Weekly Interview (arrahmah) – Wawancara bersama Syaikh Abu Laits Al-Liby, salah satu pimpinan tinggi Mujahidin Al Qaidah di Afghanistan. Beliau telah gugur syahid (insya Allah) pada akhir Januari lalu.
As Sahab : Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam keatas Rosulullah SAW, keluarga, sahabat-sabahat beliau dan orang-orang yang berwali kepada beliau. Wa ba’d:
Kami sangat merasa gembira bisa bertemu dengan Syaikh yang mulia Abu Laits Al Liby. Selamat datang Syaikh kami yang mulia dalam pertemuan kita kali ini.
Telah berlalu lima tahun peperangan yang terjadi di Afganistan dan peperangan yang disebut dengan “perang melawan teroris”, bagaimana kondisi Jihad dan Mujahidin di Afghanistan dan seluruh front jihad lainnya, meski diterangkan secara singkat?
Syaikh Abu Laits : Segala puji bagi Allah sebagaimana yang diperintahkan oleh-Nya, shalawat dan salam ke atas manusia terbaik di antara seluruh manusia. Ya Allah tidak ada kemudahan dalam segala hal kecuali Engkau menjadikannya mudah, dan Engkau menjadikan kesedihan, jika Engkau berkehendak wahai Rabb, sesuatu yang mudah bagi-Mu. Ya Allah mudahkanlah segala urusan kami dan jadikanlah semuanya murni hanya untuk menggapai wajah-Mu yang mulia, yang nantinya dengan semua urusan itu kami akan menemui-Mu di hari kiamat wahai Rabb. Amiin.. Amiin.. Amiin. Wa ba’d:
Jihad merupakan suatu kisah yang membawakan liku-likunya problematika ummat yang adil, yang berkeinginan untuk menegakkan dien di atas bumi, di seluruh permukaan bumi. Dan bertujuan untuk mendapatkan hasil yang segera, yaitu menyelamatkan dan mengeluarkan kaum muslimin dari kerumunan kezhaliman yang melanda mereka, yang disebabkan oleh anak-anak bangsa mereka atau melepaskan dari berbagai tekanan yang dilakukan oleh Yahudi dan Salibis. Tidak perlu terlalu banyak mengeluarkan fakta dan penjelasan tentang apa yang sedang dialami oleh ummat berkenaan dengan problem ini.
Oleh sebab itu, akan saya mulai perkataan saya dengan apa yang telah dilontarkan soal tadi: lima tahun. Pada kenyataannya lima tahun tersebut berlalu dalam hari demi hari dan bulan demi bulan, akan tetapi simbolismenya yang tertanam pada ummat dan pada maknanya yang sesungguhnya, masa tersebut membawa revolusi besar-besaran yang dialami orang-orang yang sedang menjalaninya dan menyentuhnya, orang yang merasakan pahit dan manis rasanya. Dialami oleh orang yang menginginkan masa tersebut, dan oleh orang yang menginginkan untuk beramal pada lima tahun yang telah berlalu, untuk melalukan amal yang besar untuk ummat islam.
Lima tahun, ya memang benar lima tahun merupakan waktu yang pendek untuk menegakkan negri dan merubah sejarah dan membangun kemuliaan dari puing-puing yang telah hancur, akan tetapi rahmat Rabb semesta alam selalu terlimpahkan, dan berkah-Nya terbungkus dalam amal sederhana ini yang telah dimulai sesuai dengan apa yang telah ditanggalkan oleh seluruh manusia, dengan ekspedisi yang penuh berkah; penyerangan New York dan Washington. Lalu kemudian berbagai problem terus berkelanjutan dan estafetnya terus berlangsung dengan cepat.
Segala puji bagi Allah, semoga Allah memberkati aksi-aksi tersebut dan semoga Allah menjadikannya sebagai titik tolak yang sedang kita jalani berikutnya dari berbagai kejadian dan sejarah.
Saya katakan sesuai dengan kondisi Afganistan, sebagaimana yang Saya alami secara personal hari demi hari, segera setelah jatuhnya Afghanistan muncullah berbagai kejadian penting yang mengekang manusia dan mencegah pergerakan mujahidin.
Setiap orang terkejut dan tidak sabar menantikan apa yang akan dilakukan Barat dengan peralatan militer mereka. Akan tetapi kesabaran para lelaki dan keteguhan Mujahidin dan keengganan mereka untuk condong kepada kelemahan dan ketidak mampuan, inilah yang mendatangkan kemuliaan yang sekarang kami alami jerami demi jerami dan batu demi batu.
Dengan karunia Allah azza wa jalla, hari ini kami mengalami bergunung-gunung realistis, harapan yang pasti. Sementara itu musuh kami mengalami bergunung-gunung kelemahan, ketakutan dan kegoncangan.
