KHARTOUM (Arrahmah.id) – Sekitar 32 rumah sakit di ibu kota Sudan, Khartoum, telah direbut dan diubah menjadi pangkalan militer oleh tentara dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dalam konflik yang sedang berlangsung, kata sebuah organisasi medis internasional, Senin (29/5/2023).
Tiga dokter juga telah diculik di Khartoum sementara satu orang telah dibunuh, kata Medecins du Monde, tanpa menyebutkan siapa pelakunya.
Serangan di situs medis bisa menjadi potensi kejahatan perang, menurut pengamat hukum.
Organisasi Kesehatan Dunia menyebut penggunaan rumah sakit sebagai infrastruktur militer sebagai “pelanggaran mencolok terhadap hukum kemanusiaan internasional” yang “harus dihentikan sekarang”.
Hanya segelintir rumah sakit yang tetap buka untuk 45 juta penduduk Sudan.
Pusat medis darurat dan klinik yang dipimpin sukarelawan telah didirikan oleh komite perlawanan lokal, dengan operasi penyelamatan sering dilakukan dengan lampu ponsel.
“Dokter, perawat, dan relawan masyarakat Sudan mempertaruhkan nyawa mereka dan berinovasi untuk memberikan layanan kesehatan di tengah konflik. Tetapi mereka sangat membutuhkan bantuan dan perlindungan,” cuit dokter Hazar Khidir.
Sektor kesehatan Sudan telah hancur akibat pertempuran baru-baru ini ketika militer Sudan bertempur melawan RSF di jalan-jalan kota-kota utamanya.
Rumah sakit Ibnu Sina Khartoum – pusat utama perawatan medis sipil yang mendesak – dihantam pada pertengahan April oleh serangan udara yang diyakini banyak orang disengaja.
Berbagai upaya gencatan senjata telah gagal, dan organisasi kemanusiaan sedang berjuang untuk memberikan bantuan kepada jutaan orang yang terkena dampak.
Setidaknya 865 orang telah tewas sejauh ini dalam pertempuran itu, menurut Serikat Dokter Sudan, sementara ratusan ribu orang telah berusaha meninggalkan rumah mereka menuju ke tempat aman.
Kelompok hak asasi dan LSM telah memperingatkan bencana kemanusiaan, karena tetangga Sudan – termasuk Sudan Selatan, Chad dan Mesir – tidak siap untuk memenuhi kebutuhan ribuan pengungsi.
“Warga sipil Sudan berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan sistem kesehatan yang berfungsi,” kata Serikat Dokter Sudan. (zarahamala/arrahmah.id)