KASSEL (Arrahmah.id) – Sutradara dan seniman mengecam keputusan untuk menekan penayangan film-film pro-Palestina selama Documenta 15, sebuah pameran seni kontemporer yang diadakan di Kassel, Jerman. Festival yang berlangsung sepanjang musim panas dan diperkirakan akan ditutup pada akhir bulan ini tengah dilanda pertikaian atas penyensoran film-film pro-Palestina.
Dewan penasihat yang bertanggung jawab untuk mengawasi program di festival ini merekomendasikan untuk menyensor serangkaian film tentang solidaritas Palestina, lansir Art Newspaper. Tokyo Reels, adalah rangkaian film yang telah direstorasi oleh Subversive Film, lembaga yang khusus meneliti, merestorasi serta memproduksi sinema yang menyoroti karya-karya bersejarah Palestina. Film ini bertujuan untuk menjelaskan solidaritas anti-imperialis yang terabaikan dan masih belum terdokumentasi antara Jepang dan Palestina.”
Dewan penasihat mengatakan dalam sebuah laporan bahwa serial ini termasuk propaganda pro-Palestina, dibuat antara 1960-an dan 1980-an. Mereka menyebutnya “sangat bermasalah”. Lebih lanjut dewan mengatakan bahwa serial ini berisi ajaran anti-semit dan anti-Zionis yang disajikan sebagai fakta objektif.
Namun, langkah yang diambil oleh dewan penasihat ini ditentang oleh para kurator di balik serial tersebut, Ruangrupa Indonesia, dan Finding Committee for the Artistic Direction. Panitia pengarah artistik Documenta 15 merilis pernyataan kemarin (16/9/2022) di mana mereka menyatakan solidaritas dan dukungan terhadap para kurator.
“Tekanan yang diberikan media dan politisi pada seluruh tim Documenta menjadi tak tertahankan,” kata pernyataan itu. “Kami percaya suara mereka (Ruangrupa) juga harus didengar. Kami memuji seniman yang tangguh dalam menghadapi serangan terhadap integritas mereka dan tetap setia pada prinsipnya,” lanjut pernyataan tersebut.
Lebih dari 100 orang di Documenta 15 mengutuk laporan dewan penasihat yang mengklaim film-film itu sebagai anti-Semit dan mengecam tindakan tersebut. “Laporan ini telah melewati batas, kami dengan tegas menolaknya” demikian isi surat yang mengutuk dewan penasihat. “Ini jelas tindakan rasisme secara terstruktur. Kami mengecam upaya jahat menyensor presentasi Tokyo Reels.”
Seorang juru bicara Documenta, dilansir Art Newspaper mengatakan bahwa Ruangrupa sebagai direktur artistik Documenta 15 memiliki hak tunggal untuk memutuskan dan telah menetapkan bahwa mereka tidak akan mengikuti rekomendasi untuk menghapus sementara Tokyo Reels dari pameran.”
Tuduhan anti-semit telah menjangkiti Documenta 15 sejak Januari, ketika media Jerman dan politisi lokal mulai mempermasalahkan sikap pro-Palestina dan pro-Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) dari sejumlah peserta pameran.
Banyak lembaga dan kelompok di Jerman telah mengadopsi definisi anti-semit International Holocaust Remembrance Alliance (IHRA) yang sangat kontroversial, yang menggabungkan kritik terhadap “Israel” dengan rasisme anti-Yahudi. (ZarahAmala/arrahmah.id)