POSO (Arrahmah.com) – Pesantren Amanah dan umat Islam Poso secara umum sangat dirugikan dengan adanya sweeping di dalam lingkungan pesantren Amanah Poso Ahad (3/11/2013).
Pimpinan Pondok Pesantren Amanah Ustadz Adnan Arsal sudah mengutarakan keberatannya atas sweeping Brimob tersebut. Tokoh umat Islam Poso ini telah menelpon langsung Wakapolri Ogroseno di Jakarta atas perlakuan dzalim seperti itu. “Katanya Cuma sweeping dan pemeriksaan di jalan, kok kenapa masuk ke kompleks pesantren kami? Dengan tampilan siap tempur lagi, bahkan masuk jauh sampai ke ruang kelas. Jelas ini penyimpangan dan kesewenangan” protesnya kepada Wakapolri.
Sumber arrahmah.com menyebut, pesantren Amanah dan pesantren lainnya serta umat Islam Poso secara umum sangat dirugikan dengan adanya sweeping yang dilakukan Brimob di dalam lingkungan pesantren Amanah. Stigma buruk tentang teroris akan sangat melekat di masyarakat Poso dengan pristiwa tersebut. Padahal masyarakat Poso masih melihat belum tuntasnya pengusutan terhadap kasus penganiayaan dan salah tangkap terhadap beberapa aktivis masjid di Poso oleh oknum anggota Brimob.
Hal-hal lain yang sangat merugikan posisi umat Islam Poso dari peristiwa ini adalah:
1. Pencitraan yang buruk dan upaya penggiringan opini yang salah secara massif dan terencana terhadap lembaga pendidikan Islam di Poso yang konsisten membela Islam dan kaum muslimin, khususnya pesantren Amanah. Karena lokasi sweeping Brimob ada di jalan poros Trans Sulawesi persis di depan pesantren Amanah, dan titik berkumpulnya pasukan Brimob ada di areal pesantren Amanah maka pasti warga masyarakat dan semua pengguna jalan yang lewat akan berasumsi bahwa telah terjadi penangkapan dan penggerebekan di pesantren Amanah. Kabarnya sebelum ini Pesantren Hidayatullah di Poso Kota juga pernah menerima perlakuan yang hampir sama.
2. Kondisi masyarakat Poso yang mulai kondusif menjadi terganggu, karena model tampilan personel Brimob saat sweeping yang terkesan garang dan siap tembak di tempat, sehingga membuat suasana mencekam dan tidak nyaman. Harmoni kehidupan masyarakat Poso yang perlahan-lahan mulai pulih pasca eskalasi konflik seolah kembali terusik sehingga memunculkan kembali trauma masa lalu yang penuh luka lama dan api dendam.
3. Hadirnya personel Brimob bersenjata lengkap di tengah proses kegiatan belajar mengajar santri dengan performa siap tempur yang sedikitpun tidak memperlihatkan keramahan, kemitraan dan persahabatan jelas akan mengusik kondisi psikologis para santri, terutama santri-santri kelas 1,2 dan 3 MTs sehingga tumbuh kembang kejiwaan mereka akan terganggu dan terhambat karena dicekam ketakutan dan ketertekanan.
4. Warga masyarakat, Orang tua- Wali yang anak atau sanak familinya sedang menimba ilmu di pesantren Amanah akan terganggu dengan kabar-kabar miring tentang hadirnya pasukan Brimob di pesantren Amanah. Kepercayaan orang tua – wali santri menyerahkan anak/sanak familinya untuk dididik dan dibina di Pesantren Amanah sedikit banyak akan tergerus. Sementara kebutuhan kader da’i-da’i muda sebagaimana lulusan pesantren Amanah untuk wilayah Poso dan sekitarnya masih sangat dibutuhkan untuk meluruskan aqidah ummat serta mengawal Poso dan sekitarnya agar tidak terulang kembali tragedi Poso jilid 1, 2 dan 3 di bumi Sintuwu Maroso.
(azm/hfd/arrahmah.com)