IDLIB (Arrahmah.com) – Perang pemikiran di akhir zaman tak pernah berhenti. Satu propaganda menyetir propaganda lainnya. Bahkan ada pihak-pihak yang memanfaatkan teknologi media digital untuk berdusta kepada Ummat di tengah kecamuk perang ideologis di Suriah.
Berikut penjelasan Syaikh Abu Hassan Al-Kuwaiti @Ali_abohasan1, yang dipublikasikan oleh Dutch Mujahideen in Syria (DMIS), Senin (29/6/2015) terkait ISIS yang melakukan praktik pembohongan publik melalui media sosial yang mencetus perpecahan di kalangan Mujahidin.
ISIS dan medianya berdusta!
Untuk mengetahui tingkat kedustaan dakwah ISIS dan medianya, kami beri catatan bahwa mereka secara konstan mencoba memalsukan akun Twitter Syaikh Abu Mariyah Al-Qahthani (@mariahajer23). Padahal beliau tengah berhenti menggunakan Twitter (selama masa penyembuhan, karena mengalami luka). Mereka mengambil kesempatan untuk menyalahgunakan akun Twitter Syaikh Abu Mariyah dan mencoba untuk menipu dan menyesatkan masyarakat dan berbohong tentang Syaikh Abu Mariyah (Amir Syariah Jabhah Nushrah).
Ini juga merupakan salah satu metode intelijen rahasia di negara-negara tiran dalam mengubah kenyataan di lapangan dan memalsukannya, dan berbohong tentang orang-orang yang benar serta merusak citra mereka. ISIS telah mencoba berulang kali untuk berdusta dan merusak reputasi Syaikh Abu Mariyah, dengan menyebarkan pernyataan dan aksi-aksi palsu mengatasnamakan beliau, hingga akhirnya Allah subhanahu wata’ala memperlihatkan kebohongan ISIS dan orang-orang menjadi tahu akan kenyataannya.
Mereka mencoba memperlihatkan bahwa Syaikh Abu Mariyah memfitnah Syaikh Al-Jaulani (Amir Jabhah Nushrah)! Melalui akun palsu [mereka memfitnah] dan sebelumnya mereka menyebarkan pernyataan palsu ini pada akun-akun lainnya. Mereka juga ingin menaburkan perselisihan di jajaran Jabhah Nushrah dengan mengangkat topik dusta tentang Syaikh Abu Mariyah, bahwa ia meninggalkan Jabhah Nushrah!
Kami juga mencatat bahwa semua kampanye ini datang setelah keberhasilan dakwah Syaikh Abu Mariyah dalam mengungkap penyimpangan dan ekstrimisme serta mitos ISIS, juga penerimaan masyarakat terhadapnya, bahkan di luar Suriah. Kebohongan dan penipuan mereka terkini bahwa Syaikh Abu Mariyah berbai’at (bersumpah setia) kepada pemimpin Jaisyul Islam Zahran Alaush! Mereka mencoba menyebabkan fitnah dan perpecahan dengan provokasi tersebut.
Hubungan Syaikh Abu Mariyah dengan semua pemimpin lain dari kelompok Mujahid di Syam (Suriah) lebih besar dari isu ba’iat, itu adalah persaudaraan Islam dan Jihad. Dan semua orang dan orang-orang mulia serta pemimpin kelompok jihad meyakini keadaannya, dan mereka memandang beliau sebagai pemimpin pembaharu di Syam (Suriah) dan mereka mencintainya jauh di lubuk hatinya. Syaikh Abu Mariyah Al-Qahthani juga mencintai Syaikh Al-Jaulani sebagai sahabat dan pemimpin kelompoknya, beliau juga seorang pria yang berpegang teguh pada janji dan kesetiannya.
Beliau juga selalu mengatakan bahwa saya bukan Al-Baghdadi atau Al-Adnani yang suka menikam dari belakang atau berkhianat, yang tidak menghormati dan menjaga persahabatan. Namun, ini bukan berarti beliau harus berhenti mengatakan kebenaran dan berhenti menolak kepalsuan, bahkan jika itu keluar dari dalam kelompoknya sendiri, melainkan Syaikh bertindak berdasarkan Kitabullah dan Sunnah, meski itu bertolak-belakang dengan literatur kelompok.
Selain itu, jika itu merupakan kepentingan Islam dan kaum Muslim untuk meninggalkan kelompok, atau penyimpangan sudah terbukti, maka [beliau] harus meninggalkannya seperti pada kasus dengan ISIS di masa lalu (Syaikh Abu Mariyah meninggalkan mereka). Syaikh Abu Mariyah Al-Qahthani juga selalu dan akan tetap menjadi Amir sah (pemimpin) di hati para Mujahidin dan tentara Islam dari individu-individu dari Jabhah Nushrah. (adibahasan/arrahmah.com)