(Arrahmah.com) – Top model Amerika Serikat Halima Aden mundur dari industri fashion ketika berada di puncak karirnya. Ia mengaku profesi yang ia tekuni tersebut bertentangan dengan keyakinan agama yang ia anut.
Aden mengatakan karena pekerjaannya, ia kadang tak bisa melakukan shalat atau tak mengenakan hijab sebagaimana mestinya.
Situasi ini membuatnya merasa tak nyaman dan karenanya memutuskan untuk mundur dari dunia modeling.
Dalam unggahan di Instagram, Aden menulis bahwa pandemi virus corona memberinya waktu untuk berhenti dan berpikir tentang nilai-nilai sebagai perempuan Muslim.
Aden mengatakan menjadi perempuan berhijab sekaligus model memiliki sisi positif dan negatif.
Ia mengatakan “ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena lebih mementingkan tawaran yang datang sebagai model tanpa memikirkan dampak buruk yang mungkin terjadi”.
Atas keputusan mundur dari dunia modeling, Aden menerima banyak dukungan antara lain dari model Bella dan Gigi Hadid. Ia juga mendapat dukungan dari Rihanna.
Awal Mula Berkarir di Dunia Fashion
Aden lahir di kamp pengungsi Kenya di Somalia sebelum orang tuanya membawanya ke Amerika Serikat pada usia enam tahun.
Saat berumur 18 tahun, ia ditemukan oleh agen pencari bakat IMG Models ketika tampil di babak semifinal di Miss Minnesota.
Halima sempat mencuri perhatian pada 2016 lalu sebagai salah satu finalis Miss Minnesota yang satu-satunya mengenakan hijab. Ia kemudian dilirik oleh Rihanna sebagai salah satu model untuk lini kosmetiknya, Fenty Beauty. Sejak saat itu, namanya mulai melejit. Ia berjalan di panggung Adidas, Yeezy, hingga menjadi cover berbagai majalah dan bernaung di agensi model ternama, IMG Models.
Sejak itulah, Halima sering tampil di mana-mana. Ia menjadi model berhijab pertama yang tampil di majalah Sports Illustrated dengan mengenakan burkini. Ia juga menjadi model berhijab pertama yang menghiasi sampul majalah British Vogue dan Allure.
Namun di tengah kepopulerannya, perempuan kelahiran Somalia ini mengumumkan dalam rangkaian Instagram Story-nya bahwa ia tak lagi ingin berjalan di runway atau melakukan photoshoot yang merendahkan hijab yang dikenakannya atau justru membuatnya lalai shalat lima waktu.
Salah satu hal yang membuatnya sadar bahwa karier yang dijalaninya tidak sesuai dengan jati dirinya adalah saat menjadi model untuk brand denim American Eagle. Saat itu, Halima melakukan pemotretan dengan mengenakan celana jeans yang dikreasikan menjadi hijabnya.
“Apakah kita perlu brand-brand ini untuk mewakilkan perempuan berhijab? Tidak, merekalah yang memerlukan kita. Tapi aku sangat putus asa saat itu karena ingin menjadi sebuah representasi, tapi aku kehilangan jati diriku sendiri,” kata Halima dalam unggahan Instagram story-nya beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan, dirinya begitu lugu dan polos karena membiarkan mereka (American Eagle) membolehkan untuk menaruh celana jeans di atas kepalanya dan menutupi hijabnya.
“Kampanye ini mengajak kita untuk mencari gaya kita sendiri, tapi aku justru kehilangan arah karena aku tak pernah pakai jeans, hanya rok dan dress panjang,” ungkap Halima lagi.Ia mengatakan, semenjak menjadi model dirinya justru kehilangan ciri khasnya dalam berhijab. Ia tak lagi bisa menemukan gaya hijab yang sesuai dengan dirinya, karena melakukan pemotretan yang selalu mengubah-ubah gaya hijabnya. Bahkan menurutnya, gaya hijab tersebut tak bisa disebut hijab karena tak menutup dadanya. Karena itulah, Halima memutuskan untuk berhenti dari dunia fashion yang membesarkan namanya. Ia juga berhenti sejenak dari media sosial demi kesehatan mentalnya.
Sebelum berhenti sejenak main media sosial, ia mengatakan bahwa dirinya akan kembali menjadi Halima yang dulu. Halima dengan gaya hijab menutup leher dan dada, Halima dengan gaya busana simpel dan sederhana, mencerminkan seorang perempuan Muslimah
“Aku tak menyalahkan siapa-siapa atas hal ini, selain diriku sendiri. Tetapi aku menyayangkan kurangnya pemahaman stylist di industri fashion tentang makna busana muslim yang sebenarnya,” demikian tutup Halima Aden.
Dalam sejarah ajang ini, ia menjadi perempuan pertama yang tampil dengan mengenakan hijab.
Sejak itu, ia dikenal sebagai perempuan yang memperkenalkan gaya busana modest, gaya pakaian yang menutup seluruh bagian tubuh, di berbagai pertunjukan fashion.
Aden memuji Rihanna karena membolehkannya mengenakan hijab saat memeragakan pakaian di atas panggung.
Ia mengatakan karena mengutamakan profesi sebagai model, ia sering melalaikan kewajiban beribadah seperti shalat.
