DAMASKUS (Arrahmah.com) – Rezim Suriah membela Cina atas pelanggaran HAM dan pelecehan terhadap Muslim Uighur.
“Suriah menekankan hak Cina untuk mempertahankan kedaulatan, rakyat, integritas wilayah, dan keamanannya serta melindungi keamanan dan properti negara dan individu,” Kementerian Luar Negeri Suriah menyatakan pada Kamis (5/12/2019)
RUU, yang disahkan pada Selasa oleh DPR AS dalam pemilihan 407-1, mengutuk “pelanggaran HAM berat” terhadap minoritas Muslim Uighur di Cina dan menyerukan “diakhirinya penahanan sewenang-wenang, penyiksaan, dan pelecehan komunitas-komunitas ini di dalam dan di luar Cina.”
Setelah RUU itu, para pejabat Cina menyatakan kemarahannya, di antaranya seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying yang mengklaim bahwa “AS berupaya menabur perselisihan di antara berbagai kelompok etnis di Cina dan membatasi pertumbuhan Cina. Tetapi upayanya tidak akan pernah berhasil.”
Sampai saat ini, Suriah adalah satu-satunya negara yang secara terbuka mengkritik langkah yang diambil oleh Kongres AS dan merupakan salah satu negara utama yang telah membela Cina meskipun meningkatnya pelanggaran hak asasi manusia terhadap Uighur. Pelanggaran tersebut termasuk penahanan Cina terhadap mereka di kamp konsentrasi atau “pendidikan ulang”, pernikahan paksa dan pemerkosaan terhadap wanita Uighur, penindasan terhadap Islam dan agama lain dalam menghadapi ateisme yang dipaksakan, dan penyiksaan yang meluas.
Pemerintah Cina melancarkan penumpasan di provinsi Xinjiang yang jauh di barat-laut pada 2013 setelah mengklaim ada peningkatan terorisme dan ekstremisme dari Muslim Uighur, tetapi sejak itu secara konsisten membantah keberadaan kamp konsentrasi dan kekejaman yang disebutkan di atas meskipun ada bukti yang terus bertambah. dan kepedulian internasional. Diperkirakan bahwa otoritas Cina dapat menampung hingga satu juta Muslim di kamp-kamp itu.
Tindakan Suriah dalam membela Cina merupakan sebagai imbalan atas dukungan gigih Republik Rakyat Cina untuk rezim Presiden Bashar Asad dan perangnya melawan kelompok-kelompok oposisi dalam konflik Suriah selama sembilan tahun terakhir.
(fath/arrahmah.com)