NEW DELHI (Arrahmah.com) – Sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa polisi di India memperlihatkan “bias yang signifikan terhadap umat Islam”, di mana setengah dari 12.000 personel polisi di 21 negara bagian India yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka merasa umat Muslim “secara alami cenderung melakukan kejahatan”.
Laporan ini diterbitkan pada Selasa (27/8/2019) di saat PBB dan kelompok-kelompok hak asasi khawatir atas peningkatan pelecehan dan kekerasan terhadap minoritas Muslim India setelah Partai Bharatiya Janata nasionalis Hindu, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi, mengambil alih kekuasaan pada tahun 2014.
Sejak Modi berkuasa, lusinan orang yang kebanyakan Muslim, telah dibunuh oleh gerombolan penjahat atas tuduhan memakan daging sapi atau menyembelih sapi – binatang yang dianggap suci dalam agama Hindu.
Modi telah berulang kali mengatakan bahwa pihak berwenang harus menghukum warga sipil yang melakukan kekerasan atas nama perlindungan sapi, tetapi para pengkritiknya menuduh pemerintah belum berbuat cukup banyak untuk menuntut para tersangka pembunuhan.
Penelitian yang berjudul The Status of Policing in India Report (Laporan Status Pemolisian di India) tersebut menemukan fakta bahwa sebanyak 14 persen polisi yang disurvei percaya bahwa Muslim “sangat mungkin” atau cenderung melakukan kejahatan, sementara 36 persen merasa anggota organisasi agama “termasuk yang cenderung” melakukannya.
“Tiga puluh lima persen personel merasa bahwa merupakan hal yang wajar jika massa menghukum pelaku dalam kasus penyembelihan sapi,” kata Manjesh Rana, salah satu peneliti dalam survei yang dilakukan selama setahun, sebagaimana dilansir Al-Jazeera.
“Beberapa temuan itu sangat mengejutkan, karena kami percaya bahwa ini bisa menjadi persepsi masyarakat tetapi bukan persepsi polisi,” jelasnya.
“Kami tidak dapat benar-benar membuktikan bahwa prasangka yang mereka miliki, apakah itu mempengaruhi pekerjaan mereka atau tidak, tetapi selalu ada peluang ini,” imbuhnya.
Studi ini juga menemukan sebanyak 60 persen dari mereka yang disurvei percaya bahwa migran dari negara lain lebih cenderung melakukan kejahatan.
Para peneliti juga menggambarkan hasil survei yang mereka lakukan di India, yang mencakup persepsi polisi tentang berbagai masalah, termasuk kondisi kerja, sumber daya dan hambatan untuk menyelidiki kejahatan.
Hampir sepertiga dari responden mengatakan tekanan dari politisi adalah hambatan utama untuk menyelidiki kejahatan, sementara mayoritas dari 72 persen mengatakan mereka menghadapi “tekanan politik” dalam penyelidikan yang melibatkan orang-orang berpengaruh.
Survei ini menemukan lebih dari sepertiga personel polisi yang disurvei lebih suka membagi-bagikan “hukuman kecil” untuk pelanggaran kecil daripada pengadilan hukum, sementara satu dari lima merasa “membunuh penjahat berbahaya lebih baik daripada pengadilan hukum”.
Dalam survei tersebut juga dijelaskan bahwa empat dari lima personel percaya bahwa tidak ada yang salah saat polisi memukuli penjahat untuk mendapatkan pengakuan. (rafa/arrahmah.com)