Seketika Mujahidin muncul, mereka melarikan diri dari Mujahidin, dan mereka tidak lebih memiliki mesin militer dan kekuatan yang dahsyat yang mereka dengungkan dan mereka banggakan, dan mereka membual bahwa mereka akan menghancurkan seluruh musuh mereka. Yang tersisa dari mereka hanyalah omong kosong.
Dengan kehendak Allah Yang Maha Mulia, dengan karunia dan kemurahan-Nya, peperangan yang sedang kami alami, peperangan yang akan terus berlanjut yang kami alami setiap hari di Afganistan, dengan izin Allah kami akan mengalahkan sisa-sisa kekuatan musuh dan menghancurkan mereka secara menyeluruh dengan karunia Allah azza wa jalla.
Ringkas kata, inilah apa yang kami alami selama lima tahun; pertempuran dengan musuh kami Amerika dan koalisinya yang keracunan.
As Sahab : Beberapa orang berusaha membatasi Jihad hanya pada medan pertempuran, demi memisahkan Mujahidin dengan ummat mereka. Bagaimana Anda merespon syubhat ini dan bagaimana kita menjadikan Jihad sebagai poin inti dari seluruh bagian ummat?
Syaikh Abu Laits : Syubhat ini dibantah dengan fakta lapangan, dan dibantah dengan sekilas pandangan pada Mujahidin dan kondisi mereka, apa yang mereka persembahkan dan apa yang mereka lakukan di medan laga jihad. Siapakah Mujahidin? Siapakah orang-orang yang berdiri demi membela ummat mereka?
Mereka itulah orang-orang yang termasuk dalam inti ummat. Para pemuda dan laki-laki ummat yang kami lihat yang berada di barisan Mujahidin, mereka adalah kumpulan dari seluruh ummat Islam kita. Mereka adalah kumpulan massa Mujahidin.
Jadi, dapatkah seseorang mengatakan bahwa Mujahidin terisolasi dari ummat mereka? Ataukah mereka adalah sebuah faksi yang menyimpang dari ummat mereka? Faksi macam apakah ini yang terkumpul dan terbuat dari massa kaum muslimin?
Sungguh, tanpa keraguan, ini adalah ekspresi ummat di masa mendatang. mereka merupakan perkumpulan denyut jantung yang menginginkan kebebasan dari kondisi yang mengekangnya, menginginkan islam yang dikendalikan oleh jihad fie sabilillah.
Kata-kata ini, kita berlindung kepada Allah dari mengucapkannya, tidak sepantasnya dilantunkan oleh seorang muslim, seorang yang berusaha melepaskan ummatnya dari kondisi yang dialaminya.
As Sahab : Sekiranya kita fokuskan pada pertempuran Afganistan, apakah yang membelakangi transformasi utama yang disaksikan di kancah pertempuran, dan juga disaksikan oleh musuh?
Syaikh Abu Laits : Orang yang tidak memahami Afganistan dan penduduknya, Mujahidin, dan orang yang tidak memahami kondisi Mujahidin, dan juga orang-orang yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang kemiliteran yang berlaku pada peperangan, khususnya jihad, tidak diragukan mereka akan terkejut dan merasa goncang – jika dia termasuk dari golongan musuh – dengan transformasi ini, yang mereka sebut dengan surprise/kejutan. Pada hakekatnya bukanlah transformasi yang mengejutkan bagi Mujahidin. Kenapa?
Karena mereka menghadapi masa-masa ini sementara mereka mengorbankan hal yang paling berharga dari apa yang mereka miliki; jiwa mereka. Dan mereka mengorbankan, disamping dari kehidupan mereka, saudara-saudara terbaik mereka dan paling berani, mereka mempersembahkan saudara terbaik mereka; syuhada’ di jalan Allah. Yang dengan hal ini akan memotifasi ummat. Mereka tumpahkan darah mereka dan menjadikannya air terjun di bukit jihad fie sabilillah selama tahun-tahun tersebut.
Maka orang yang meneliti dari sisi dalam, mulai dari kesabaran, keteguhan, pengorbanan dan keberanian yang ditunjukkan oleh Mujahidin, mereka (Mujahidin) tidak akan pernah berhenti (dalam hal itu).
Dalam kondisi paling ganas kalian akan mendapati mereka berada pada front-front dalam beberapa periode. Dalam kondisi mereka paling sulit, mereka melakukan tadrib, berbaur dengan ummat, membangkitkan himmah para pengecut dan orang yang lemah, mereka menemui dan melekat dengan para ulama’, membangkitkan mereka dan mendorong mereka supaya masuk kedalam kehidupan nyata mereka. Dengan kesabaran dan keteguhan ini Allah azza wa jalla memuliakan mereka, dan seluruh ummat melihatnya sebagai sesuatu yang mulia dan gemilang yang mengangkat martabatnya.
