BURMA (Arrahmah.com) – Ang San Suu Kyi masih diam seribu bahasa, menutup mata, dan menutup telinga terhadap pembantaian Muslim Rohingya yang sedang terjadi di negaranya.
Menurut seorang analis terkemuka mengatakan bahwa Suu Kyi, yang katanya icon demokrasi Myanmar, sungguh tuli terhadap kekejaman yang terus terjadi terhadap Muslim di Burma (Myanmar).
“Diamnya Ang San Suu Kyi adalah sungguh tuli dan sungguh meragukan, mengingat dia sedang mempromosikan dirinya sendiri dan dipromosikan sebagai mercusuar demokrasi,” kata Raza Kazim, juru bicara LSM Islamic Human Rights Commission (IHRC) yang berbasis di London, dalam sebuah wawancara dengan Presstv, Jum’at (13/7/2012).
Kazim amat mengkhawatirkan atas keputusan presiden Myanmar U Thein Sein yang akan mengusir Muslim Rohingya ke kamp-kamp pengungsian yang dioperasikan PBB, atau ke negara lain yang mau menerima mereka, Kazim menganggap bahwa pengusiran tersebut merupakan tanda jelas pembersihan etnis Muslim di Myanmar.
Thein Sein mengatakan pada Kamis pekan lalu bahwa satu-satunya ‘solusi’ adalah mengusir Muslim Rohingya ke luar dari negaranya ke kamp-kamp pengungsian.
Namun, Pusat Pengungsian PBB mengatakan bahwa mereka “tidak akan membantu Muslim Rohingya.”
Kekejaman terhadap Muslim Burma telah berlangsung sejak berabad-abad lalu, dan telah meningkat akhir-akhir ini.
“Ini sangat mengejutkan bahwa dunia telah diam dan telah pilih-pilih dalam hal orang-orang seperti apa yang mereka siapkan untuk dipertimbangkan untuk mendapatkan hak-hak. Tetapi orang-orang ini (Muslim Rohingya), telah memiliki masalah ini dalam waktu yang lama dan situasi ini telah meningkat dalam tahun-tahun terakhir sangat signifikan. Sebenarnya tidak ada yang dilakukan terkait hal ini,” jelas Kazim.
Kazim mewakili IHRC juga menyeru orang-orang non-Muslim untuk melakukan upaya untuk mengubah keputusan pemerintah Burma, dan mencegah atau menghentikan pembersihan etnis yang serupa dengan pembantaian Sebrenica (pembantaian Muslim Bosnia).
“Saya benar-benar ingin mengatakan bahwa, ketika kasus kemanusiaan benar-benar terjadi, entah bagaimana hanya orang-orang Muslim yang perlu melihat ini dan berpikir bahwa ada masalah di sini. Setiap orang, setiap manusia, yang memiliki hati nurani, (seharusnya) benar-benar perlu untuk memikirkan tentang ini, ‘bagaimana saya dapat membiarkan ini, Srebrenica lainnya atau jenis pembersihan etnis lainnya untuk terjadi’,” pungkas Kazim.
Sejak dua tahun terakhir, Muslim Myanmar yang masih dalam keadaan mampu, berusaha hijrah ke negara-negara tetangga melalui laut dengan perahu-perahu kecil untuk menghindari pembantaian. Namun, mereka tak disambut dengan baik oleh otoritas, dianggap imigran ilegal, bahkan sebagian besar diusir kembali ke laut.
Pemerintah Myanmar tidak mengakui Muslim Rohingya sebagai warga negara yang legal. Mereka dianggap imigran ilegal keturunan Bengali, padahal Muslim telah lahir dan hidup berabad-abad di sana hingga memiliki keturunan beberapa generasi. (siraaj/arrahmah.com)