JAKARTA (Arrahmah.com) – Pantauan seorang jurnalis sebuah stasiun televsi tadi malam menyebutkan, suhu di Madinah Arab Saudi pada siang hari dapat mencapai 46 hingga 49 derajat celcius. Sementara kantor berita Antara melaporkan suhu udara malam menjelang dini hari mencapai 37 derajat celcius.
Pantas kiranya jika banyak pihak, mulai dari menteri agama hingga para petugas lapangan, mengkhawatirkan cuaca sebagai batu sandungan kelancaran aktivitas ibadah jamaah haji Indonesia pada musim haji 1437H/2016M.
Semprotan air, payung ataupun topi memang akan sangat membantu namun satu hal yang utama justru memastikan agar tubuh tidak kekurangan cairan.
Salah satu bahaya utama dari suhu udara yang cukup ekstrim adalah tingginya peluang para jamaah haji mengalami dehidrasi dan “heat stroke”.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Muchtaruddin Mansyur, dalam pembekalan petugas haji pada akhir Juni, secara khusus meminta para petugas haji untuk tidak pernah lelah mengingatkan para jemaah agar tidak lalai mengonsumsi air minum yang cukup.
Keputusan untuk mengurangi pasokan air minum untuk menghindari pergi ke kamar kecil dapat berakibat fatal.
Kekurangan cairan dapat memicu dehidrasi yaitu gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan.
Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh yang pada tingkat berat, yaitu jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan, dapat mengakibatkan penurunan kesadaran, koma, bahkan bisa saja meninggal dunia.
Sementara “heat stroke” atau sengata panas adalah kondisi dimana suhu tubuh dapat mencapai lebih dari 40 derajat C atau lebih. “Heat stroke” dapat disebabkan oleh karena kenaikan suhu lingkungan, atau aktivitas tinggi yang dapat meningkatkan suhu tubuh.
Gejala umum yang menandai serangan heatstroke antara lain mual, kejang, kebingungan, disorientasi, dan kadang-kadang kehilangan kesadaran atau koma bahkan di tahap lanjut dapat memicu komplikasi mematikan atau menyebabkan kerusakan pada otak dan organ internal lainnya.
Orang dengan usia 50 tahun ke atas disebutkan lebih rentan mengalami “heat stroke” walaupun tidak menutup kemungkinan menyerang orang yang jauh lebih muda.
Data dari pusat informasi haji menyebutkan bahwa per 7 Juni 2016 dengan cakupan 125.050 jamaah (81,47%), jumlah jamaah haji risiko tinggi diketahui sebanyak 58.739 jemaah (46,97%).
Peningkatan tersebut seiring dengan bertambahnya jamaah berusia lebih dari 60 tahun, dari 26% pada tahun 2015 menjadi 34,88% pada tahun 2016. Diketahui pula bahwa jemaah haji risti dengan Esensial Primary Hypertension/darah tinggi 42,18%, diikuti dengan kasus Hypercolesterolemia/kadar kolesterol di atas normal (15,30%), Diabetes Mellitus Type 2 (12,7%), Hyperlipidemia (9,19%) dan Cardiomegali/gangguan pada jantung (6,21%).
Merujuk pada fakta itu tampaknya konsumsi air minum yang cukup adalah sebuah pilihan yang tidak terelakkan. Fasilitas air zam zam yang terdapat hampir di setiap sudut Masjidil Haram pun memudahkan para jamaah untuk mengakses air minum. Sementara toilet pun tampak memadai tersedia. walaupun tentu perlu kesabaran untuk berbagi bersama jutaan jamaah dari seluruh dunia.
“Jangan pernah malas minum hanya karena malas ke toilet,” pesan Muchtaruddin bagi seluruh jamaah haji Indonesia, 155.200 haji reguler dan 13.600 haji khusus.
(azm/arrahmah.com)