Merasa didzolimi dan ditelantarkan dan hanya dijadikan alat untuk mengeruk devisa, Buruh Migran Indonesia (BMI)Hong Kong layangkan surat untuk Presiden dan Pemerintah Indonesia. Berikut isi suratnya.
Bismillahhirrahmannirrahim
Assalamualaikum Warrahmatullah Wabarrakatuh
Yang saya hormati bapak presiden dan seluruh jajaran pejabat yang merasa memiliki kuasa di negeri Indonesia, ku tuliskan surat ini dengan hati pilu dan isak tangis yang yang sakit, meski saya tahu engkau tidak akan mendengar ataupun membacanya, namun setidaknya dengan surat ini, mudah-mudahan terangkatlah beban di dada.
Bapak presiden dan para pejabat, saya menangis ketika banyak orang mencibir status BMI/TKW, seakan-akan mereka adalah makhluk bodoh yang berlevel rendah, tidak berpendidikan, menyalahi agama, terutama shafar. Astaghfirullah, mayoritas dari mereka tidak paham ilmu agama ketika berangkat keluar negeri, jangankan untuk memikirkan shafar dan aurat, sholat saja mereka belum paham, yang ada dalam benaknya adalah, bagaimana mendapat uang untuk keluarganya, sebanyak-banyaknya. Tidak semua wanita-wanita ini paham agama dengan baik. Selain itu, negara mengirimkan mereke keluar negeri tanpa pembekalan ilmu yang cukup, jadilah mereka pekerja yang belum siap pakai ketika harus berhadapan dengan orang lain negara yang berbeda bahasa, budaya dan gaya hidupnya. Wanita-wanita ini berusaha keras bagaimana beradaptasi dengan penduduk negara tujuan mereka yang notabene berbeda jauh dengan Indonesia. Negara yang mereka tuju sangat disipilin dan tertata rapi, namun lihatlah Indonesia, seperti apa kondisi negaranya?
Bapak presiden dan pejabat, ketika beberapa dari mereka termasuk saya mendapatkan hidayah Allah diperantauan, barulah tersadar langkah ini salah, memaksakan mencari harta dengan cara bershaffar ini adalah salah, ku lihat banyak sekelompok manusia bukan memberikan solusi nyata pada kami, tetapi justru meremehkan, seakan-akan kami ini bukan saudari muslim seakidah yang tidak ada kewajiban untuk ditolong, padahal saya membaca hadis sahih Muslim bahwa sesama muslim itu adalah saudara, tidak boleh menelantarkannya, tidak boleh mendholiminya dan tidak boleh menyerahkan pada musuh. Ada dimana engkau wahai presiden? Ada dimana engkau wahai pejabat dan penguasa yang hidup bergelimang harta? Ada dimana kalian saifullah yang selalu tegas meneriakkan Islam? Bagaimana kalian tidur tenang diranjang yang empuk, berkendara dengan kendaraan yang bagus, sementara saudari-saudarimu dalam komando orang non muslim??
Wahai presiden dan para pejabat, apakah kalian tahu, masyarakat luas menganggap wanita ini adalah wanita bertabiat buruk, mendurhakai Allah dalam mencari pendapatan, sungguh ironis, pemerintah menutup hati, mata dan telinga. Padahal wanita-wanita ini pergi keluar negeri atas desakan ekonomi, atas keinginan pejabat berdasi, pemerintah telah durhaka pada wanita-wanita ini, mencanangkan program mengurangi angka kemiskinan dengan cara mengirimkan wanita-wanita keluar negeri. Gencarnya iklan-iklan di radio pedesaan turut mempengaruhi pola pikir masyarakat, pesan-pesan dan iming-iming iklan radio untuk bekerja keluar negeri ini berpengaruh dan meracuni banyak masyarakat lemah, sehingga mereka mendobrak aturan-aturan islam, bershaffar keluar negeri tanpa mahram. Wahai bapak presiden dan para pejabat banggakah anda semua, jika rakyatmu dijadikan bulan-bulanan manusia non muslim karena posisi mereka yang hanya sebagai pekerja kasar di luar negeri?
Bapak presiden dan para penguasa yang merasa bergelimang harta, sampai kapan akan anda manfaatkan wanita-wanita lemah ini? Dimana tanggung jawab anda pada Allah? Dimana tanggung jawab anda pada negara? Tenggoklah keadaan rakyat anda yang menjerit di negara orang, karena sulitnya mereka beribadah kepada Allah. Tenggoklah pula kami yang lelah menjadi korban eksploitasi demi segepok devisa yang hanya bisa dinikmati orang-orang berdasi. Wahai bapak presiden dan para pejabat, jiwa ini menangis, raga ini merintih, ketika tersadar akan kesalahan bekerja ke negara non muslim yang tidak ramah keadaan lingkungannya. Dimana janjimu terhadap negara, dimana janjimu terhadap Allah ketika batin-batin kami tenggelam dalam duka yang panjang? Apakah anda semua benar-benar tidak takut akan azab Allah yang pedih karena menjadikan wanita-wanita ini sebagai alat pengeruk devisa? Apa yang akan anda semua pertanggung jawabkan kepada Allah atas perlakuan anda terhadap wanita-wanita ini? Selayaknya wanita ini tetap tinggal di negara sendiri dengan perlindungan, bukan justru berlomba-lomba keluar rumah mencari sesuap nasi. Bebaskan wanita-wanita ini wahai para penguasa……
Sekiranya surat ini tidak berkenan, saya mohon maaf yang sedalam-dalamnya, namun saya berharap, hentikan eksploitasi pada wanita jika bapak presiden dan para pejabat benar-benar takut akan azab Allah di padang mahsyar.
Wassalamualaikum Warrahmatullah Wabarrakatuh.
Yulianna PS
Penulis buku ‘Cahaya Ilahi dari Gaza untuk insane atheis’ & ‘Hidayah Pelipur Cinta’