(Arrahmah.com) – Penjajah zionis Yahudi kembali menggempur umat Islam di Jalur Gaza. Untuk menghasung semangat jihad kaum muslimin di Palestina dan dukungan kaum muslimin seluruh dunia, kami menyajikan kembali ceramah syaikh Aiman Azh-Zhawahiri tentang strategi pembebasan Palestina. Ceramah tersebut dipublikasikan oleh Yayasan Media AS-Sahab pada bulan Syawwal 1433 H/September 2012 dalam video Syamsun Nashri al-Bazighah ‘alal Ummah al-Muntashirah wa ash-Shalibiyah al-Mundaharah (Matahari kemenangan yang telah bersinar terang atas umat Islam yang menang dan pasukan salibis yang terkalahkan).
***
Syaikh Aiman azh-Zhawahiri berkata:
“Dengan nama Allah. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang setia mengikutinya.
Wahai saudara-saudaraku, kaum muslimin, di tempat manapun Anda berada…
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuhu
Amma ba’du…
Pada hari-hari ini, kita telah melewati 11 tahun sejak serangan penuh berkah terhadap New York, Washington dan Penssylvania. Kalian semua mengetahui sejauh mana kekalahan-kekalahan yang mendera AS selama 11 tahun tersebut. AS telah dikalahkan di Irak dan sekarang sedang kalah di Afghanistan, empat rezim boneka AS di dunia Arab juga bertumbangan satu per satu.
Namun pada kesempatan hari ini, saya akan memfokuskan pembicaraan saya tentang beberapa makna penting yang berkaitan erat dengan serangan 11 September yang penuh berkah tersebut.
Makna pertama dan makna terpenting yang hendak saya sampaikan dalam pembicaraan saya ini adalah sebab yang karenanya serangan yang penuh berkah itu dilakukan, yaitu adanya penjajahan salibis-zionis terhadap negeri-negeri kaum muslimin, terkhusus lagi adalah negeri Palestina.
Saya menyebutkan makna ini sebelum menyebutkan makna-makna lainnya dalam pembicaraan saya ini, disebabkan oleh usaha-usaha pemerintah Israil untuk membagi-bagi kompleks Masjidil Aqsha sebagai start untuk meruntuhkan Masjidil Aqsha, meyahudikan Palestina dan menegakkan negara Israel Raya di atas puing-puing reruntuhan Palestina.
Dan hal yang lebih keji lagi adalah negara-negara Arab dan Islam lemah dan menyerah saja atas kejahatan Israel ini. Untuk menggambarkan kelemahan dan menyerahnya negara-negara Arab dan Islam tersebut, saya ringkas dalam pertanyaan sederhana berikut ini:
Mungkinkah pemerintahan-pemerintahan di dunia Islam membela Palestina ataukah sebenarnya mereka membantu Israel untuk menjajah Palestina?
Mayoritas pemerintahan-pemerintahan di dunia Islam mengakui (kedaulatan negara penjajah, pent) Israil dengan satu cara atau cara lainnya. Seluruh pemerintahan di dunia Islam mengakui atau mengumumkan secara terang-terangan menghormati keputusan PBB yang membagi-bagi Palestina dan menyerahkan sebagian besar Palestina kepada Israel. Seluruh pemerintahan di dunia Islam juga mengakui kekuasaan Mahmud Abbas yang rela (mengakui Israel) demi mendapatkan hanya 10 % wilayah Palestina.
Mari kita melihat secara sekilas contoh-contoh pemerintahan di dunia Arab dan dunia Islam:
1. Pakistan, pemerintahannya untuk dijual dan tentaranya untuk disewakan. Pakistan bekerja sebagai tentara bayaran dalam invasi militer penjajah salibis terhadap Afghanistan dan Pakistan.
2. Turki mengadakan perjanjian dengan Israel dalam beberapa kesepakatan militer dan keamanan (intelijen), Turki secara terang-terangan mengakui (kedaulatan) Israel, dan keduanya saling mengirim Duta Besar.
Wahai rakyat muslim Turki, wahai mujahidin Turki para penakluk anak cucu para penakluk, tekanlah pemerintah kalian agar menghentikan keikut sertaannya dalam latihan-latihan militer Israel dan kerjasama intelijen dengan Israel! Tekanlah pemerintah kalian agar menghentikan keikut sertaannya dalam kejahatan terhadap kaum muslimin Afghan di bawah panji penjajah salibis (ISAF).
