KHARTOUM (Arrahmah.com) – Seorang diplomat senior Sudan mengatakan kemarin (25/10/2021) bahwa kudeta militer di negaranya diperkirakan tidak akan secara dramatis mempengaruhi proses normalisasi dengan “Israel”, media Israel melaporkan.
Berbicara kepada radio publik “Israel” Kan, diplomat tersebut mengatakan bahwa banyak pemimpin militer mendukung normalisasi hubungan dengan “Israel”.
Dia juga mengatakan bahwa pengambilalihan tersebut telah memperkuat posisi militer karena pemerintah dibubarkan dan keadaan darurat dideklarasikan di negara itu.
“Militer membuat kesalahan besar dengan membuang kemitraan dengan pejabat sipil. Mereka meremehkan respon rakyat, yang muak dengan kudeta militer, dan mereka mungkin menghadapi pemberontakan.”
Kan melaporkan diplomat Sudan yang mengatakan bahwa Perdana Menteri terguling Abdalla Hamdok bermaksud untuk segera melakukan perjalanan ke Washington dalam rangka secara resmi menandatangani kesepakatan normalisasi.
Sumber mengatakan kepada surat kabar “Israel” Haaretz bahwa situasi internal di Sudan “membuat sulit” bagi Khartoum “untuk memajukan kontak dengan “Israel” seperti yang dilakukan negara-negara lain.”
Sudan setuju untuk menormalkan hubungan dengan “Israel” pada Oktober tahun lalu, hanya beberapa bulan sebelum AS menghapusnya dari daftar negara sponsor terorisme yang memungkinkan investasi keuangan internasional yang lebih besar.
Kemarin militer di Sudan membubarkan pemerintah transisi dan menahan Perdana Menteri Hamdok, banyak pejabat lain juga telah ditahan atau tidak dapat dihubungi. Keadaan darurat telah diumumkan dalam apa yang disebut orang Sudan sebagai kudeta terhadap revolusi. (Althaf/arrahmah.com)