(Arrahmah.com) – As-Sahab, lengan propaganda Al-Qaeda, merilis wawancara audio dengan Amir Al-Qaeda Syaikh Aiman Az-Zhawahiri yang berjudul “Kenyataan Antara Kepedihan dan Harapan.” Dalam audio ini, Syaikh Aiman membahas pertikaian antara kelompok jihad di Suriah dan perlawanannya terhadap pemerintah junta Mesir dalam sebuah, lansir LWJ pada Senin (21/4/2014).
Syaikh Aiman ditanya tentang keadaan jihad Al-Qaeda melawan Amerika Serikat, khususnya dalam kebangkitan dari kehilangan tokoh-tokoh penting dalam kepemimpinan Al-Qaeda, termasuk kepergian Syaikh Usamah bin Ladin. Syaikh Aiman mengatakan bahwa meskipun beberapa pemimpin Al-Qaeda telah gugur, Al-Qaeda masih memenangkan pertarungan panjang melawan Amerika Serikat.
“Pihak yang tidak menarik diri dari wilayahnya adalah yang memenangkan pertempuran,” kata Syaikh Aiman. “Pihak manakah yang menarik diri dari Irak [dan] pihak manakah yang tidak menarik diri? Pihak manakah yang menarik diri dari Afghanistan dan pihak manakah yang tidak menarik diri?” Syaikh Aiman menambahkan bahwa kemenangan hanya diterima oleh pasukan lapangan yang mengontrol wilayahnya, dan Amerika Serikat jauh untuk mencapai tujuan ini.
Syaikh Aiman membahas klaim yang menyebut bahwa Al-Qaeda telah dikalahkan keseluruhan sebagai sebuah organisasi. “Obama tahu betul bahwa Al-Qaeda, dengan kasih karunia Allah, menyebar keluar dan menyebar di daerah lain dan ketika waktunya tepat kita akan mengungkapkan hal itu, in syaa Allah,” tegas Syaikh Aiman.
Selain itu, Syaikh Aiman mengatakan, Al-Qaeda “adalah sebuah pesan sebelum ia adalah organisasi atau kelompok” dan pesannya telah “menyebar di seluruh dunia Islam dan di antara orang-orang yang tertindas di seluruh dunia.”
Kepala Al-Qaeda telah membuat argumen ini sebelumnya, termasuk dalam pesan yang dirilis pada 10 September 2012. Sebuah aksi pro-Al Qaeda yang dipimpin oleh Syaikh Muhammad Az-Zhawahiri, adik Syaikh Aiman, diselenggarakan pada hari berikutnya di Kairo. Organisasi Al-Qaeda menyerang beberapa fasilitas diplomatik AS di hari-hari berikutnya, termasuk di Benghazi, Libya.
(banan/arrahmah.com)