As Sahab : Di Irak Mujahidin mendapat tuduhan bahwa merekalah yang mengendalikan peperangan sektarian. Apakah hal ini benar?
Syaikh Abu Laits : Hal yang pasti yang dimaksudkan oleh pertanyaan tersebut adalah peperangan dan pertempuran yang kita saksikan hari ini, pertempuran yang terjadi antara Ahlus Sunnah dan kaum Syiah.
Untuk memulai Saya katakan: komandan Mujahidin meminta kaum syiah untuk menghentikan peperangan terhadap ahlus sunnah dan untuk menahan dari mengganggu ahlus sunnah dan agar mereka membuang kriminalitas mereka yang telah menghancurkan ummat Ahlus Sunnah di Irak. Ini memberikan Kita satu argumen yang terebesar bahwa Mujahidin adalah para pelindung kaum muslimin dan daerah kaum muslimin, dan mereka adalah orang-orang yang membela kaum muslimin dengan seluruh harta yang mereka miliki.
Di saat Mujahidin di Irak melihat kaum Syiah tidak menahan diri dari membunuh orang-orang lemah Ahlus Sunnah, disaat itulah Mujahidin mulai melindungi keluarga mereka, kaum perempuan mereka, saudara laki-laki mereka, ibu-ibu, anak-anak dan bapak-bapak mereka, dan Mujahidin tidak akan menyerahkan mereka kepada musuh Allah azza wa jalla dan musuh Mujahidin. Inilah yang sekarang terjadi di Irak.
Sesungguhnya setiap Mujahidin yang berada di Irak meninggal dalam keadaan tercabik di tangan kaum Syiah. Jadi apa yang dapat membuat mereka untuk bersabar, lalu apalagi yang dapat mencegahnya dan menghalangi dari kriminal para kriminil tersebut dan memotong makar mereka?
Kita memohon kepada Allah azza wa jalla supaya memberikan berkah pada kekuatan Mujahidin dan supaya menjadikan tangan Mujahidin diatas tenggorokan orang-orang kafir dan orang-orang murtad, dan khususnya para pengkhianat Syiah di Irak.
Setiap orang mengerti dan melihat dengan kedua matanya bahwa Amerika, sekiranya bukan karena kaum Syiah dengan raut wajah mereka yang buruk dan tatarrus (menjadi tameng) mereka di depan pasukan Amerika, Amerika tidak akan mampu untuk bertahan selama masa yang panjang ini di Irak. Setiap kita tahu, dan setiap kita mengalami kekokohan dan keteguhan kaum Syiah berada di depan barisan Amerika. Merekalah yang membentengi Amerika, dan merekalah yang menunjukkan kepada Amerika tempat-tempat persembunyian Mujahidin. Dan merekalah yang menunjukkan kepada Amerika kelemahan-kelemahan kaum muslimin. Mereka adalah pedang yang terhunuskan kepada Ahlus Sunnah, yang ketika jihad di Irak bermula, mereka tidak punya pilihan lain kecuali ikut bergabung bersama Mujahidin.
As Sahab : Saya tahu bahwa Syaikh Abu Mush’ab – semoga Allah merahmati beliau – memiliki tempat khusus dalam hati Anda. Saya tidak ingin mengingatkan Anda kembali tentang perpisahan Anda dengan beliau. Tetapi Saya ingin Anda mengatakan sesuatu dari hati ke hati.
Syaikh Abu Laits : Membicarakan tentang Abu Mush’ab, kepribadian dan kehidupan beliau, kemudian tentang pemberian Allah kepada beliau sebagai pimpinan terbaik diantara para pemimpin jihad, tidak hanya di Irak, akan tetapi di seluruh negri islam, dan juga jihad yang beliau bawakan hingga mencapai kondisi saat ini, dan membawa kita secara besar-besaran. Membicarakan tentang Abu Mush’ab membuat Saya sedih. Abu Mush’ab Az Zarqowy hidup di hati Saya sebagaimana saudara yang dekat, saudara tercinta, dan hidup di hati Saya sebagai seorang Mujahid, dan hidup di hati Saya sebagai seorang yang Zuhud dan seorang ‘Abid. Setiap mata selalu menemuinya di tempat-tempat ribat dan di tempat-tempat dimana kaum muslimin lainnya berada. Sedikit perkataannya, banyak perbuatannya, duduk dalam barisan yang panjang bersama Mujahidin, hampir-hampir kalian tidak mendapatinya mengangkat kepala karena rasa malu yang beliau miliki. Abu Mush’ab Az Zarqowi hampir tidak pernah marah karena suatu hal kecuali karena kehormatan Allah tercabik, berqudwah dengan nabi beliau SAW.
