KHARTOUM (Arrahmah.id) – Pasukan paramiliter Sudan dilaporkan telah membunuh 55 warga sipil di bagian tengah negara itu setelah membakar rumah mereka, kata Partai Komunis Sudan, Sabtu (3/6/2023).
Orang-orang bersenjata yang tergabung dalam Pasukan Dukungan Cepat (RSF) menyerbu desa Al-Humaira sekitar 35 km dari El-Obeid, ibu kota negara bagian Kordofan Utara.
Penduduk desa menanggapi dengan membela diri untuk melindungi rumah dan barang-barang mereka, dilaporkan membunuh dua anggota RSF sementara yang ketiga berhasil melarikan diri, kata Partai Komunis, mengutip pernyataan dari Sudan Tribune.
Tak lama setelah itu, pasukan RSF bersenjata lainnya tiba dengan sekitar 20 kendaraan roda empat, mengepung desa dan terus membuat kekacauan, membunuh orang, membakar rumah dan mencuri harta benda mereka sebagai bentuk hukuman, kata pernyataan itu.
Selain 55 orang tewas, beberapa lainnya luka-luka atau hilang. Banyak perempuan, anak-anak dan orang lanjut usia mengungsi.
Partai Komunis Sudan mengatakan serangan itu sama dengan genosida, menganggap RSF dan tentara Sudan bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil dengan tembakan dan peluru nyasar.
Sisi militer yang bersaing telah terlibat dalam konflik mematikan sejak 15 April yang telah menyebabkan hampir 900 orang tewas dan lebih dari satu juta orang mengungsi. Mereka saling menyalahkan atas pertumpahan darah.
Khartoum dan kota-kota tetangganya terkena dampak paling parah, serangan udara, penembakan, dan baku tembak terjadi hampir setiap hari. Sementara, upaya gencatan senjata berulang kali menemui kegagalan.
Warga Khartoum melaporkan peningkatan tajam bentrokan di beberapa wilayah ibu kota pada Ahad (4/6) setelah berakhirnya kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Di luar ibu kota, pertempuran mematikan juga terjadi di wilayah barat Darfur yang terpencil, yang telah dilanda konflik berkepanjangan dan tantangan kemanusiaan yang besar. (zarahamala/arrahmah.id)