(Arrahmah.com) – Kepada Amirul Mukminin Abu Bakar Al Baghdadi
بسم الله الرحمان الرحيم
والصلاة والسلام على أشرف المرسلين
Sesungguhnya kami merasa sedih untuk mengabarkan kepada Anda bahwa seminggu yang lalu ada beberapa orang lelaki dari Daulah [Islamiyah atau sebelumnya disebut Daulah Islam Irak dan Syam atau Islamic State of Irak and the Sham (ISIS)] yang mendatangi rumah kami lalu membawa suami-suami kami ke tempat yang tidak kami ketahui, tanpa ada sedikitpun informasi dari mereka dan membiarkan kami dalam keadaan bingung. Seakan-akan kami ini bukan apa-apa bagi mereka, kami menunggu berhari-hari sambil mencari-cari informasi mengenai keberadaan mereka, namun tidak ada hasil.
Kami meninggalkan keluarga-keluarga kami dan kampung halaman kami untuk datang ke sini, karena kami semua merasa rindu untuk menapakkan kaki kami di tanah Daulah Islamiyah. Kami datang karena kami semua bercita-cita dan sangat ingin merasakan keamanan, keselamatan dan kestabilan di bawah pemerintahan anda selama anda masih berhukum dengan syariat Allah.
Namun bagaimana bisa Anda menelantarkan kami tanpa memberikan nafkah, padahal Anda tahu bahwa suami-suami kami itu adalah tonggak keluarga kami ?
Bagaimana bisa Anda menelantarkan anak-anak yang sedang merindukan ayah mereka, mereka selalu bertanya tentang mereka sedangkan kami seperti orang bisu yang tidak tahu apa yang harus dikatakan?
Siapakah yang akan membelikan kami makanan? Siapakah yang akan mengantarkan kami ke dokter? Karena kami menjadi jatuh sakit dengan sebab kondisi ini, kasihanilah kami, karena kami ini sangat rentan.
Siapakah yang akan membantu mereka yang hendak melahirkan padahal Anda tahu bahwa kami tidak dapat keluar sendirian karena kecemburuan suami-suami kami? Maka dari itu kami tidak menempuh cara apapun kecuali dengan jalan ini untuk berkomunikasi dengan Anda. Maaf wahai Amir, karena siapa lagi yang akan mengabarkan kepada suami-suami mereka bahwa isteri-isteri mereka telah melahirkan?
Kami ingin mengabarkan kepada Anda bahwa kini kami tidur dengan perasaan takut, maka daripada tidur, kami memilih untuk berjaga-jaga di malam hari demi melindungi kehormatan kami.
Pada tahun ini kami telah belajar bahwa yang harus dilakukan di bumi jihad itu adalah bersabar, kami mampu untuk bersabar dalam banyak hal, di antaranya ketika suami-suami kami syahid atau terluka, namun kami tidak mampu untuk bersabar apabila tidak ada kabar tentang mereka.
Wahai Syaikh kami, kami berbai’at kepada Anda untuk mendengar dan mentaati, sehingga ini mengharuskan Anda untuk memperhatikan urusan kami selama Anda masih menjadi amir bagi kami yang bertanggung jawab terhadap kami.
Kami ingin tahu di mana mereka sekarang ? Apakah mereka dalam keadaan baik-baik saja? Berapa lama lagi kami harus menunggu mereka? Mengapa Daulah membawa mereka? Apakah karena benarnya aqidah mereka? Apakah ini akan membuat Allah ridha?
Wahai Amirul Mukminin Al Baghdadi, beritahukanlah kepada kami jika memang kami harus menjalankan masa ‘iddah, karena ini adalah kewajiban Anda terhadap kami yang paling mudah, janganlah Anda membiarkan kami tanpa ada kabar. Saya berharap kepadamu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang diriwayatkan oleh Al Bukhari : “Pergaulilah kaum wanita dengan baik, sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk. Dan sesuatu yang paling bengkok yang terdapat tulang rusuk adalah bagian paling atas. Jika kamu meluruskannya dengan seketika, niscaya kamu akan mematahkannya, namun jika kamu membiarkannya maka ia pun akan selalu dalam keadaan bengkok. Karena itu pergaulilah wanita dengan penuh kebijakan”.
Terakhir, ketahuilah wahai Amirul Mukminin, bahwa doa orang yang terzhalimi adalah mustajab.
Ditulis oleh beberapa orang isteri yang tengah bersembunyi pada tanggal 19 Syawal 1435 untuk berkomunikasi dengan Daulah bersama kami, hubungi [email protected]
Sebarkan hingga surat ini sampai kepada yang dituju, kami tidak dapat memberikan informasi yang lebih banyak karena kondisi keamanan, namun demi Allah kami tidak berdusta, Allah lah yang menjadi saksi.
Catatan Redaksi :
Seorang ikhwan yang saat ini berada di Suriah mengabarkan kepada kami, bahwasanya di dalam ISIS, ada kelompok yang dinamakan Amniyyun. Salah satu tugas mereka yakni mengawasi setiap anggota ISIS untuk mengetahui apabila ada yang pemikirannya ‘berseberangan’ dengan kebijakan Al-Baghdadi.Jika terdapat indikasi-indikasi seperti itu, maka Amniyyun akan segera menghabisi si target. Apabila ada yang hendak keluar dari ISIS maka dia akan diancam dibunuh. Persis seperti yang terjadi kepada Umar Al Shishani, dan Umar Al Shishani takut dengan ancaman itu. Terdengar klise jika mujahid takut diancam dibunuh, namun harus dicatat bahwa kelompok Amniyyun ini tidak segan-segan membunuhi wanita dan anak-anak, seperti yang terjadi kepada Sheikh Muhammad Al Fatih di Idlib.
Densus tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kelompok Amniyyun ini. Luar biasa kejamnya, Abu Ali al Anbari (otak dibalik Al-Baghdadi) metode penyiksaan favoritnya adalah dengan cara congkel mata, merujuk kepada apa yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib RA kepada kaum Uraiyyin. Namun sangat berbeda kisah kaum Uraiyyin dengan tahanan muslim yang berada pada tahanan Abu Ali al Anbari.
Adapun laporan dari Tim Muqawamah Media di Suriah setelah melakukan kroscek berita kepada mujahid yang pernah bergabung dengan ISIS adalah sebagai berikut : Internal ISIS yang taubat dan mulai sadar telah dibohongi, kemudian mereka mulai bandel dan tidak mau lagi kalau diperintahkan untuk membunuh sesama Islam. Yang seperti ini dianggap sudah tidak sesuai dengan kebijakan pusat ISIS lagi, maka ia pun akan dihabisi. Modus yang digunakan adalah dengan cara dijemput ke rumahdengan alasan ada tugas mendadak dan penting, namun kemudian mereka tidak pernah kembali ke rumahnya lagi. Ini persis seperti era Suharto, internal yang tidak mau ikut komando pusat maka dihilangkan saja.
Wallahu a’lam…
(muqawamah.com/arrahmah.com)