Ketika Saya mendengar kabar terbunuhnya Abu Mush’ab – semoga Allah menempatkannya di firdaus yang tinggi – Saya langsung pingsan. Kemudian Saya tersadar kembali, dan ketika Saya mendengar kabar itu lagi, Saya pingsan lagi. Abu Mush’ab selain saudara Saya dan sangat dekat dengan hati Saya, Saya berharap kepada Allah azza wa jalla agar menjaganya untuk ummat ini. Saya selalu mengatakan kepada saudara-saudara Saya bahwa para pimpinan jihad dan para pembesarnya ada tiga di zaman ini. Yang pertama adalah Syaikh Abdullah Azzam – kita memohon kepada Allah azza wa jalla agar menempatkan beliau di surga firdaus yang tinggi -, beliau adalah orang yang menghidupkan jihad di tengah-tengah ummat dan membawa problematika Afganistan mulai dari problematika teritori lokal sampai pada problematika yang mampu mengumpulkan kaum muslimin dari berbagai tempat. Dan hampir-hampir saja setiap negri islam diwakili oleh Mujahidin di Afganistan. Kemudian pembesar kedua adalah Syaikh Usamah Bin Ladin – semoga Allah menjaga beliau dan menjadikan kita sebagai tebusannya dan kita memohon kepada Allah agar membimbing opini dan langkah-langkah beliau dengan al haq -, beliau telah mengarahkan kendali Kami, Mujahidin, melawan musuh nyata Kami dan melawan si besar kepala, yang jika sekiranya dipukul dan dipotong, anggotanya tidak akan mampu untuk bangun. Dan yang ketiga adalah Abu Mush’ab Az Zarqowi. Beliau membawa jihad dari tepi-tepi perlawanan yang nyata sampai kepada poin inti konflik, yaitu Irak. Sebagaimanya yang dinyatakan Abu Mush’ab: “Kami berada sejauh lemparan batu dari tanah suci, Mekah dan Madinah. Kami berperang di Irak sementara mata-mata kami tertuju kepada Baitul Maqdis dan Masjidil Aqsho“. Allah azza wa jalla memuliakan beliau dengan memasukkan beliau ke Irak, dalam keadaan terusir dan terbuang, dimana beliau bergabung bersama dengan saudara-saudara beliau Mujahidin di Irak dan beliau memiliki peran yang signifikan dalam membangkitkan ummat dan membawanya dari kesenganan dan permainan, dan dari pemikiran bahwa jihad terpaku pada waktu yang terbatas, amal dan harta yang berlebih menuju amal fundamental yang harus memikulnya sampai kita mencapai kepada daulah islamiyah yang penuh berkah. Umur beliau dalam mengomando jihad dan memimpin ummat sangatlah pendek, tidak lebih dari tiga tahun, akan tetapi setiap orang yang mengerti apa yang beliau persembahkan dan mengerti apa yang terjadi pada beliau sebelum masa jihad Abu Mush’ab dan masa kepemimpinan beliau atas ummat dan sesudahnya, akan mengerti dan memahami apa yang telah dipersembahkan Abu Mush’ab merupakan suatu amalan yang begitu tinggi dan sangat besar yang harus dihormati dan dihargai oleh setiap muslim.
Kami katakan kepada Amerika, sekiranya kalian telah membunuh Abu Mush’ab maka sesungguhnya masih terdapat generasi-generasi yang dibina oleh Abu Mush’ab yang akan terus melanjutkan pertempuran, dan kehidupan Abu Mush’ab akan menjadi lebih baik dari kehidupan para pembunuh beliau, dan umur Abu Mush’ab akan menjadi lebih panjang, lebih berbarokah, dan lebih besar daripada umur para pembunuh beliau. Sejarah menyaksikan dan memvonis, dan dengan izin Allah, orang-orang yang telah ditinggalkan oleh Abu Mush’ab tidak akan meninggalkan kalian.
Kami akan menagih tuntutan kami dengan mata pedang
Sampai dikatakan kepada kami : Alangkah baiknya yang mereka lakukan
Dan tidaklah kami relakan kepala kami tunduk dalam kehinaan
Meskipun tirani mematahkan leher-leher kami
Kami adalah anak-anak yang melawan para agresor
Pelajaran yang telah banyak terucap oleh sejarah
Penentangan, perlindungan tidak akan bermakna di sisi kami
Dan memukul mundur serangan yang datang dari mereka
Saya menyapa Abu Mush’ab dengan bait-bait syair, Saya memohon kepada Allah azza wa jalla agar menyampaikannya kepada beliau. Saya katakan kepada beliau :
Kepada teman tercintaku kami hiasi surat-surat kami
Yang hampir-hampir saja membakar kerinduan kami dalam kobaran api
Sekiranya engkau dapat mendengarkan, kami persembahkan rangkaian huruf-huruf kami kepadamu
Dan sebelumnya telah kami utuskan air mata kami yang mengalir
Kerana kerinduan kepadamu, akankah kau relakan rasa cinta kami?