Ia juga pernah menerima kontrak dan melakukan pekerjaan tanpa mengenakan hijab secara semestinya.
Merasa sangat tidak nyaman
Halima Aden kemudian mengungkapkan perubahan yang dialaminya saat awal berkarier hingga kemudian menjadi populer. Pada awal kariernya, dia selalu membawa koper yang dipenuhi beragam hijab miliknya, gaun panjang, dan rok untuk setiap pemotretan. Halima mengenakan hijab hitam sederhana miliknya untuk kampanye pertamanya bagi Fenty Beauty milik Rihanna.
Hijabnya pun tak pernah ia lepaskan selama pemotretan. Hingga pada 2017 ia bergabung dengan agensi model terbesar di dunia IMG Models. Seiring berjalannya waktu dan kariernya semakin memuncak, ia tak kuasa ketika harus menutupi rambutnya dengan cara yang tak sesuai dengan perjanjian awal.
“Saya akhirnya menyimpang dan masuk ke area abu-abu yang membingungkan karena membiarkan tim mengatur gaya jilbab saya,” ujar wanita yang meraih popularita setelah menjadi Miss Minnesota pertama yang berhijab.
Saat dia semakin populer, diakui Halima Aden hijabnya semakin mengecil. Dia bahkan memakai hijab yang terkadang menonjolkan leher dan dadanya. Dan, alih-alih jilbab, terkadang dia menutup rambutnya dengan jins, atau pakaian dan kain lain.
Merasa tidak dihargai, keraguan Halima tentang karier modelnya semakin meningkat. Apalagi ketika permintaan di industri fashion untuk dirinya meningkat, dia merasa hanya bisa menghabiskan lebih sedikit waktu dengan keluarganya dan berada jauh dari rumah saat Hari Raya Islam.
“Pada tahun pertama dalam karier saya, saya bisa pulang untuk Idul Fitri dan Ramadhan tetapi dalam tiga tahun terakhir, saya tengah bepergian. Saya kadang-kadang melakukan enam hingga tujuh penerbangan sepekan. Tak ada jeda,” kata Halima Aden.
Alumnus St. Cloud State University, Inggris itu mengatakan ketika melihat foto dirinya pada sampul majalah di bandara, dia sering merasa hampir tidak mengenali dirinya sendiri.
“Saya tak merasakan kegembiraan karena saya tidak dapat melihat diri saya sendiri. Tahukah betapa hal tersebut bisa merusak mental seseorang? Ketika saya seharusnya merasa bahagia dan bersyukur dan saya seharusnya merasa terhubung, karena itu diri saya, itu foto saya, tapi saya merasa sangat jauh. Karier saya tampak sukses, tapi secara mental saya tidak bahagia,” jelasnya panjang lebar.
Dalam situasi ini ia mengenakan perlengkapan pakaian lain untuk meutupi rambutnya.
Ia mengungkapkan “ia menangis di kamar hotel karena tak bicara terbuka mengenai kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh dirinya sebagai perempuan Muslim”.
“Sebenarnya, saya merasa sangat tidak nyaman,” tulis Aden di Instagram.
Ia menambahkan yang terlihat di permukaan, bukan dirinya yang sesungguhnya.
Berhenti dari Dunia Model
Pandemi Corona membuat pekerjaan Halima Aden menjadi tidak terlalu banyak. Halima pun bisa kembali ke kampung halamannya ke St Cloud untuk menghabiskan waktu bersama ibunya, yang sangat dekat dengannya.
Siapa sangka keputusannya untuk pulang kampung itu menjadi titik hijrah barunya. Pada November 2020, ia memutuskan untuk berhenti dari dunia model sekaligus mengakhiri perannya bersama Unicef.
“Saya bersyukur atas kesempatan yang diberikan Covid pada saya. Kita semua tentu kerap merenungi karier yang kita jalani dan bertanya,’Apakah ini membawa kita pada kebahagiaan yang sejati, apakah membawa kita pada kegembiraan?” katanya.Keputusan Halima Aden berhenti menjadi model dan hijrah sepenuhnya ini menurutnya adalah berkat dari doa yang selama ini dipanjatkan ibundanya. Ibunya telah lama memintanya berhenti menjadi model berhijab.
“Ibuku telah memintaku untuk berhenti menjadi model sudah sejak lama. Seandainya saja (dulu-red) aku tidak terlalu bersikap defensif. Berkat COVID-19 dan rehat dari industri ini, akhirnya aku sadar telah melakukan kesalahan dalam perjalanan berhijabku ini,” demikian dia menulis di Instagramnya.
Setelah berhenti menjadi model Halima kini menjadi produser eksekutif film berjudul I Am You. Film yang mengangkat kisah nyata pengungsi Afghanistan tersebut akan dirilis pada Maret di Apple TV.
“Saya tak sabar menunggu untuk tahu apakah kami dinominasikan untuk Piala Oscar!” ujar wanita kelahiran 19 September 1997 itu.
Selain itu kata Halima, dia juga tak akan berhenti melakukan kerja sosial meski tak lagi menjadi duta Unicef. “Saya tak akan pernah berhenti menjadi relawan,” katanya.
Halima mengungkapkan dirinya kini ingin benar-benar tenang. Dia mau menikmati waktu dengan keluarganya di rumah.
(*/Arrahmah.com)