3. Iran bekerja sama dengan AS dalam menjajah Irak dan Afghanistan serta membantu (rezim Nusahiriyah Suriah, pent) dalam membantai rakyat muslim Suriah yang melakukan jihad dan ribath. Jadi mungkinkah Iran bisa dipercaya?
4. Mesir di mana para pemimpin militer dan pemerintahan sipilnya serta presidennya telah mengumumkan bahwa mereka akan menjaga komitmen perjanjian damai (Camp David, pent) dengan Israel. Mungkinkah mereka akan berusaha untuk membebaskan bumi Palestina dari negara penjajah Israel, yang telah mereka akui kedaulatannya, mereka ikat dengan perjanjian damai, dan mereka mendahulukan perjanjian damai dengannya atas kesepakatan pertahanan bersama negara-negara Arab?
Dari sini, saya menyerukan kepada orang-orang yang mulia dan merdeka di kalangan Tentara Nasional Mesir —dan jumlah mereka banyak— janganlah kalian menjadi tentara penjaga bagi batas-batas negara Israel, janganlah kalian membela batas-batas negara Israel dan janganlah kalian ikut serta dalam mengisolasi keluarga kita di Gaza.
5. Pemerintahan-pemerintahan Jazirah Arab dan Teluk (Arab Saudi, Yaman, Kesultanan Oman, Bahrain, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Qatar, pent) telah mempersembahkan tanah, perairan dan udara mereka sebagai pangkalan-pangkalan bagi markas tentara salibis yang menginvasi negeri-negeri kaum muslimin. Pemerintahan-pemerintahan itu telah mensuplai semua keperluan pasukan salibis tersebut dan menyerahkan kekayaan alam kaum muslimin kepada salibis Barat dengan harga begitu murah. Mungkinkah mereka akan membebaskan Palestina ataukah mereka harus membebaskan diri mereka sendiri (terlebih dahulu)?
6. Tunisia, pemerintahannya telah mengumumkan disibukkan oleh perkara-perkara (dalam negerinya) sendiri sehingga tidak bisa memikirkan Palestina. Mungkinkah pemerintahan seperti itu akan membebaskan Palestina?
Pemerintahan-pemerintahan seperti ini tidak mungkin akan membebaskan Palestina. Justru, pemerintahan-pemerintahan ini sebenarnya membantu penjajahan Israel atas Palestina. Pemerintahan-pemerintahan ini telah mampu menjadikan perjanjian damai dengan Israel sebagai sebuah realita yang bisa diterima, bahkan mereka menyerah kepadanya.
Bahkan musibah yang paling besar adalah gerakan-gerakan Islam yang terlibat dalam permainan politik sekuler telah secara terang-terangan mengumumkan bahwa mereka tidak akan berusaha untuk merubah realita ini. Bahkan mereka telah mengumumkan secara terang-terangan, sebagai harga dari keterlibatan dalam permainan politik sekuler, bahwa ia akan menjaga dan menghormati perjanjian-perjanjian damai dengan penjajah Israel tersebut. Maksimal yang bisa mereka mampu adalah berharap Israel juga menghormati perjanjian tersebut.
Demikianlah, perjanjian-perjanjian “menyerah-kalah” telah berubah dari sekedar sebuah realita menjadi perkara yang bisa diterima. Jiwa tidak lagi membencinya, badan tidak lagi gemetar marah karenanya. Justru jiwa rela kepadanya, mendorong untuk komitmen dengannya dan tidak mengharapkan hal yang lebih “buruk” darinya.
Persis seperti perjanjian Sykes Picot dan perjanjian Kitsher dari pemerintahan peralihan kepada pemerintahan warisan yang ditanamkan dalam jiwa dan akal. Bahkan berubah menjadi akidah (ideologi) yang dianut bangsa-bangsa, lebih dari itu dianut oleh gerakan-gerakan Islam. Akibatnya, seorang warga negara adalah saudara bagi warga negara lainnya meskipun ia bukan orang Islam Islam. Sebaliknya, bukan warga negara adalah orang asing, sekalipun ia adalah wali Allah dan orang shalih.
Dengan itulah mereka telah membantu para pemimpin dan komandan invasi salibis-zionis yang bertujuan untuk meruntuhkan khilafah Islamiyah dan memecah-belah kaum muslimin kepada lebih dari 50 negara, lalu mereka pun berkembang menjadi pecahan-pecahan dan kepingan-kepingan yang dibagi-bagi lagi.