Jika tidak, akan kami kirimkan hati-hati kami yang meratap
Di saat saudara lainnya menuliskan dengan tinta
Kami dengan daraah-darah kami, kami tuliskan syair-syair dan puisi-puisi
As Sahab : Sekarang kita menuju kepada isu utama, yaitu problematika Palestina. Dan kita mulai dari tuduhan yang diarahkan kepada Mujahidin oleh sebagian orang dan disebar luaskan oleh media masa bahwa Mujahidin tidak memiliki andil/keterkaitan dengan problematika Palestina. Dan bahwa perhatian yang sedang mereka fokuskan saat ini adalah propagAnda yang didesain agar menarik simpati ummat. Bagaimana menyangkal hal tersebut?
Syaikh Abu Laits : Ceramah Syaikh Usamah Bin Ladin – semoga Allah menjaga beliau – telah memenuhi telinga-telinga kita, dan berbagai pelajaran dan perkataan Dr. Aiman Al Zawahiri, sebelum Anda melihat terangnya sinar di siang hari. Dan ketika mereka masih dikarantina dalam parit-parit Mujahidin, kecintaan terhadap Masjidil Aqsho merasuki hingga tulang-tulang kami, dan kami penuh pengharapan supaya darah kami tertumpah demi membebaskan Masjidil Aqsho.
Kami mengerti dengan baik kepemimpinan kami dan kami bersaksi di hadapan sejarah dan kami bersaksi di hadapan Allah azza wa jalla bahwa Al Aqsho membakar dalam jiwa mereka, bahwa Al Aqsho menjadikan hati-hati mereka mengeluarkan berdarah sebelum menjadikan mata-mata mereka menangis. Al Aqsho bagi kami merupakan hakekat problematika jihad kami. Tidaklah kami memasuki suatu medan pertempuran, bahkan hampir saja Saya selalu mengatakan : tidaklah kami langkahkan satu langkah kaki pun yang berdebu karenanya di jalan Allah ta’ala, kecuali kami selalu mengharapkan debu yang menghinggapi kami akan membawa kami menuju jihad di Masjidil Aqsho.
Problematika Al Aqsho dan jihad kami di Baitul Maqdis merupakan bagian fundamental bagi kami. Dan disanalah nantinya kami akan memerangi musuh terbesar Allah dan musuh terbesar kami. Al Aqsho adalah tempat berkumpulnya para nabi dan merupakan tempat mi’roj (perjalanan) nabi SAW dari bumi menuju ke langit. Kami berharap setiap hari agar Allah mengirim kami dan memudahkan perjalanan kami untuk sampai pada tempat tersebut. Kami mengerti dengan sepenuhnya bahwa setiap i’dad yang selalu kami lakukan, setiap peperangan yang kami jalani di jalan Allah, di timur dan di barat, semua itu merupakan persiapan, i’dad dan tadrib untuk memerangi Yahudi di Masjidil Aqsho.
As Sahab : Baiklah, kita beralih kepada poin yang sangat penting, yaitu kebutuhan medan jihad terhadap ulama’. Para pimpinan Mujahidin berulang kali menyeru kepada para ulama untuk segera berangkat ke medan jihad, dan Saya mengerti bahwa Anda sangat memperhatikan masalah ini.
