakan kepada AP bahwa laporan terlukanya syeikh Ayman adalah palsu.
Muncul sebagai komandan Al Qaeda
Pada tanggal 30 April 2009, Departemen Luar Negeri AS melaporka bahwa syeikh Ayman kini telah muncul sebagai komandan strategis dan operasional dan bahwa syeikh Usamah hanyalah tokoh ideologis organisasi.
Habis…
(haninmazaya/arrahmah.com)