Untuk memerangi konspirasi pembagi-bagian inilah bangkit kelompok-kelompok jihad dan kelompok Qaidatul Jihad (Al-Qaeda) yang memandang umat Islam adalah umat yang satu, dan negeri-negeri Islam adalah bagaikan satu negeri, bahwa seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, serta kaum muslimin adalah sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam:
الْمُسْلِمُونَ تَتَكَافَأُ دِمَاؤُهُمْ. يَسْعَى بِذِمَّتِهِمْ أَدْنَاهُمْ، وَيُجِيرُ عَلَيْهِمْ أَقْصَاهُمْ، وَهُمْ يَدٌ عَلَى مَنْ سِوَاهُمْ
“Kedudukan nyawa kaum muslimin itu setingkat (sama nilainya, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah), orang muslim yang paling rendah sekalipun bisa memberikan jaminan, orang muslim yang paling jauh sekalipun dapat memberikan jaminan keamanan dan kaum muslimin itu satu kesatuan dalam menghadapi musuh-musuh Islam.” (HR. Abu Daud no. 2751, An-Nasai no. 4746, Ahmad no. 7012, Ibnu Hibban no. 5996 dan lain-lain)
Juga sebagaimana disebutkan dalam piagam Madinah: “Sesungguhnya perdamaian kaum beriman adalah satu, seorang mukmin tidak akan menjalin perdamaian dengan meninggalkan mukmin lainnya dalam perang di jalan Allah kecuali dengan cara yang adil di antara mereka.”
Maka serangan yang penuh berkah pada 11 September merupakan bagian dari bagian pelopor mujahidin di kalangan umat Islam yang melakukan perlawanan terhadap invasi salibis kontemporer yang berusaha untuk memecah belah kita umat Islam, agar mudah bagi kekuatan salibis untuk menelan kita sedikit demi sedikit, sepotong demi sepotong.
Jadi, wahai saudara-saudara, tidak mungkin mengandalkan pemerintahan-pemerintahan (di dunia Arab dan Islam) untuk membebaskan Palestina dan melindungi Masjidil Aqsha, karena pemerintahan-pemerintahan ini tidak mampu melakukan hal itu. Justru dalam banyak kesempatan pemerintahan-pemerintahan ini membantu Israil dalam melakukan kejahatannya.
Maka setelah bertawakal kepada Allah, tidak tersisa pilihan selain menghasung umat Islam untuk berusaha keras demi membebaskan seluruh negeri kaum muslimin secara umum, Palestina secara khusus dan melindungi Masjidil Aqsha secara lebih khusus lagi.
Umat Islam memiliki potensi yang sangat besar, dengan karunia Allah semata, yang memungkinkan bagi umat Islam untuk melawan invasi musuh-musuhnya. Seperti telah dibuktikan oleh serangan yang penuh berkah terhadap Washington, New York dan Pennsylvania. Perlawanan jihad penuh kepahlawanan kaum muslimin selama 11 tahun terakhir telah memaksa kekuatan terbesar dalam sejarah umat manusia —begitulah kekuatan itu menamakan dirinya sendiri— untuk menyerah kepada kekalahan dan memaksanya untuk menarik mundur pasukannya dari Irak dan Afghanistan.
1. Di Irak, AS mengalami kekalahan dan proyek AS untuk menguasai kawasan Timur Tengah telah hancur di tangan mujahidin, yang dipelopori oleh Daulah Islam Irak, semoga Allah senantiasa membimbingnya.
2. Di Afghanistan, telah hancur proyek AS untuk menguasai Asia Selatan dan mengubur hidup-hidup Daulah Islam yang belum lama berdiri. Proyek AS itu dihancurkan oleh mujahidin pimpinan Imarah Islam Afghanistan, dengan pemimpinnya al-amir al-mujahid yang bertawakal kepada Allah, Mulla Muhammad Umar, semoga Allah menjaganya.
Umat Islam ini semata, dengan para mujahidin, orang-orang merdeka, orang-orang mulia dan orang-orang shalihnya —dengan izin Allah— mampu untuk mengalahkan proyek salibis-zionis di jantung dunia Islam, khususnya lagi di Palestina yang terjajah. Sebagaimana umat Islam ini dengan izin dan taufik Allah Ta’ala semata telah mampu mengalahkan proyek salibis-zionis di Irak dan Afghanistan. Juga sebagaimana sebelum itu umat Islam ini mampu melayangkan kepada AS pukulan terkeras dalam sejarah AS (serangan 11 September, pent), di dalam negeri AS sendiri, sehingga pukulan itu mengubah sejarah AS dan melemahkan ekonominya.
