NEW YORK (Arrahmah.com) – Warga Amerika dinilai dua kali lebih sentimen dalam mengekspresikan prasangka buruk mereka terhadap umat Islam dibanding terhadap umat Kristen, Yahudi, atau Buddha, sebuah survei baru ditemukan.
Hampir dua pertiga warga Amerika mengatakan mereka hanya memiliki sedikit atau ada yang tidak sama sekali memiliki pengetahuan tentang Islam. Namun, mayoritas tidak menyukai keimanan.
Analisis ini datang dari Gallup World Religion Survey dan merupakan bagian dari proyek untuk mencari cara meningkatkan pengertian antara Amerika dan Muslim.
Presiden Barack Obama dan pemerintahannya ingin memperbaiki citra Amerika di dunia Muslim. Banyak analis yang mempelajari ekstremisme juga mengatakan bahwa Muslim AS yang merasa terasing dari masyarakat yang lebih luas dan menolak untuk berintegrasi dengan masyarakat umum, berpotensi menjadi lebih rentan terhadap ide-ide radikal.
Dalam jajak pendapat, 43 persennya mengakui setidaknya memiliki sedikit prasangka terhadap Muslim, dan persentase itu dinilai lembaga survei lebih tinggi dibandingkan prasangka warga Amerika terhadap empat agama lainnya.
Sekitar 18 persen responden lebih sentimen terhadap umat Kristen, sementara 15 persen sentimen pada orang-orang Yahudi dan 14 persen terhadap umat Buddha.
Saat ditanya tentang pengetahuan terhadap Islam, 63 persen orang Amerika mengatakan mereka telah sedikit atau tidak sama sekali mengetahui Islam. Sebagian besar responden percaya bahwa sebagian besar umat Islam menginginkan perdamaian. Namun, 53 persen orang Amerika lainnya mengatakan pendapat mereka tentang keimanan yang menurut mereka selalu mengantarkan pada kekacauan dan tidak menguntungkan kehidupan sama sekali.
Namun kepribadian seorang muslim tidak terkait dengan tinggi atau rendahnya prasangka tersebut, tegas lembaga tersebut. Para penulis laporan mengatakan temuan ini menggarisbawahi perlunya pendidikan yang lebih baik mengenai ajaran Islam.
“Apa yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap salah satu kelompok lebih dari seorang individu yang memiliki opini positif bahwa kelompok ini memiliki karakter yang berbeda,” kata Dalia MOgahed, Analis Senior dan Direktur Eksekutif Gallup Center for Mulim Studies. “Seseorang yang menyenangkan cukup sederhana dikatakan sebagai pengecualian.”
Responden yang mengatakan bahwa mereka menghadiri aktivitas keagamaan lebih dari sekali dalam seminggu secara signifikan lebih cenderung memiliki pandangan yang menguntungkan umat Islam. Mogahed menjelaskan orang-orang yang lebih religius umumnya lebih memandang buruk pada pelaku kejahatan moral dan cenderung mempunyai penghormatan terhadap pemeluk agama yang taat.
Para peneliti juga menemukan hubungan antara prasangka terhadap Yahudi dan Muslim. Warga Amerika yang mengakui “banyak” bias terhadap orang-orang Yahudi memiliki kemungkinan merasakan hal yang sama tentang Muslim. Hasil survey tidak dapat menjelaskan mengapa dua prasangka ini dihubungkan. Kata Mogahed, bias terhadap kedua kelompok ini harus diteliti dan dipelajari bersama untuk memahami dinamikanya.
Laporan Proyek Fakta Muslim Barat yang merupakan suatu kemitraan antara Gallup dan Coexist Foundation, didasarkan pada survei telepon yang dilakukan secara acak dari lebih 1.000 orang dewasa, sejak 31 Oktober – 13 November tahun lalu, dengan margin of error lebih kurang 3,4 persen. (althaf/ap/arrahmah.com)