DAMASKUS (Arrahmah.com) – Suriah mengatakan pihaknya menerima sejumlah pengamat sebagai bagian dari rencana Liga Arab untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di negaranya, sementara sebuah kelompok hak asasi manusia melaporkan bahwa milisi yang setia kepada rezim menewaskan 34 warga sipil dan tubuh mereka dibuang di sebuah alun-alun kota pada hari Senin (5/12/2011).
Liga Arab, yang telah mengancam untuk menjatuhkan sanksi baru pada Damaskus jika gagal memenuhi rencana pengawasan, mengatakan sedang mempertimbangkan tawaran Suriah untuk memungkinkan mereka mengunjungi negara bermasalah itu.
Sementara itu, perusahaan minyak Perancis, Total, menangguhkan operasinya di Suriah bersamaan dengan diberlakukannya sanksi Uni Eropa.
“Kami telah memberitahu pihak berwenang Suriah mengenai keputusan kami untuk menghentikan operasi kami dengan Perusahaan Minyak Umum (GPC) dalam rangka mematuhi sanksi,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
Suriah awalnya menolak untuk menandatangani usulan Liga Arab untuk mengirim pengamat demi memantau pasukan yang selama ini menjadi tertuduh pelanggaran hak asasi manusia oleh PBB. Menurut data PBB, lebih dari 4.000 orang telah tewas sejak bulan Maret oleh aksi penumpasan protes yang dilakukan rezim Bashar Al Assad.
Namun dalam surat yang dikirim kepada Liga Arab yang berbasis di Kairo pada Minggu malam (4/12) jelang berakhirnya batas waktu yang ditetapkan Liga Arab, rezim Assad mengatakan akan menerima monitoring jika kondisinya terpenuhi.
“Pemerintah Suriah menanggapi positif dengan penandatanganan protokol,” jurubicara kementerian luar negeri Suriah, Jihad Makdisi, kepada wartawan.
Sementara mengkonfirmasikan penerimaan surat pemerintah Suriah, Sekretaris Jenderal Liga Arab, Nabil al-Arabi, mengatakan bahwa surat itu berisi “tuntutan baru.”
“Kami telah menghubungi menteri luar negeri Arab dan mereka telah diberitahu tentang surat dari Suriah,” kata Arabi. Saat ini, surat tersebut masih ada dalam proses konsultasi.
Meskipun Damaskus menerika penawaran monitoring, sebuah kelompok hak asasi manusia menuduh pasukan Assad melakukan kekejaman yang terus melampaui batas. Syrian Observatorium for Human Rights yang berbasis di Inggris mengatakan bahwa pihaknya menerima sejumlah laporan para saksi mata yang melihat mayat 34 warga sipil di sebuah lapangan di pusat kota Homs, AFP melansir pada Selasa (6/12).
Menurut kelompok itu, salah seorang aktivis melaporkan ia melihat mayat 34 warga sipil di alun-alun lingkungan pro-rezim Al-Zahra, yang telah diculik oleh Shabiha pada hari Senin (5/12).
Sejumlah warga sipil, katanya, diculik dari beberapa “lingkungan anti-rezim” di Homs, yang telah ditargetkan oleh penumpasan brutal selama hampir sembilan bulan pemberontakan anti-rezim berlangsung.
Observatorium juga melaporkan apa yang disebut “shabiha” milisi pada hari Senin menculik sopir bus dan 13 penumpangnya di provinsi Homs.
Pasukan yang setia pada Assad telah mengepung Homs selama dua bulan terakhir.
Tujuh orang dilaporkan tewas pada Senin (5/12) oleh tembakan dari aparat keamanan, kata Observatorium, setelah akhir pekan berdarah yang meninggalkan 63 orang tewas, setidaknya setengah dari mereka berada di Homs.
Di tempat lain, pasukan Assad menewaskan empat tentara pemberontak yang telah memihak pada kubu anti-rezim, termasuk seorang perwira, di provinsi Deraa.
Observatorium ini juga menuduh pasukan keamanan menangkap 18 mahasiswa pada hari Senin (5/12), delapan dari mereka ditangkap karena menghina presiden.
Sementara itu, seorang pejabat AS mengatakan Menlu Hillary Clinton bertemu dengan pihak oposisi Suriah di Swiss pada hari Selasa (6/12).
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan kepada wartawan bahwa Clinton bertemu dengan tujuh lawan politik Assad ketika dia mengunjungi Jenewa, yang kemudian rencananya akan juga mengunjungi Vilnius, Lithuania.
Clinton bertemu untuk pertama kalinya dengan anggota oposisi Suriah yang berbeda di Washington pada tanggal 2 Agustus lalu. (althaf/arrahmah.com)