Langkah Pembebasan Palestina
Di sini muncul satu pertanyaan yang penting, bagaimana umat Islam bisa membebaskan Palestina?
1. Langkah pertama untuk membebaskan Palestina adalah menyebar luaskan pemahaman di tengah barisan kaum muslimin:
Pertama, pemahaman bahwa Allah semata Yang Maha Menolong, karena Allah semata-lah Yang Maha Menciptakan, Maha Memberi rizki, Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan. Dialah Yang Maha Mampu menolong hamba-hamba-Nya yang lemah atas orang-orang yang menyombongkan diri lagi orang-orang yang kuat, sehingga Allah membuktikan kekuasaan-Nya dan melaksanakan kehendak-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
(طسم * تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ * نَتْلُوا عَلَيْكَ مِن نَّبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ * إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ * وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ * وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُم مَّا كَانُوا يَحْذَرُونَ)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
“Thaa Siin Miim
Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang nyata (dari Allah).
Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Firaun dengan benar untuk orang-orang yang beriman.
Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).
Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu.” (QS. Al-Qashash [28]: 1-6)
Kedua, pemahaman bahwa pemerintahan-pemerintahan (di dunia Arab dan dunia Islam) ini tidak mungkin akan membebaskan Palestina, karena mereka justru melakukan tindakan sebaliknya.
Ketiga, pemahaman bahwa umat Islam harus mempersiapkan dirinya untuk berjihad dengan jiwanya, karena hal itu merupakan fardhu ‘ain yang diwajibkan atas umat Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
(وَمَا لَكُمْ لاَ تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاء وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَـذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ نَصِيرًا * الَّذِينَ آمَنُواْ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُواْ أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا)
“Mengapa kalian tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Rabb kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!”
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.” (QS. An-Nisa’ [4]: 75-76)
Keempat, pemahaman tentang batilnya perjanjian-perjanjian damai dengan Israil, wajibnya menolak pengakuan terhadap eksistensi (kedaulatan) Israel, lebih dari itu tentu saja menolak normalisasi hubungan dengan Israel.
Pemahaman ini wajib disebar luaskan di tengah barisan umat Islam, kelompok-kelompok dan unsur-unsur kaum muslimin. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap bapak di dalam rumah tangganya, hal ini juga bisa dilakukan oleh setiap ibu di antara anak-anaknya, hal ini juga bisa dilakukan oleh setiap guru di antara murid-muridnya, setiap khatib di masjidnya dan setiap dai di desanya, pekerjaannya, sekolahnya dan universitasnya.
2. Langkah kedua untuk membebaskan Palestina adalah berusaha untuk menegakkan daulah Islam yang berjihad dan mengerahkan kekuatan (kaum muslimin) untuk membebaskan negeri-negeri kaum muslimin.
Daulah Islam seperti ini tidak akan tegak kecuali jika kita menjadikan syariat Islam sebagai satu-satunya hukum yang berlaku di negeri-negeri kita, sehingga syariat Islam berkuasa, bukan dikuasai, syariat Islam berada di atas setiap bentuk hukum lainnya, dan syariat Islam lebih tinggi dari setiap sumber perundang-undangan lainnya.
Kita harus berusaha menegakkan daulah ber-manhaj rabbani yang mencampakkan sekulerisme dan (mencampakkan) pemutusan perkara berdasar hawa nafsu mayoritas; sebuah daulah yang meyakini persaudaraan kaum muslimin dan tidak membeda-bedakan kaum muslimin atas dasar tanah air, sebuah paham yang hanya melayani kepentingan musuh-musuh kaum muslimin; sebuah daulah yang meyakini persatuan negeri-negeri kaum muslimin dan mencampakkan batas-batas negara nasionalisme yang digariskan oleh para pemimpin negara-negara penjajah atas tanah air kita, lalu digariskan dalam pikiran dan hati kita oleh kurikulum sekulerisme.