Syaikh Abu Laits : Para ulama’, sebagaimana yang telah Anda sebut, adalah para pewaris nabi-nabi. Mereka, sebagaimana yang Allah perintahkan kepada kita dalam ungkapan yang begitu jelas agar beriltizam dengan perkataan mereka dan mengikuti petunjuk mereka. Para ulama’ adalah para pemimpin ummat yang sesungguhnya. Para ulama’lah yang membangkitkan ummat untuk melaksanakan jihad melawan musuhnya. Tidak tersembunyi dari setiap orang yang dapat melihat apa yang telah dilakukan oleh ulama’ dari kesungguhan dalam ceramah-ceramah mereka, dalam pengajaran mereka, dan dalam berbagai khotbah mereka menyeru Mujahidin untuk melawan Rusia disaat Afganistan diinvasi dan menginginkan di sekitar Afganistan memukul benteng-benteng ummat. Manusia mulai bangkit karena seruan-seruan para ulama’. Dan ummat mengutus para lelaki terbaik mereka, maka menjadi majulah barisan-barisan disebabkan oleh keberkahan perkataan dan panggilan ulama’. Tidak ditemui kesungguhan semenjak masa itu Mujahidin untuk selalu berada dibawah payung para Ulama’. Mereka menjaga diri mereka dari kebodohan dengan keilmuan para Ulama’, menjauhkan diri mereka dari ketergelinciran dengan hikmah para Ulama’. Tidak pernah terlintas dalam benak Mujahidin, sedikit banyak para pemimpin Mujahidin, agar amal mereka senantiasa terlepas dari keilmuan para Ulama’. Melalui mimbar media As Sahab yang diberkahir ini, yang dengannya Allah tinggikan status Mujahidin dan mengusung problematika mereka dan mengenalkan ummat islam dengan putra-putra mereka yang sesungguhnya, ini merupakan suatu karunia yang tidak dapat dipungkiri oleh seorang pun, Saya serukan kepada para Ulama’ yang mulia dan Saya tujukan panggilan Saya kepada mereka, Saya memohon kepada Allah azza wa jalla agar menyampaikannya kepada hati-hati mereka, Saya memuji perkataan komAndan yang gagah berani Abu Hamzah Al Muhajir, amir al qoidah di Mesopotamia, dengan panggilan kepada Ulama’ untuk masuk ke kancah medan jihad, dan untuk mengisi posisi mereka dan memimpin saudara-saudara mereka, putra-putra mereka dan murid-murid mereka. Karena sesungguhnya suatu hal yang paling dicintai oleh seorang Mujahid adalah melihat seorang ‘Alim berada di hadapannya, membimbingnya dalam sholat, menerangkan kepadanya tentang kehidupan sosial dan memimpinnya dalam pertempuran. Inilah yang kami serukan kepada para Ulama’ yang mulia, ahlul haq, agar tidak meninggalkannya dan agar tidak mengesampingkannya.
As Sahab : Mari sekarang kita bicarakan tentang permasalahan pemuda. Sebagian besar persentase penduduk negri islam adalah para pemuda. Ini merupakan kondisi strategis bagi ummat dalam perlawanan dengan Salibis Barat. Apa yang semestinya kita manfaatkan dari kekuatan yang sangat besar ini dari ummat, untuk mengeluarkan ummat dari kehinaan dan kerendahan yang sedang melAndanya?
Syaikh Abu Laits : Mayoritas kaum muslimin adalah para pemuda, yang berumur diantara 15 tahun sampai 30 tahun. Ini merupakan statistik yang cukup menakutkan bagi mereka, sebagaimana yang dimengerti oleh setiap orang bahwa pemuda adalah kekuatan yang sesungguhnya dan mereka adalah kesungguhan yang digunakan untuk membangun setiap proyek sholeh ummat islam. Telah disebutkan dalam hadits Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda : “Aku ditolong dengan pemuda dan aku dihinakan dengan sesepuh (orang yang telah tua)“. Dan umur para sahabat dahulu kala adalah seumuran pemuda. Kita semua tahu Zubair bin Awwam masuk islam pada umur 12 tahun. Ali bin Abi Tholib masuk islam di saat umur beliau belum mencapai 10 tahun. Usamah bin Zaid memimpian pasukan sementara umurnya belum sampai 20 tahun. Demikian juga putra-putra ummat hari ini dengan karunia Allah azza wa jalla : dipenuhi dengan pemuda yang hidup di negri-negri muslim kita. Saya telah melihat dan telah Saya alami faksi-faksi dan berbagai organisasi ummat, dan Saya belum pernah menemui suatu tempat yang mengasimilasikan kaum muslimin yang lebih baik dan lebih menghasilkan dibanding dengan jihad di jalan Allah. Jihad mengasimilasikan seluruh bagian ummat. Mengasimilasikan antara yang bodoh dengan yang alim. Menyatukan antara yang bertakwa dan beriman dengan fasik yang bertaubat.
As Sahab : Gambaran pemuda Mujahid di benak sebagian orang bahwa mereka adalah pemuda pengangguran dan pemuda yang miskin dan menghadapi keadaan yang sulit yang memaksa mereka untuk terjun ke dalam kekerasan dan ikut serta dalam barisan Mujahidin demi melawan kondisi mereka dengan menceburkan diri dalam kekerasan. Bagaimana Anda menyanggah orang-orang tersebut?
