RAKHINE (Arrahmah.com) – Rohingya yang berada di salah satu wilayah yang terkena dampak terburuk dari banjir yang melanda beberapa wilayah Myanmar telah diblokade dan dilarang keluar dari lingkungan mereka, sebagaimana dilansir oleh Burma Times, Kamis (27/8/2015).
Akibat dari blokade yang dikenakan oleh pasukan keamanan Rakhine, Rohingya di Mamra terputus dari pasokan kebutuhan pokok dan kebutuhan penting lainnya.
Sudah ada tiga anak bayi yang meninggal karena orang tua mereka dilarang meninggalkan daerah itu untuk mendapatkan pengobatan dokter atau pergi ke organisasi bantuan. Klinik utama tidak memberikan pengobatan untuk Muslim Rohingya.
Bayi yang meninggal itu telah diidentifikasi bernama Noor Hashim, (2,5), Anisa Bibi, (2), dan Ismat Ara Begum, (2,5). Menurut Ismail, ayah dari Ismat, pihak berwenang mengatakan kepada mereka bahwa mereka hanya akan diizinkan pergi ke dokter jika mereka membayar uang sebesar 350.000 kyat. Dan mereka tidak memiliki uang sebanyak itu.
Keluarga lain yang juga memiliki anak yang sakit telah membayar sejumlah uang dalam jumlah besar kepada BGP dan polisi untuk membiarkan mereka pergi keluar.
Penyakit mulai tersebar luas di daerahitu saat banjir mulai surut, yang membuat hidup mereka semakin sengsara, terutama anak-anak bayi.
Blokade itu juga membuat mereka susah mendapatkan penghasilan. Banyak Rohingya yang berada di ambang kelaparan karena pihak berwenang melarang melarang kaum pria pergi keluar dari daerah itu untuk bekerja.
Jika mereka ingin pergi ke luar dari daerah itu, mereka harus membayar uang dalam jumlah besar sebagai sogokan. Menurut Ibrahim , (42), dari Mamra yang saat ini bekerja sebagai buruh harian di Mrauk U mengatakan, “Aku harus membayar 150.000 kyat sebagai jaminan kepada BGP agar bisa lewat. Berapa banyak lagi yang harus saya hasilkan? Anda tahu kan berapa banyak penghasilan sebagai buruh?”
Di saat banyak pria yang berhasil membayar pihak berwenang, tetapi banyak juga diantara mereka yang harus menderita kelaparan karena mereka tidak mampu pergi keluar untuk bekerja.
Segera setelah banjir, seperti banyak di daerah lain, lembaga donor internasional segera memberikan beberapa bantuan untuk korban banjir di wilayah Mamra, tapi itu belum bisa menjadi solusi permanen. Pemerintah telah membatasi banyak akses bantuan untuk rakyat Rohingya yang terkena dampak banjir.
(ameera/arrahmah.com)