Itulah daulah Islam yang berjihad, yang memandang bahwa kewajibannya yang paling penting adalah membebaskan setiap jengkal negeri kaum muslimin (yang diinvasi oleh musuh-musuh Islam, pent) dari Kaukasus sampai Zanjibar, dari Afghanistan dan Kasymir sampai Timor Timur (Timur Leste, pent) dan Filiphina, dari Turkistan Timur (Xinjiang, pent) sampai Andalus (Spanyol). Itulah daulah Islam yang memandang bahwa pembebasan Palestina bukanlah persoalan warga Palestina semata melainkan kewajiban atas setiap muslim, sebagaimana halnya setiap muslim di Palestina memiliki kewajiban untuk membebaskan setiap jengkal negeri-negeri Islam yang terjajah.
3. Langkah ketiga untuk membebaskan Palestina adalah dengan mendukung mujahidin dan berangkat untuk bergabung dengan mereka di manapun mereka berada, khususnya di Irak dan Syam (Suriah secara khusus; Lebanon, Yordania dan Palestina secara umum, pent).
Dengan mendukung mujahidin, niscaya kekuatan umat yang berjihad akan menguat dan umat Islam bisa mempelajari kewajiban yang hilang (jihad, pent) yang mana musuh-musuh Islam sangat berambisi menjauhkan umat Islam dari kewajiban tersebut.
Sesungguhnya mendukung jihad di Syam (Suriah secara khusus, pent) demi menegakkan sebuah daulah Islam yang berjihad di Syam, merupakan langkah fundamental untuk bergerak maju menuju Baitul Maqdis. Oleh karenanya, AS dan dunia internasional memberikan kesempatan demi kesempatan kepada rezim sekuler Ba’ts (rezim Nushairiyah Suriah guna membantai kaum muslimin Suriah, pent) karena mereka khawatir di Syam akan tegak sebuah pemerintahan (daulah Islam yang berjihad, pent) yang mengancam Israel dan bekerja untuk membebaskan Al-Quds.
Wahai rakyat kami di negeri Syam negeri ribath dan jihad, buatlah AS dan Israel kecewa, jadikanlah tujuan kalian yang kalian tidak mau bergeser darinya —dengan izin Allah— adalah penegakan daulah Islam yang membela Islam dan kaum muslimin, merealisasikan keadilan, kebebasan, kehormatan dan kejayaan di negeri Syam negeri ribath dan jihad, dan hendaklah seluruh aktivis Islam di Syam bersatu demi meraih tujuan yang mulia ini.
4. Langkah keempat untuk membebaskan Palestina adalah dengan menyatukan usaha-usaha kaum muslimin dan mengumpulkanya pada tujuan-tujuan bersama.
Hal itu dimulai dengan bersatunya orang-orang yang ikhlas di sekitar para pemimpin yang berjihad, beramal, dan berilmu yang “didewasakan” oleh pengalaman-pengalaman, yang peristiwa-peristiwa perjuangan telah membuktikan ketulusan mereka, ketegaran mereka dan tidak mundurnya mereka, agar menjadi benih jihad yang kokoh dan pelopor umat yang berjihad.
Setelah itu dilanjutkan dengan ajakan untuk menyatukan kelompok-kelompok dan aliran-aliran gerakan Islam pada beberapa tujuan bersama yang menyatukan, yaitu:
Pertama, berhukum kepada syariat Allah dan menolak berhukum kepada prinsip-prinsip, ideologi-ideologi dan perundang-udangan selain syariat Islam; baik hal itu berupa kedaulatan mayoritas yang menjadikan kedaulatan di tangan rakyat maupun kedaulatan tatanan internasional yang dibuat oleh negara-negara pemenang Perang Dunia II yang dinamakan dengan PBB yang pada kenyataannya dikuasai oleh lima negara arogan (lima negara besar pemegang hak veto, pent) yang memaksakan kehendaknya atas bangsa-bangsa lain di dunia. PBB sebuah lembaga dimana anggota-anggotanya dalam Sidang Umum (PBB) berhukum kepada suara mayoritas bukan kepada syariat Islam.
PBB sebuah lembaga dimana piagam (PBB) menyebutkan menghormati kedaulatan dan keselamatan tanah air negara-negara anggotanya, artinya menghormati penjajahan Rusia atas negeri muslim Kaukasus, menghormati penjajahan Cina atas Turkistan Timur, menghormati penjajahan Spanyol atas Sabtah dan Malilia, menghormati penjajahan Israel atas Palestina.
