(Arrahmah.com) – Kepada editor dan staf Charlie Hebdo,
Saya berdoa agar pesan ini bisa sampai kepada kalian dengan pemikiran yang terbuka dan hati yang mau menerima. Nama saya Muhammad. Saya seorang Muslimd dan penyandang cacat. Dalam surat ini, Saya tidak bermaksud mengolok-olok, mengejek, mencerca, atau menghina cara yang kalian lakukan terhadap Nabi saya karena sikap seperti itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang jahat seperti kalian. Malahan Saya ingin mencerahkan kalian dengan cara Pria yang kalian olok-olok, dan itu dengan damai dan kebijaksanaan.
Saya ingin melakukan pendekatan unik dengan mencerahkan kalian tentang betapa penting Nabi Muhammad bagi saya dan Muslim lainnya yang menyandang kecacatan di seluruh dunia. Saya berharap bahwa dengan mengetahui beberapa hal dari siapakah Nabi ini dan betapa pentingnya Beliau bagi kami, kalian akan mulai menghormati, dan bahkan, mencintai beliau.
Bagi kami, Nabi Muhammad adalah pemrakarsa hak-hak penyandang cacat sebelum siapapun (termasuk Perancis yang baru mengambil inisiatif hukum kesetaraan hak penyandang cacat paad 2005). 1400 tahun yang lalu, Beliau meyakinkan bahwa orang-orang yang ketidakmampuan berbeda itu dilayani dan diberikan hak-hak mereka dan hak-hak istimewa, termasuk hak untuk hidup normal sama seperti yang lainnya.
Nabi Muhammad mengubah kehidupan orang-orang yang menyandang cacat dengan mengajari masyarakat bahwa tidak ada stigma atau akhlak yang buruk terhadap mereka yang cacat. Beliau menekankan bahwa kecacatan itu sendiri tidak bisa mempengaruhi siapapun jika mereka memiliki iman yang kuat. Beliau menenangkan mereka yang menderita kesulitan fisik bahwa kecacatan mereka bukanlah hukuman tetapi hal itu berarti bagi mereka dosa-dosa mereka diampuni. Nabi mengatakan bahwa setiap seorang Muslim menghadapi suatu musibah, bahkan terluka oleh duri kecil, dosa-dosanya akan diampuni.
Nabi Muhammad memberikan orang-orang penyandang cacat sebuah harga diri yang lebih tinggi dan menghapus kesedihan, kesengsaraan mereka, dan kekurangan kepercayaan diri. Beliau selalu mengingatkan mereka bahwa “sesungguhnya Allah tidak melihat kepada fisik kalian tidak juga wajah kalian tetapi Dia melihat kepada hati kalian.”
Nabi menghapuskan diskriminasi penyandang cacat, yang lazim pada waktu pra-Islam. Beliau, misalnya saja, menunjuk salah seorang sahabatnya dengan nama Abdullah Ibn Ummu Maktum, yang buta, sebagai seorang muadzin dan memintanya untuk memimpin kota Madinah ketika Nabi harus safar ke luar. Sejauh Nabi memperhatikan, kebutaan Abdullah tidaklah menjadi halangan dalam kecacatannya untuk melakukan tanggung jawabnya. Melalui contoh ini, Nabi mengajarkan umat manusia bahwa orang-orang penyandang cacat tidak seharusnya dipandang rendah atau diremehkan karena walaupun sebagian orang memiliki kecacatan tertentu mereka mungkin mampu melakukan perbuatan baik dan berkontribusi bagi masyarakat.
Salah seorang sahabat terbaik beliau adalah Julaybib, yang cacat dalam penampilan dan pendek. Disaat Julaybib dijauhi oleh masyarakat, Nabi menemaninya, memperhatikanya, dan menangkat martabatnya. Cinta beliau kepada Julaybib sangat banyak bahwa Nabi bahkan mengatakan, “pria ini adalah dariku dan Saya darinya.” Sikap kemanusiaan Nabi merupakan demonstrasi yang sangat kuat dari prinsip Inklusi. Ini adalah langkah advokasi yang dramatis, dalam kata dan sikap, dari seorang pemimpin masyarakat untuk mengedukasi masyarakatnya tentang pentingnya penerimaan dan menampung orang lain apa adanya dan menghormati orang lain yang mungkin telah dikesamingkan dalam masyarakat.
Nabi juga mengakomodasi kebutuhan orang-orang yang menyandang cacat. Sebagai contoh, bagi mereka yang tidak mampu untuk melaksanakan shalat harian dengan berdiri, mereka bisa melaksanakannya dengan duduk, dan jika mereka tidak mampu melakukan demikian, Nabi mengizinkan.
Sedangkan hari ini orang-orang dengan kecacatan sering menjadi objek hiburan, olok-olokan, dan bahan tertawaan, Nabi melarang orang-orang untuk mengolok-olok mereka yang menyandang cacat. Sahabat beliau Abdullah Ibn Mas’ud, yang juga merupakan salah seorang ahli tafsir Al-Qur’an terbaik, adalah seorang pria yang lemah dengan bentuk fisik yang kecil. Suatu hari, Ibnu Mas’ud memanjat sebuah pohon, dan sebagian sahabat lainnya tertawa karena kaki Ibnu Mas’ud kurus. Namun Nabi menghentikan mereka dan berkata: “Apa yang membuat kalian tertawa? Padahal kaki Ibnu Mas’ud lebih berat pada timbangan di hari Kiamat daripada gunung Uhud.” Nabi ingin mengajari orang-orang untuk tidak menertawakan atau mengejek orang lain, khususnya terkait penampilan fisik. Beliau mengingatkan kita bahwa laki-laki dan wanita tidak ditentukan oleh kecacatan mereka, tetapi justru oleh perilaku dan kontribusi mereka bagi masyarakat.
Nabi Muhammad benar-benar sumber inspirasi saya untuk membantu orang lain dengan kondisi serupa dengan saya. Beliau menyeru orang-orang untuk membantu orang lain dari kesulitan. Beliau mengatakan bahwa barangsiapa yang meringankan kesulitan hidup seseorang di dunia ini, Allah akan meringankan kesulitannya di akhirat. Beliau juga menyeru seluruh masyarakat untuk mengikuti teladannya dalam mempedulikan orang-orang dengan kebutuhan khusus dengan menjanjikan bahwa “kalian diberikan rezeki dan kemenangan karena orang-orang yang lemah di antara kalian.”
Demikianlah perlakukan Nabi kepada orang-orang penyandang cacat. Dan itulah mengapa kami sangat mencintai Nabi dan kami ingin membela kehormatan dan martabatnya. Kami melakukan demikian karena kami mengetahui tentang beliau. Jika tindakan ‘menggelikan’ kalian dikarenakan kebodohan kalian tentang Nabi Muhammad, maka Saya mendorong kalian untuk belajar lebih banyak tentang beliau. Jika kalian melakukannya karena kebencian, maka ketahuilah bahwa kebencian kalian tidak akan menggiring kalian kemana-mana melainkan lubang penderitaan.
Saya ingin menyimpulkan surat ini dengan membuat permintaan sederhana; Hentikanlah apa yang kalian lakukan. Tindakan kalian hanya akan menghidupkan terus-menerus amarah banyak orang dan pada akhirnya menyebabkan mereka untuk melakukan serangan-serangan lebih ganas lagi yang tidak ada kepentingan terbaik seorang pun.
Salam hormat,
Muhammad Zulfikar Rakhmat
Diterjemahkan dari bilalabdulkareem.com
(siraaj/arrahmah.com)