Syaikh Abu Laits : Saya sanggah dengan dua buah sanggahan. Sanggahan yang pertama, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul Islam (Ibnu Taimiyyah), yaitu dengan sangkalan dan sanggahan yang kedua adalah penerimaan. Kami menyanggah statemen ini dan kami katakan : mari kita lihat pada kekuatan dan ahli militer yang keluar ke medan jihad. Tidakkah mereka menggunakannya untuk melawan musuh yang ganas pada masa ini? Apakah hal semacam ini dilakukan oleh sekelompok pengangguran? Apakah pekerjaan semacam ini mampu dilakukan oleh sekelompok orang yang berada di tempat tinggalnya dan berada ke sana dan ke mari di tengah-tengah ummatnya, orang yang setengah-setengah dan tanpa harga? Tentu saja tidak! Sesungguhnya orang-orang yang mengendalikan jihad dan seluruh Mujahidin merupakan orang-orang yang terbaik diantara ummat ini. Dan hasil merupakan bukti yang terbaik, hasil merupakan fakta yang terbaik. Sungguh Kalian hari ini sedang melihat musuh merasakan kelemahannya jam demi jam, terpuruk dalam kerugian hari demi hari. Jadi, apakah orang-orang yang melakukan pekerjaan besar ini, dan apakah orang-orang yang mengatakan problematika utama ummat, dan orang-orang yang membawa urusan ummat yang agung dalam pundak mereka, apakah mereka ini kalian anggap sebagai pengangguran bagi kalian? Mampukah para pengangguran memikul misi yang sangat besar dan sangat sulit? Tanpa keraguan jawabannya adalah tidak!
Kalaupun sekiranya kita terima perkataan mereka, maka kami katakan : bergembiralah wahai Amerika! Inilah para pengangguran dari ummat ini yang telah melakukan seluruh perbuatan kepadamu, lalu bagaimana jika sekiranya ummat yang hebat dan penuh kekuatan muncul? Sekiranya kita terima perkataan mereka bahwa Mujahidin adalah para pengangguran, maka kami katakan bahwa para pengangguran tersebut telah melakukan seluruh perbuatan itu, lalu dimanakah Kalian wahai pekerja ummat Kalian?
As Sahab : Pergerakan jihad telah melalui beberapa marhalah/fase dalam akhir-akhir dekade ini, dan semoga marhalah yang sekarang dijalani merupakan marhalah terpenting diantara marhalah-marhalah tersebut, sebagaimana kita telah sampai – segala puji bagi Allah – pada permulaan memetik hasil. Dan itu merupakan marhalah paling sulit diantara marhalah-marhalah yang ada. Lalu langkah seperti apa yang harus ditempuh oleh Mujahidin?
Syaikh Abu Laits : Ya, apa yang disebutkan dalam pertanyaan tadi merupakan realitas dari apa yang sedang kita alami dalam peperangan melawan musuh. Dengan karunia Allah azza wa jalla, Mujahidin keluar dari leher botol (kemacetan), dan sekarang medan jihad mengalami amal yang terorganisir, aktifitas militer yang meningkat, dan menghasilkan perkerjaan militer sesuai dengan rencana, planning yang dipelajari dengan baik. Orang-orang yang mengembannya akan mengatakan kepada Anda tentang taktik yang mereka gunakan dan juga hasil-hasil yang mereka inginkan dari taktik-taktik tersebut, lalu semua hasil yang telah tertulis dan terhipotetis dapat diraih melalui taktik yang diatur oleh Mujahidin. Jadi, ini menunjukkan bahwa Mujahidin saat ini berada pada level pengembangan dan dalam level kemajuan. Segala puji bagi Allah, aktifitas-aktifitas militer yang terjadi di Irak, di Jazirah Arab, di Afganistan, di Al Jazair yang tegas, di Somalia, dan dengan izin Allah, di Sudan, di Lebanon, di Suria, dan di seluruh teritori islam dan dimanapun terdapat kaum muslimin, pada marhalah ini dan pada kondisi saat ini yang dialami Mujahidin dalam perkumpulan jihad tersebut merupakan marhalah yang keluar dari marhalah pertama, dan mereka berada pada marhalah penempatan pondasi daulah islamiyah dengan karunia Allah azza wa jalla. Dengan karunia Allah subhanahu wa ta’ala, daulah ini akan tercipta, bukan hanya sekedar angan-angan di atas kertas, bukan hanya mimpi di saat tidur, akan tetapi daulah ini merupakan perbuatan yang dilakukan di bumi. Dengan izin Allah akan tercapai secara real yang akan disaksikan oleh seluruh penduduk bumi.
As Sahab : Dari sini muncullah berbagai seruan/ajakan untuk menyatukan barisan Mujahidin demi memetik hasil-hasil tersebut. Dapatkah Anda menjelaskan kepada kami tentang pentingnya langkah ini?