PBB adalah lembaga yang telah mengeluarkan puluhan keputusan yang menghalalkan invasi (musuh-musuh Islam) atas negeri-negeri Islam seperti keputusan pembagian palestina, keputusan pengakuan kedaulatan pemerintahan Israel dan keputusan-keputusan yang mengirinya, juga seperti keputusan yang menerapkan hukuman atas Irak (era Shadam Husain, pent), juga seperti keputusan yang menghalalkan invasi aliansi salibis atas Afghanistan, dan seperti keputusan Konferensi Bon Jerman yang menegakkan pemerintahan bonesa salibis di Kabul.
Konskuensi berhukum kepada syariat Islam dan menolak berhukum kepada selainnya adalah kita berusaha untuk menjadikan syariat Islam sebagai satu-satunya undang-undang yang berlaku di negeri-negeri Islam, tidak disaingi oleh undang-undang dan sumber peraturan hukum apapun selainnya, dan konskuensi lainnya adalah kita menolak tunduk kepada tatanan internasional (PBB) yang merepresentasikan para pemimpin orang-orang jahat di dunia.
Kedua, bekerja untuk membebaskan negeri-negeri kaum muslimin yang terjajah, menolak setiap bentuk perjanjian damai atau kesepakatan atau ketetapan tatanan internasional (PBB) yang memberi hak kepada orang-orang kafir untuk menjajah negeri-negeri kaum muslimin; seperti penjajahan Israel atas Palestina, penjajahan Rusia atas Chechnya dan Kaukasus muslim, penjajahan India atas Kasymir, penjajahan Spanyol atas Sabtah dan Malilia dan penjajahan Cina atas Turkistan Timur.
Ketiga, bekerja untuk menghentikan perampokan sistematik terhadap kekayaan alam kaum muslimin oleh tangan-tangan aliansi Barat yang menjajah negeri-negeri Islam. Bentuknya yang paling buruk adalah perampokan kekayaan minyak bumi negeri-negeri Islam, yang terhitung sebagai perampokan terbesar dalam sejarah manusia terhadap kekayaan kaum muslimin di bawah kepemimpinan (raja rampok, pent) AS.
Keempat, mendukung dan menyokong bangsa-bangsa muslim yang melakukan revolusi melawan para thaghut yang represif dan membuat kerusakan, memahamkan bangsa-bangsa muslim akan kewajiban menerapkan syariat Islam dan komitmen dengan hukum-hukum Islam, mengajak bangsa-bangsa muslim yang tengah melakukan revolusi untuk melanjutkan revolusinya sampai mereka bisa mencabut “sisa-sisa” rezim yang rusak dan membersihkan negeri mereka dari penghinaan (penjajahan) ekstern dan kerusakan intern, serta menghasung bangsa-bangsa yang belum melakukan revolusi untuk mencontoh bangsa-bangsa lain yang telah mendahuluinya agar dunia Islam terbebas dari pemerintahan para agen (boneka salibis-zionis internasional, pent).
Kelima, mendukung setiap orang yang dizalimi atau setiap orang yang ditinda di dunia melawan orang-orang zalim dan orang-orang yang menyombong diri.
Keenam, bekerja untuk menegakkan khilafah Islamiyah yang tidak mengakui negara nasionalisme, ikatan tanah air dan batas-batas geografis yang ditetapkan oleh para penjajah.
Namun (kita bekerja untuk) menegakkan negara khilafah rasyidah di atas minhajun nubuwah, yang meyakini persatuan negeri-negeri kaum muslimin, ikatan ukhuwah keimanan yang menyejajarkan mereka, menghilangkan batas-batas geografis yang dipaksakan oleh musuh-musuh kaum muslimin; bekerja untuk menyebar luaskan keadilan, mengembangkan musyawarah, menolong orang-orang yang lemah dan membebaskan setiap negeri kaum muslimin termasuk di dalamnya Palestina yang terampas dan Al-Aqsha yang terancam. Itulah khilafah yang pada zaman dahulu melindungi Palestina dan ketika khilafah tersebut runtuh maka Palestina pun dijajah oleh musuh-musuh Islam.
Dengan langkah-langkah ini maka kita semakin dekat dengan tekad baja dan keteguhan —dengan pertolongan dan bimbingan Allah— dari tujuan membebaskan Palestina dan menyelamatkan Masjidil Aqsha.
Yayasan Media As-Sahab
Syawwal 1433 H / September 2012 M
(muhib almajdi/arrahmah.com)