(Arrahmah.com) – Amir Jabhah Nushrah, salah satu kelompok Mujahidin terkuat yang berperang di Suriah melawan rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad mengecam upaya Arab Saudi untuk menyatukan kelompok oposisi (moderat) dan mengatakan mereka terlibat dalam komitmen pengkhianatan.
Dalam sebuah wawancara dengan beberapa media termasuk Al Jazeera, Syaikh Abu Muhammad Al-Jaulani mengatakan konferensi Riyadh adalah bagian dari konspirasi untuk menghidupkan kembali dan mempertahankan rezim Bashar Asad, lansir Al Jazeera pada Sabtu (12/12/2015).
“Konferensi itu tidak diorganisir untuk menolong rakyat Suriah,” ujar Syaikh Jaulani.
Dia mengatakan Jabhah Nushrah tidak diundang untuk menghadiri pembicaraan dan mereka tidak akan pernah muncul bahkan jika telah diminta.
Kelompok-kelompok bersenjata yang menghadiri pertemuan telah berkomitmen untuk berkhianat terhadap pengorbanan yang dilakukan oleh orang-orang Suriah dalam perang yang hampir berlangsung selama lima tahun, lanjut Syaikh Jaulani.
Pertemuan di Saudi datang setelah diplomat dari 17 negara termasuk pendukung dan penentang Asad setuju pada bulan lalu di Wina pada peta jalan untuk konflik Suriah.
Pemerintahan transisi akan dibentuk dalam waktu enam bulan dan pemilihan dalam waktu 18 bulan, seiring dengan negosiasi antara oposisi dengan rezim Suriah pada 1 Januari mendatang.
“Sejauh yang kami perhatikan, rezim telah berakhir, dan sebenarnya itu lebih cocok menjadi sebuah faksi ketimbang rezim, yang dikendalikan oleh kolonel atau jenderal,” ujar Syaikh Jaulani yang menambahkan bahwa pasukan rezim Nushairiyah hanya menguasai sekitar 20 persen dari wilayah Suriah.
Setelah meluncurkan kampanye udara pada akhir September lalu, Rusia sejauh ini gagal untuk membuat kemajuan yang signifikan dan akan gagal dalam menopang kekuasaan rezim, lanjut amir Jabhah Nushrah tersebut.
Ia juga menekankan bahwa Jabhah Nushrah tidak berniat melakukan operasi terhadap siapa pun di luar Suriah. Ia juga mengatakan akan mempertahankan hubungan organisasinya dengan Al-Qaeda dan memuji Al-Qaeda yang telah mengalahkan Barat dalam perang melawan Muslim di Afghanistan dan Irak. (haninmazaya/arrahmah.com)