JAKARTA (Arrahmah.com) – Mujahid pun merindukan anak-istrinya di rumah. Setelah sekian lama bersembunyi dan tak berjumpa, Abu Tholut — mujahid Poso, Moro dan Afghanistan itu — akhirnya menemui keluarganya di Desa Bae Pondok RT 04 RW 03, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Tapi siapa nyangka, jejak Abu Tholut tercium Densus Anti Teror 88, hingga ia tertangkap Jumat (10/12/2010) pagi, pukul 08.30. Tanpa perlawanan yang berarti, Abu Tholut dipaksa menyerah dengan todongan senjata polisi. Menurut saksi mata yang menyaksikan detik-detik penangkapan tersebut, terdengar lima kali suara tembakan. Kabarnya, kaki Abu Tholut tertembak saat Densus 88 melakukan penyergapan.
Informasi tertangkapnya Abu Tholut dibenarkan oleh Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Ketut Untung Yoga Ana. Dari penangkapan dan penggeledahan disita 1 pucuk senjata jenis FN kaliber 9 mm buatan Belgiun, berikut 1 magasin dan 22 butir peluru kaliber 9 mm. Konon, polisi juga menemukan dua buah amplop berwarna cokelat, bertuliskan “oretan” dan Majalah Anshorut Tauhid, ditujukan kepada Ustadz Abu Tholut.
Namun hingga saat ini Kapolri Komjen Timur Pradopo belum bersedia memberi keterangan pers lebih lanjut ihwal kabar tertangkapnya Abu Tholut. Kapolri meminta wartawan untuk bersabar. Saatnya akan diinformasikan.
Seperti diketahui, Mantan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri (BHD) sempat menyebut Abu Tholut alias Mustofa sebagai salah satu tokoh sentral aksi terorisme di Indonesia. BHD juga menuduh Abu Tholut otak perampokan Bank CIMB Niaga Medan pada 18 Agustus lalu, hingga ia ditetapkan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Nama Abu Tholut disebut-sebut oleh para tersangka perampokan yang ditangkap polisi di Tanjung Balai, Medan, Sumatera Utara (Sumut).
Selain dituding menggerakkan pelatihan militer di Aceh, Abu Tholut, juga dikaitkan dengan penyerangan dan penembakan tiga polisi di Markas Kepolisian Sektor Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara. Kelompok Abu Tholut juga dituduh memiliki target mengambil alih kekuasaan negara.
Menurut sumber terpecaya Arrahmah.com, tidak benar jika Abu Tholut melakukan aksi perampokan Bank CIMB Niaga Medan. “Bohong, jika Abu Tholut melakukan perampokan. Itu adalah rekayasa polisi belaka untuk menyeret Abu Tholut sebagai tersangka,” kata sumber tadi.
Dalam catatan polisi, Abu Tholut punya banyak nama, seperti Mustofa alias Muhammad Imron Baihaqi alias Pranata Yuda alias Herman. Abu Tholut bukanlah tokoh baru dalam berbagai aksi jihad dan menjadi salah satu pimpinan Jamaah Islamiyah. Sejak 1987, Abu Tholut masuk kamp militer di Afganistan selama dua tahun atas sepengetahuan Ketua Jamaah Islamiyah (JI) Abdullah Sungkar di Malaysia.
Tahun 1989 Abu Tholut kembali ke Indonesia. Empat tahun kemudian (1993), ia menjadi anggota Jamaah Islamiyah. Tahun 1995, ia diminta Abdullah Sungkar menjajaki kamp pelatihan di Moro, Filipina. Perjalanan jihad Abu Tholut berikutnya diangkat sebagai Mantiqi III Jamaah Islamiyah yang membawahi Kalimantan, Sulawesi, dan Filipina Selatan (1997). Selanjutnya, tahun 1999, Abu Tholut berjihad ke Moro selama delapan bulan. Tahun 2000, ia kembali ke Indonesia. Setahun kemudian (2001), ia berjihad di bumi Poso.
Perjalanan Sang Mujahid
Nasir Abas yang mengaku pernah menjadi murid Abu Tholut saat berjihad di Afghan dan Moro, merasa heran dengan kembalinya Tholut ke kediamannnya di Kudus. “Mungkin Tholut sudah kelelahan. Apa yang dilakukannya seperti bunuh diri, apalagi ia kembali ke rumahnya di Kudus,” kata Nasir.
Dikatakan Nasir, Abu Tholut pernah menjadi pengajar atau instruktur bahan peledak di Afghanistan dari tahun 1987 sampai 1992. Dia juga aktif di Mindanao, Filipina, dan pernah menjadi pemimpin camp di Filipina pada 1999-2000. Abu Tholut juga pernah menjadi Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah di Poso (2000-2002), sebelum kemudian diserahkan kepada Nasir Abas, yang kini menjadi pengamat terorisme. Abu Tholutlah orang yang melaporkan kepada Abu Bakar Baa’syir siapa saja yang lulus dalam pelantikan JI.
Masih kata Nasir Abbas, Abu Tholut juga dinilai memiliki keahlian berbahaya lebih daripada Dulmatin ataupun Noordin M Top. Dengan pengalamannya, Abu Tholut pernah membangun laboratorium bom. Pada tahun 2003 dia pernah disergap di Semarang dan telah memiliki laboratorium bom. Dia juga saat itu diketahui memiliki senjata M 16.
Pada 8 Juli 2003 Abu Tholut ditangkap di rumahnya, Perumahan Permata Hijau Permai Blok F-11 No 16 RT 07 RW 18, Kelurahan Kali Abang Tengah, Bekasi Utara, atas kepemilikan senjata api yang disimpan di Bekasi dan Semarang.
Di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Abu Tholut divonis 8,5 tahun penjara (11 Mei 2004). Selanjutnya, 9 Agustus 2004, ia menghuni Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang karena bandingnya ditolak Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Tapi kemudian Abu Tholut dibebaskan bersyarat setelah mendapat remisi (27 Agustus 2007) hingga empat tahun.
Kabarnya, Abu Tholut sudah dibawa menuju Jakarta. Namun belum diketahui keberadaannya, apakah ditahan di Mako Brimob Kelapa Dua Depok atau Mabes Polri. (ahmad zidan/arrahmah.com)