KUWAIT (Arrahmah.com) — Kuwait meminta seorang diplomat Lebanon untuk pergi dalam kurun 48 jam terhitung Sabtu, 30 Oktober 2021. Selain itu, Kuwait juga menarik duta besarnya di Libanon di hari yang sama.
Langkah ini dilakukan setelah Arab Saudi dan Bahrain sama-sama mengusir dubes Libanon terkait pernyataan kontroversial seorang menteri Beirut.
“Kementerian Luar Negeri (Kuwait) memutuskan mengusir charge d’affaires kedutaan besar Lebanon dan menarik dubes di Libanon,” lapor kantor berita KUNA (30/10/2021).
Meski pernyataan Kemenlu Kuwait tidak menyebutkan alasan di balik pengusiran dan penarikan, langkah tersebut serupa dengan Arab Saudi, Bahrain, dan juga Uni Emirat Arab (UEA).
Kisruh pengusiran ini dipicu pernyataan Menteri Komunikasi Libanon George Kordahi terkait perang di Yaman.
Dalam sebuah wawancara televisi yang direkam sebelum menjadi menteri, Kordahi mengatakan Arab Saudi dan UEA adalah “agresor” dalam konflik Yaman.
Tidak hanya itu, Kordahi juga mengatakan Syiah Houtsi di Yaman hanya berusaha “membela diri” dalam perang berkepanjangan yang telah berlangsung sejak akhir 2014.
Mencoba meredakan situasi, Perdana Menteri Libanon Najib Mikati mengatakan bahwa Kordahi mengucapkan hal seputar perang Yaman sebelum ia ditunjuk sebagai menteri. Mikati menegaskan pernyataan Kordahi tidak merefleksikan sikap Pemerintah Lebanon.
Ia menambahkan, pernyataan Kordania tidak mendemonstrasikan kebijakan Lebanon terhadap negara-negara Teluk, terutama Arab Saudi.
Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu ini, mantan PM Libanon Fouad Siniora, Saad Hariri, dan Tammam Salam, menyerukan pengunduran diri Kordahi.
Yaman dilanda kekerasan dan instabilitas sejak 2014, saat milisi Syiah Houthi menguasai banyak wilayah di negara tersebut, termasuk ibu kota Sana’a.
Koalisi militer Arab Saudi mengintervensi perang Yaman di tahun 2015, berusaha memulihkan kembali pemerintahan resmi pimpinan Presiden Abdu-Rabbu Mansour Hadi. (hanoum/arrahmah.com)