(Arrahmah.com) – Bangsa Somalia telah memasuki kondisi yang sangat serius dan bertambah parah hari-hari belakangan ini. Kali ini, bangsa Somalia dipimpin oleh para Islamis yang mengatasnamakan perdamaian nasional dan menyelamatkan bangsa dari krisis.
Hal itu menjadi kewajiban kaum intelektual untuk memberikan masukan. Berdasarkan ini, kami akan mengamati faksi Djibuti yang bersekutu dengan pemerintah orang murtad dan berbagai peristiwa yang mengatasnamakan syariah. Alasannya, berdasarkan besar dan lamanya kengerian yang terjadi, saya tidak menemukan seorangpun yang memeriksa kasus, memahaminya, menganalisanya dari perspektif syariah, dan memperlihatkan kebenaran melalui bukti yang jelas. Tidak melalui artikel pers yang hanya menyesatkan bangsa selama ini.
Kekalahan dan kepatuhan muncul dalam dua tipe; yang pertama adalah kekalahan intelektual; yang lainnya adalah kekalahan politik. Tipe kekalahan yang paling serius yang secara moral mempengaruhi masyarakat adalah kekalahan psikologis, yang menghilangkan dan mengabaikan prinsip dasar sebuah masyarakat yang sudah melakukan apapun untuk membelanya. Seperti kekalahan militer, suatu saat anda memenangkan pertempuran dan suatu saat anda kalah; ini adalah sifat konflik, pada perang nabi dan kaum Muslimin sekalipun. Kekalahan kaum muslimin dalam pertempuran militer tidak mempermalukan, tetapi ada beberapa jenis ‘serangan tak henti-hentinya’ yang membuat mereka melepaskan agama dan hak-hak pokok mereka.
Bukan sebuah kejutan bahwa yang mujahidin mungkin dikalahkan dengan angkatan perang militer sangat besar karena perbedaan di jumlah personalia militer dan perlengkapannya, tetapi kami tidak menemukan pembenaran meninggalkan jihad, keikhlasan serta penolakan terhadap prinsip-prinsip yang tegas. Saya tidak heran bahwa faksi Djibuti sudah melepaskan Aliansi Asmara dan prinsip fundamental Islamnya.
Sudah menjadi nyata bagi orang-orang Somalia, khususnya melalui beberapa bukti, bahwa pemerintah Abdullah Yusuf sebelumnya adalah pemerintahan boneka orang murtad.
Sekarang, izinkan saya menyatakan sikap saya mengenai pemerintah baru yang diakui secara internasional oleh wartawan, sekalipun pemerintahan tersebut adalah pemerintahan tiran.
Biarlah kami mengasumsikan bahwa pemerintah ini Islami, tetapi tidak sah karena kurangnya pemahamannya mengenai imamah. Setiap orang Somalia tahu bahwa Sharif Shaykh Ahmad adalah kepala pemerintah yang dipilih oleh pemerintah orang murtad dan dihasut oleh PBB yang ‘ateis’ dan anggota baru parlemennya. Tak ada presiden satu negara pun bisa bangun dengan cara ini, sekalipun dia dan rakyatnya tidak bersalah.
Ada tiga cara yang sah untuk menjadi imam bagi orang Sunni.
Pertama, penunjukan imam oleh orang berpengaruh (orang Muslim dewasa pria yang baligh, merdeka, adil, dan tahu banyak, mempunyai pendapat yang bijaksana).
Kedua, pengangkatan lewat metode khalifah dan bai’at. Apakah presiden kita diangkat melalui bai’at dan pengangkatan oleh mantan khalifah kaum muslimin sebelumnya? Tiap orang mengetahui jawaban ini.
Ketiga, metode tekanan dan dominasi, yang tidak adalah metode sah Sunnis, tetapi diakui ketika benar-benar diperlukan dan untuk menghentikan pertumpahan darah. Metode ini menyatakan bahwa imamahnya adalah orang mendominasi banyak orang, menduduki takhta lewat dominasi, dan memimpin mereka sesuai dengan al Quran dan Sunnah Nabi.
Pertama, apakah Sharif Shaykh Ahmad adalah seorang penguasa dominan yang menekan rakyat subyek dan negaranya agar dia bisa ditaati dan diakui sesuai kitab (al Quran) dan Sunnah, atau sebaliknya? Dia terpaksa dan ditekan. Pemerintah ini bukanlah pemerintah legal yang harus diakui dan ditaati oleh orang Somalia seperti imam berdasarkan peraturan orang Sunni yang berasal dari Quran, Sunnah Rasul, dan ijma’ sahabat.
Kedua, saya tidak ragu-ragu bahwa adalah pemerintah orang murtad kali ini seperti pendahulunya. Seorang Muslim yang mempunyai pengetahuan agama tahu bahwa pemerintah Sharif dan kelompoknya adalah pemerintah orang murtad seperti pemerintah Abdullahi Yusuf dan Ali Muhammad Gedi. Buktinya sudah saya katakan sebelumnya.
Kesimpulannya, saya tidak ragu, dan seharusnya kaum muslimin pun, khususnya kaum intelektual, tidak menyangsikan bahwa pemerintah baru ini adalah pemerintah orang murtad jika tidak bertobat kepada Allah dengan benar. Sebelum itu, kaum Muslimin secara umum, dan orang Somalia khususnya, harus mengadakan jihad melawan pemerintah seperti ini seperti yang dilakukan melawan pendahulunya. Para mujahidin Somalia tidak boleh tergoda oleh pesan politik janggal atau slogan-slogan yang kurang cerdas. Mereka sebaiknya hanya mengandalkan Allah dan melanjutkan jihad untuk menjaga Islam dan kaum Muslimin. Keberhasilan hanya atas izin Allah Yang Maha Kuasa.
Shaykh Abi Salman Hassan Hussayn Adam
(Semoga Allah senantiasa melindunginya)