Syaikh Abu Laits : Ketika tuan kita Abu Ash Shiddiq – semoga Allah meridhoinya – mengutus Kholid bin Walid dari Irak melalui jalan Al Samawah menuju Syam, dimana lebih dari 20.000 kaum muslimin terdapat di perbatasan Syam memerangi Heraklius. Kholid memasuki Syam dan mengamati situasi bahwa pasukan Mujahidin terpecah menjadi empat pasukan, sementara itu kuffar Roma berkumpul menjadi satu, beliau berpikir lalu berkata di saat perkumpulan dengan para pempimpin Mujahidin – semoga Allah meridhoi mereka dan menjadikan mereka ridho terhadap-Nya -, beliau berkata dalam perkataan beliau yang terkenal : “Sesungguhnya apa yang diderita kaum muslimin yang disebabkan oleh perpecahan kalian adalah lebih dahsyat dibanding dengan menghadapi musuh kalian dan musuh mereka“. Sesungguhnya bersatunya kelompok-kelompok kaum muslimin, khususnya Mujahidin, di hadapan musuh yang berkumpul dalam segala hal dan menyerang kita dengan segala sesuatu, menginginkan untuk merampungkan proyek Salibis-Zionis yang tidak terbatas pada tempat kami, bahkan di dalam hati-hati kami – dalam islam kami – , tidak akan bermanfaat kecuali dengan persatuan kaum muslimin, seluruh muslimin. Lalu bagaimana halnya dengan Mujahidin?
Wahai ahlul jihad di Irak, wahai ahlul jihad di Afganistan, wahai ahlul jihad di Al Jazair, wahai ahlul jihad di Chechnya, wahai ahlul jihad di setiap tempat : sekiranya kita tidak bersatu dalam kesusahan, kita tidak akan dapat bersatu dalam kesenangan.
As Sahab : Negara-negara Barat menyaksikan kebangkitan islam di sekumpulan pemuda mereka. Apakah nasehat Anda kepada para pemuda tersebut?
Syaikh Abu Laits : Segala puji bagi Allah, hal inilah, dengan karunia Allah azza wa jalla, yang sedang kita saksikan dan kita merasa sangat gembira dengan hal itu. Kita memohon kepada Allah agar memberikan berkah di dalamnya.
Kebangkitan yang luar biasa yang dirasakan oleh negara-negara Barat dengan kebaikan yang telah dilakukan oleh saudara-saudara kita, yang telah menyerang Amerika di dalam negri mereka, dan statistik yang disodorkan oleh Barat dan yang telah disebutkan para imam kaum muslimin di Barat bahwa manusia mulai menerima islam berlipat gAnda dari sebelum penyerangan ke Amerika.
Yang Saya serukan kepada saudara-saudara kami yang telah berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah di Barat, dan juga kepada orang-orang yang telah kembali kepada agama mereka setelah tersesat di jalan-jalan Barat dan dalam permainnya, dalam kerusakannya, dalam kesesatannya, Saya serukan kepada mereka bahwa suatu hal yang Allah azza wa jalla menyelamatkan kalian dengannya adalah al jihad fie sabilillah ta’ala. Maka dari itu jihad adalah manhaj kalian, para pemimpin jihad adalah para pempimpin kalian. Maka carilah Mujahidin dan dengarkanlah kepemimpinan Mujahidin, kemanapun mereka mengarahkan kalian maka ikutilah mereka, dan dengan izin Allah azza wa jalla hidayah yang kalian peroleh akan sempurna dan taufiq (petunjuk) kalian akan sempurna, dengan izin Allah azza wa jalla.
As Sahab : Jika Anda tidak keberatan wahai Syaikh kami yang mulia, sampaikanlah kalimat akhir sebagai penutup pertemuan kita.
Syaikh Abu Laits : Allah subhanahu wa ta’ala berfirman setelah Saya berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dengan menyebut nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang : “Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, dan saling berwasiat dalam kebenaran dan saling berwasiat dalam kesabaran” (Al Ashr : 1-3).
Kepada setiap orang yang mendengar suara Saya, maka Saya katakan : sesungguhnya al haq yang paling tinggi pada zaman ini adalah jihad memerangi orang-orang kafir. Dan sesungguhnya kesabaran paling tinggi adalah kesabaran di medan peperangan dan pertempuran. Dan sesungguhnya seruan paling tinggi yang diserukan oleh seseorang di zaman ini adalah menyeru kaum muslimin untuk beriltizam dengan dien Robb mereka dan agar maju untuk menjaga ummat mereka dari serangan kafir ganas ke seluruh ummat islam.
Saya ulangi, “Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, dan saling menasehati dalam al haq dan saling menasehati dalam kesabaran” (Al Ashr : 1-3).
As Sahab : Jazakumullah khoirol jaza’ atas interview ini. Kami memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar menjadikannya sebagai manfaat bagi islam dan kaum muslimin. Semoga Allah menerima amal kebaikan kami dan amal kebaikan Anda. Jazakumullah khoiron.
Syaikh Abu Laits : aamiin.. amiin.. aamiin..
Rabi’ul Akhir 1428
Weekly Interview
www.arrahmah.com
The State Islamic Media