WASHINGTON (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Sudan, Motazz Moussa, dan asisten khusus untuk presiden AS dan penasihat utama untuk Afrika di Dewan Keamanan Nasional, Cyril Sartre, pada Selasa (19/2/2019) membahas penguatan hubungan antara kedua negara.
Pertemuan dua pejabat itu dilakukan ketika Sartre, bersama dengan delegasi Amerika, melakukan kunjungan ke ibukota Sudan Khartoum awal pekan ini untuk pembicaraan mengenai hubungan AS-Sudan.
Menteri luar negeri Sudan, Osama Faisal, mengatakan dalam sebuah pernyataannya bahwa pertemuan itu membahas “proses dialog Sudan-Amerika,” menambahkan bahwa delegasi AS tertarik untuk melanjutkan diskusi tentang semua masalah yang menjadi perhatian bersama antara kedua negara.
“Perdana Menteri [Moussa] memberi penjelasan kepada delegasi Amerika mengenai situasi ekonomi dan politik di Sudan serta visi pemerintah untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh negara,” Faisal menunjukkan.
Di pihaknya, Sartre menggambarkan pertemuan itu “berbuah dan konstruktif,” mencatat bahwa kunjungannya bertujuan “melanjutkan dialog antara kedua pihak [Sudan dan AS] dan menempatkannya di jalur yang benar.”
“Ini akan mengarah pada penghapusan nama Sudan dari negara-negara sponsor daftar terorisme segera,” tegasnya.
Washington telah menempatkan Sudan dalam daftar yang disebut “Negara Sponsor Terorisme”, di mana negara Afrika terus menghadapi larangan penjualan senjata internasional serta pembatasan bantuan AS.
Kelompok aktivis Enough Project yang bermarkas di AS baru-baru ini meminta pemerintah mereka untuk menunda pembicaraan dengan Sudan untuk meminta pertanggungjawaban atas kekerasan dan penyiksaan terhadap para pengunjuk rasa. Sejak 19 Desember 2018, negara itu telah menyaksikan protes yang mengecam memburuknya kondisi kehidupan dan menuntut penggulingan rezim.
(fath/arrahmah.com)